ra - lana

92 3 0
                                    

"Wanna kiss, Tara?" ucap Danny sambil memegang kedua bahu Tara dan memandang Tara begitu intens. Suasana hening di jalanan kecil di belakang gedung sekolah yang sepi itu membuat perkataan Danny bergema di sekitar mereka.

Tara membalas tatapannya tanpa setitik pun rasa gentar. Gadis itu tak peduli bahwa laki-laki di hadapannya adalah laki-laki dengan luka memar di wajah, memiliki luka berdarah yang baru mengering di sudut bibir, tatapan tajam yang menusuk seperti siap memangsa siapapun yang diinginkannya, tubuh tinggi yang sangat jauh dengannya, juga predikat sebagai siswa bermasalah nomor satu dan ketua geng anak-anak nakal terkuat dari berbagai SMA di kotanya. Laki-laki itu adalah yang terburuk dari yang paling buruk. Singkatnya, ia adalah simbol sempurna untuk kenakalan remaja.

"Go to hell." balas Tara begitu dingin. Ia melepaskan tangan Danny dari bahunya, lalu melangkah pergi, melanjutkan langkahnya menuju asrama putri. Saat dengan cepat Danny mencekal tangannya, menariknya untuk membalikkan badan lalu mendorongnya ke dinding beton di dekat mereka, Tara menampakkan tatapan menusuknya ke arah Danny yang sedang tersenyum miring.

"How dare you to rejected me?" ujar Danny, merapatkan tubuhnya dengan Tara. Ia menyentuh anak rambut Tara yang terlepas dari ikat rambutnya dan bergantung di sisi wajah, memainkannya sejenak sebelum akhirnya membelai pipi Tara dengan telunjuknya. Tara tetap menatapnya penuh ketenangan, menunjukkan betapa besar keberanian yang dimiliki gadis itu di dalam tubuh rampingnya yang tampak ringkih.

"How dare you to touched me with that dirty hands?" balas Tara sambil menepis tangan Danny, lalu melangkah mendekat pada Danny dan semakin memperdalam tatapannya. Menantang laki-laki itu.

Danny yang melihat sikap keras Tara tanpa bisa menahan diri merasa begitu antusias hingga ia sulit mengendalikan dirinya dan debar jantungnya. Senyum Danny semakin melebar, tatapannya berkilat-kilat penuh semangat. Ia pun melangkah mendekat pada Tara, membuat tubuh mereka kini bersentuhan. Ia menunduk semakin dalam untuk lebih seksama menatap Tara yang tingginya tidak lebih dari bahunya. "You really makes me excited, Tara. And that was bad, you know."

Tara tertawa mencibir. Ia kemudian tersenyum sinis dan menjawab, "Maybe you should know, Dummy. I'm not afraid of you. Nothing's can makes me scared. You wanna beat me up? Then do it. I don't care. I'll beat you up too." ucap Tara sambil menarik kerah seragam sekolah Danny. Kini wajah mereka begitu dekat, tapi hanya satu jantung yang berdebar dengan semangatnya. "And maybe you're forget 'bout this; you're boss of the boys, I'm boss of my girls. You don't have authority over me and my girls."

Danny tertawa. Tawa itu sarat akan rasa meremehkan dan rasa tertarik yang menggebu-gebu. Kemudian ia menarik ikat rambut Tara, membuat rambut panjang Tara tergerai. Tara tidak bergerak, ia memerhatikan Danny yang kini mengantongi ikat rambutnya, penuh tatapan benci. "I like when you untie your hair. So pretty." Lalu Danny merapikan rambut Tara yang menjadi sedikit berantakan karena ulahnya. Sambil membelai rambut Tara yang begitu halus, Danny berkata, "Yeah, you're right. You're boss of your girls. I don't have any authority over your girls—and I don't really care about that actually. But I do have authority over you," Danny mendekatkan bibirnya pada telinga Tara, dan berbisik, "Because since today, you're definitely mine, Tara Jacobs."

Tara terkekeh mengejek sembari memutar matanya. Namun saat ia hendak membalas ucapan Danny setelah wajah laki-laki itu sudah kembali berjarak dengannya, tangan kiri Danny tiba-tiba menyentuh pipinya sementara tangan kanan laki-laki itu merengkuh pinggangnya dan mendorong tubuhnya hingga menyentuh dinding. Tapi tidak seperti dorongan kasar seperti sebelumnya, kali ini dorongan itu begitu lembut hingga tidak menimbulkan rasa sakit.

Tanpa bisa menahan dirinya untuk tidak terkejut sekaligus bertanya-tanya, Tara melirik tangan Danny yang berada di wajahnya. Setelah itu ia menatap mata hitam legam Danny yang menatapnya begitu dalam, dan turun pada bibirnya yang memiliki luka berdarah yang sudah mengering saat bibir itu kembali bersuara dan mengisi dunia Tara yang mendadak tuli.

"Tara, be mine. Please?"

Melihat sisi seorang Danny yang tidak pernah dilihat Tara sebelumnya membuat Tara terpaku di tempatnya tanpa mampu melakukan atau memikirkan apapun. Hingga gadis itu hanya dapat mematung ketika wajah Danny perlahan-lahan mendekat sambil memejamkan matanya. Kemudian sesuatu yang asing dan lembut menyentuh bibir Tara, menyedot kesadaran Tara sampai Tara memejamkan mata seperti terhipnotis mantra jahat iblis terkutuk.

Apabila lutut Tara tidak terasa lemas hingga membuat kakinya nyaris tidak bisa menopang tubuhnya, fungsi otak Tara mungkin tidak akan berjalan dengan normal. Sehingga sebelum ciuman Danny selesai, Tara sudah mendorong tubuh laki-laki itu menjauh dengan kekuatan penuh. Danny bahkan hampir jatuh terjengkang jika saja refleks tubuhnya buruk.

Danny menatap Tara yang juga sedang menatapnya sambil menutup bibirnya dengan tangan. Danny menahan diri untuk tidak berdeham karena tatapan tajam Tara berhasil membuat tenggorokannya terasa kering. Kemudian Tara peralahan menurunkan tangannya dan berseru, "ARE YOU CRAZY?"

Danny menghela napas dalam. Ia menelan ludah sejenak lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, dan menjawab, "I've told you, you're mine—"

Sebuah pukulan keras tepat mendarat di rahang Danny hingga laki-laki itu jatuh tersungkur. Sambil terengah-engah, Tara menyahut, "Nobody belongs somebody. I'm not yours, and never will be. I am mine, you are yours. Keep that things that way. Don't ever think you can change it. I'll kill you for sure."

Danny yang kini tengah duduk di aspal sembari memandang Tara dari bawah, tersenyum lebar. Awalnya Tara mengira Danny akan membalasnya dengan kekerasan atau hal lainnya karena merasa telah dihina, tetapi yang terjadi justru laki-laki itu malah mengubah senyumnya menjadi tawa terbahak.

Alis Tara bertaut karena heran bersamaan dengan Danny yang akhirnya bangkit berdiri. Ketika Danny sudah berdiri di hadapannya, Tara dapat melihat dengan jelas bahwa sinar mata Danny tampak lebih bercahaya dibanding sebelumnya. Wajah Danny mendekat. "I will have you. No matter what, I will have you, Tara."

Tara mendorong wajah Danny menjauh dengan begitu kasar. Lagi-lagi Danny hampir terjatuh namun berhasil menjaga keseimbangan tubuh. "Don't fuck with me, asshole." Setelah mengucapkan hal itu, Tara menunjukkan jari tengahnya di hadapan Danny sebelum akhirnya pergi dari hadapan Danny.

Sebelum Tara benar-benar menjauh dari Danny, ia mendengar suara Danny yang berseru di belakangnya mengucapkan, "Of course I wanna fuck with you, hottie."

Tara yang merasakan emosinya sudah mencapai titik tertinggi namun terlalu malas untuk kembali bicara, akhirnya membalikkan badan. Lalu gadis itu membuat gerakan memotong leher dengan jarinya. Menunjukkan pada Danny bahwa ia akan membunuh Danny jika berani macam-macam dengannya. Setelah itu gadis itu kembali melanjutkan langkahnya, mengabaikan senyuman cerah di bibir Danny yang menjadi hal terakhir yang dilihatnya sebelum membalikkan badan.

Sambil melangkah, Tara tanpa sadar menyentuh bibirnya.

Apakah memang seperti itu rasanya?

ͼΘͽ

ini bakalan jadi cerita yang chapternya ga banyak dan konfliknya tergolong ringan. karna emang cuma selingan aja selama nulis what's your feeling dan cerita lain yang belum pernah dipublish. makasih udah baca :) 

semoga menghibur!!! ciao!

.

.

.


Let'sGetDrown,
V

Wanna Kiss, Tara?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang