di - del

49 3 0
                                    

"BASTAAAAAARD!" 

Teriakan itu terdengar memenuhi seluruh ruang kelas tak terpakai itu, berhasil menyebabkan telinga semua orang yang berada di sana berdengung tak tertahankan.

Semua orang menutup telinganya rapat-rapat sembari menatap ke arah pintu, di mana seorang gadis dengan rambut coklat panjang yang diikat, tubuh ramping yang tampak ringkih, rasa percaya diri yang tinggi, gerakan luwes, dan nyali tak terbatas tengah berdiri sambil menunjuk seorang laki-laki begitu sengitnya. Tatapan dari mata berwarna karamelnya menyorot penuh kemarahan yang berkobar-kobar.

"LET HER GO!!!" Setelah kata-kata itu menguar di udara dan menciptakan suasana yang mencekam, gadis itu, Tara Jacobs, berlari cepat menerjang seorang laki-laki yang tengah mencekal lengan seorang gadis di tengah kumpulan laki-laki yang berperan sebagai penyemangat. Tanpa mengatakan apa pun lagi, Tara mendaratkan pukulan telak di wajah laki-laki yang mencekal lengan gadis bernama Juliet itu.

Laki-laki yang menerima pukulan itu langsung jatuh tersungkur dan secara otomatis melepaskan Juliet. Juliet langsung berlari menjauh dari kumpulan itu dan pergi menuju pintu untuk mencari pertolongan sementara Tara langsung dihadang oleh anak laki-laki lain yang awalnya tidak bereaksi apa pun karena meremehkan Tara. Namun setelah melihat bagaimana Tara berani memukul Thomas yang merupakan laki-laki terkuat kedua di kumpulan mereka, kini mereka tidak lagi menemukan alasan untuk menganggap enteng gadis itu.

Terutama setelah melihat bahwa Thomas kini tidak sadarkan diri.

Kumpulan laki-laki itu berjumlah sekitar tujuh orang. Mereka berkerumun mengelilingi Tara yang hanya sendiri dan mengandalkan kemampuan bela dirinya tanpa alat apa pun. Mereka memandang Tara seolah Tara adalah mangsa empuk yang mudah untuk dilumpuhkan. Jika bersama-sama, tentu saja. Tara bukan gadis sembaragan.

Tara tertawa mengejek sambil bersedekap di depan dada. "Kalian tidak malu melihat wakil ketua kalian langsung tidak sadarkan diri hanya dengan satu pukulan dari seorang gadis?"

Seorang laki-laki bernama Cody balas tersenyum. Ia melangkah maju, mendekati Tara. Ia adalah orang ketiga terkuat di kumpulan itu dan bersikap paling terkendali dibanding siapa pun di kelompoknya. "Tara, kau tahu bahwa yang kau lakukan sekarang akan menimbulkan masalah, bukan?"

Tara melangkah mendekat pada Cody, mendongak untuk menatap Cody lebih dalam. Walau faktanya Tara-lah yang harus mendongak untuk menatap Cody yang memiliki tinggi jauh di atasnya, Cody mendapat kesan bahwa dirinyalah yang direndahkan di sini. Sungguh menyebalkan.

Dengan senyuman manisnya yang palsu serta mematikan, Tara menjawab, "Kalian yang mengganggu kami lebih dulu, brengsek! Wanna die, weakies?"

Senyum Cody semakin lebar. Ada amarah karena hinaan yang diberikan Tara, tapi Cody merasakan perasaan lain yang mengganggunya; perasaan antusias yang benar-benar menyenangkan. Bahkan terdapat dorongan kuat dalam dirinya untuk mencondongkan tubuh lebih dekat kepada Tara dan mengikuti ke manapun instingnya menuntun.

Namun sebelum Cody benar-benar melakukan hal itu, sebuah suara berat yang sarat akan wibawa dan karisma menginterupsi, merebut semua perhatian setiap orang di sana. "Woah, Tara Jacobs? It's an honor to have you here. Do you need something, sweetie?"

Danny Raymond, batin Tara sembari memerhatikan laki-laki itu berjalan penuh ketenangan menuju dirinya. Hingga Danny akhirnya berdiri di hadapannya dan berhasil menyingkirkan Cody, Tara tetap tidak lepas memandang laki-laki itu. Laki-laki paling berbahaya di sekolahnya, bahkan di seluruh SMA di kota itu.

Tapi tidak cukup membuat Tara takut.

Tak lama kemudian terdengar banyak langkah kaki dari luar kelas, disusul dengan gerombolan anak-anak perempuan masih dengan seragam sekolah mereka. Di antara mereka, Juliet berada di barisan terdepan sambil menggenggam sebuah pemukul baseball.

Wanna Kiss, Tara?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang