13. Naungan Angga

323 13 0
                                    

Hai semuanya, Happy Reading buat kamu yang baca❤️❤️

SIAP MENGISI SETIAP PARAGRAF DENGAN KOMENT??

Kamu itu seperti cat, walaupun tenggelam dalam air namun selalu berwarna, dan warna itu hanya miliku, untukku, selamanya!

Angga Leo Brawijaya

Bel istirahat telah berbunyi, ini berarti semua murid Taruna Bangsa berlalu lalang pergi ke kantin untuk mengisi kelaparan mereka yang telah mengusiknya dari tadi.
Saat ini sepasang kekasih yang selama ini menjadi sorotan para siswa Taruna Bangsa tengah berada dihalaman kantin depan. Mereka telah memutuskan untuk mengisi perutnya dikantin depan. Sebenarnya Alana membawa bekal dari rumah dan akan menghabiskannya dikelas, namun Angga menghampirinya untuk mengajak makan bersama.

Suasana kantin hari ini sangat ramai, berbagai seruan dan teriakan terdengar nyaring ditelinga Angga dan Alana. Seperti biasanya para pedagang lelaki melayani pembelinya dengan godaan dan gombalan yang telah menjadi asupannya dari dulu.

"Hai neng, Eneng habis olahraga ya?? pasti haus, minum dulu atuh biar eneng lebih segar dan lebih cantik pastinya," ujar salah satu pedagang dengan menyodorkan sebotol air mineral.

"Emang saya cantik Pak?" tanya cewek itu meyakinkan pedagang kalau dirinya benar benar cantik.

"Cantik neng, istri bapak aja kalah," ujar pedagang tersebut.

"Kalau sama artis hollywood gimana Pak?" tanya cewek itu meyakinkan untuk kedua kalinya. Membuat pedagang didepannya menghela nafas berat.

Banyak omong nih bocah! Sabar! Demi sesuap nasi untuk istriku tercinta. Pedagang itu lalu menghampirinya menatap cewek yang ada dihadapannya untuk meyakinkan bahwa apa yang tadi diomongkannya memang benar adanya.

"Kalau artis hollywood itu mah posisinya dipapan bawah, kalau eneng posisinya dipapan atas dunia," ujar pedagang itu, mengeluarkan nafasnya dengan harap semoga anak itu yakin akan omongannya dan akan membelinya.

"Wahh bapak serius?" tanyanya lagi, membuat pedagang itu menghela nafasnya untuk yang kedua kalinya.

"Duarius malah neng," kata pedagang itu dengan tangannya yang menunjukan huruf v.

"Kalau duarius mah sedikit atuh Pak." protes anak cewek itu.

Heughh. "Eneng maunya berapa?" tanyanya dengan suara lembut dengan menahan rasa amarah nya.

"Gimana kalau limarius Pak?" tawar cewek itu menaik turunkan kedua alisnya.

"Terserah eneng aja deh, sampai berapa pun," ujarnya dengan penuh harap bahwa anak itu akan mengakhiri pembicaraannya dan segera untuk membeli minum dagangannya.

Sesulit ini kah jadi penjual. Harus ekstra sabar menghadapi seorang pembeli. Apa harus memohon mohon untuk seseorang agar membeli dagangannya. Pedagang itu menggelengkan kepalanya tak seharusnya ia mempunyai pemikiran seperti itu. Apapun pekerjaannya yang penting halal dan seharusnya ia lebih banyak bersyukur.

"Hehe, makasih loh Pak atas pujiannya," ujar cewek itu tersipu malu.

Pedagang itu mengangguk. "Jadi gimana?"

ANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang