"Eileen. Bangun nak. Udah pagi..." Lian membuka pintu kamar Stela. Stela masih saja tertidur pulas lantaran udara yang cukup dingin pagi ini.
"Eileeen. Udah jam 9 loh ya," kata Lian bohong.
Stela akhirnya bangun dengan mata yang masih mengantuk. "Iyaa, Bun. Ini udah bangun kok."
"Yaudah jangan tidur lagi loh ya. Bunda mau siapin sarapan dulu. Habis sarapan kita olahraga. Oke?"
"Okee Bun."Stela mengambil ponselnya di nakas lalu membuka sosial medianya.
Adelio B Xavier sedang melakukan siaran langsung
Mata Stela membulat saat melihat notifikasi yang baru saja muncul. Jari jemarinya bergerak ingin sekali menekan notifikasi siaran langsung dari akun Lio. "Tonton gak ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Setelah berpikir panjang, Stela akhirnya menonton siaran langsung Lio. Di sana terlihat wajah Lio yang sudah berubah sejak terakhir kali ia bertemu dengannya. "Kok kamu makin ganteng," batin Stela.
Siaran langsung telah berakhir, terima kasih telah menonton
Stela menaruh ponselnya kembali setelah siaran langsung Lio berakhir. Ia berjalan lalu duduk di kursi belajarnya. Ia jadi memikirkan Lio. Mengapa tiba-tiba Lio kembali hadir dalam ingatannya. Mengingat hubungannya yang hanya bertahan satu bulan dan tidak memiliki kenangan apapun. Stela jadi merasa belum mengenal Lio lebih dekat. Mungkin saja sikap Lio yang sebenarnya bukan seperti waktu itu.
"Eileeen... sarapan udah siap. Ayo makan dulu." Suara Lian terdengar dari dapur.
"Iya, Bun. Aku mandi dulu."
Setelah selesai mandi Stela langsung pergi ke meja makan untuk sarapan bersama keluarganya.
"Habis ini kita mau jogging kemana?" Tanya Dika.
Setiap hari minggu keluarga Stela rutin melakukan olahraga. Biasanya mereka jogging ataupun bersepeda. Namun jika hujan, mereka berolahraga di rumah.
"Aku mau naik sepeda. Bunda sama Ayah duluan aja. Biar aku sama Gavin," balas Stela.
Hari ini Stela sedang malas untuk jogging. Ia memilih bersepeda agar tidak terlalu lelah. Rute perjalanannya juga tidak jauh. Hanya keliling sekitar daerah rumahnya saja, yang tidak jauh dari komplek rumah.
"Yaudah. Kalau udah selesai sarapan kalian langsung siap-siap. Ayah ambil sepeda kalian dulu di belakang," kata Dika.
"Siapp bos," balas Gavin.
"Gue mau siap-siap dulu. Kalau lo makannya masih lama, gue tinggal." Stela pergi menyusul Lian menaruh piring di dapur.
"Iya iya bawel banget sih."
###
"Kak, capek nih. Duduk dulu yuk di sana." Gavin menunjuk bangku yang berada di bawah pohon besar.
"Yaudah, kita istirahat dulu."
Stela dan Gavin memarkirkan sepeda mereka di dekat bangku. Lalu mereka duduk di bangku sambil melihat orang yang berlalu lalang. Tiap minggu banyak orang yang berolahraga. Sehingga jalanan komplek ramai.
Gavin menepuk dahinya. "Aduh lupa bawa minum. Padahal udah gue siapin tadi."
"Nih, masih ada airnya." Stela menyodorkan botol minumnya.
"Ngga mau. Nanti aja di rumah minumnya."
Gavin memang seperti itu. Ia tidak mau minum satu botol dengan orang lain. Sekalipun itu adalah kakaknya atau orang tuanya.
"Stela!" sapa Eriz.
"Eriz? Mau kemana?" tanya Stela.
"Mau pulang. Gue habis jogging. Btw lo ngapain di sini?"
"Gue lagi istirahat. Habis keliling sekitar sini pake sepeda. Oh iya rumah lo deket sini ya?"
"Iya di komplek depan sana."
"Oh iya lo di Graha Alana kan?"
"Iya, lo kan pernah ke rumah gue."
"Iya gue lupa, udah lama nggak ke rumah lo. Lo mau minum nggak? Ini gue ada dua minuman. Tadinya buat Ando. Tapi dia buru-buru pulang. Katanya ada perlu penting."
"Buat Gavin aja deh. Gue nggak haus."
"Oh ini Gavin?"
"Iya, adik gue."
"Gav, nih buat lo." Eriz menyodorkan minuman.
"Makasih, kak."
"Sama-sama. Yaudah gue duluan ya."
Eriz pun melanjutkan joggingnya sampai rumah.
"Ciee.. kakak yang tadi siapa sih?" selidik Gavin.
"Dia itu temen les gue."
"Serius cuma temen les?"
"Yaiyalah. Curiga banget sih. Pulang yuk!"
"Bentar, minumannya belum habis."
"Habisin dulu. Udah siang nih. Makin panas."
Gavin segera menghabiskan minumannya. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan kembali ke rumah.
###
Stela menutup pintu kamarnya. Ia baru saja selesai makan malam bersama keluarganya. Malam ini ia berniat untuk belajar. Karena ujian nasional tersisa seminggu lagi.
TRING TING
Mata Stela tertuju pada ponselnya yang tergeletak di atas meja belajar. Ada pesan masuk melalui whats app. Segera Stela buka dan membalasnya. Pesan itu dari Eriz.
Room Chat Eriz
Eriz : Stela
Stela : Ada apa, Riz?
Eriz : Lagi sibuk ngga?
Stela : Ngga. Emang kenapa?
Eriz : Gue mau nanya soal-soal yang kemarin di bahas di tempat bimbel.
Stela : Ooh iya boleh. Kemarin lo ngga dateng bimbel ya?
Eriz : Iya kemarin gue ada acara. Bisa lo fotoin ngga? Gue butuh buat try out besok.
Stela mengirimkan foto soal-soal yang di minta Eriz.
Eriz : Makasih
Stela : Sama - sama
Stela mengunci ponselnya dan berbaring di kasur. Ia merasa ada yang berbeda dari tingkah laku Eriz. Eriz dan Stela baru kenal setahun lalu dan tidak terlalu sering mengobrol. Hanya bertemu di tempat bimbel. Jika bertemu di sekolah pun hanya saling melempar senyum.
"Udah lah. Ngapain jadi mikirin Eriz," kata Stela.
Stela menaruh ponselnya di atas nakas. Setelah itu ia kembali ke meja belajarnya dan mulai membuka buku pelajaran.
Thanks for Reading 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Stela, Move On Dong!
Teen FictionSekarang semua itu hanya sebuah kenangan. Kenangan hanya untuk di kenang tanpa tahu bisa di ulang atau tidaknya. Stela berkata dalam hatinya, "aku harus mulai membuka lembaran baru, cerita baru menjadi seorang jomblo." Kisah Stela yang susah move on...