9. Kejujuran

348 16 3
                                    

Angga berjalan bersama ke empat temannya menuju kelas, tak biasanya, kini mereka berangkat lebih awal hanya karna satu alasan yaitu menyalin pekerjaan rumah alias PR.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Anggga dan teman temannya untuk tidak mengerjakan pr, sedangkan leo murid yang biasa dijuluki si medali emas di SMA Taruna Bangsa ini, ia selalu rajin untuk mengerjakan tugas sekolah, entah lah teman temannya pun bingung mengapa seorang leo mau bergabung dengan geng nya ini, yang terkenal dengan tawurannya.

"Le, Mana tugas lo gue pinjem." Ucap Ardi menghampiri leo.

"Noh." Ucapnya menyodorkan sebuah buku.

"Lo makan apa coba le, pinter bener otak lu." Ucap riyan.

"Makan nasi lah Yan,emang lo makan temen." Kaya Ganda.

"Enak aja lo kalo ngomong, emang gue kanibal apa."

"Lo bukan kanibal Lagi Yan tapi lebih dari itu hahaha." Ucap Ganda.

"Sabarkan hambamu yang kau cintai ini ya Allah." Ucapnya seraya mengangkat kedua tangan.

"Ngga, ko lo diem aja sih." Tanya Ardi.

"Are you okey?"

Angga mendongak melihat tatapan temannya "yes."

"Sebenarnya, lo itu semua pintar, gak ada didunia ini orang yang bodoh, kalian aja yang malas untuk belajar, dan lo semua hanya mau yang instant aja." Ucap Leo.

"Dan lo ngga, lo mungkin tidak mempunyai bakat di bidang akademik, tapi bakat lo ada di bidang non akademik, lo sering dapat juara lomba basket, lo juga yang sering mimpin geng marvel saat berantem dan kita menang karna kita semua mengikuti strategi dari lo."

"Thanks Le." Ucapnya menepuk pundak leo.

"Lo juga harus Inget ngga, lo masih beruntung punya keluarga lengkap kaya om Aldi sama tante Lina yang sayang sama lo, lo juga udah diberi kepercayaan om aldi buat ngurusin restoran dan itu diserahkan semuanya kepada lo, lo harus bisa jaga kepercayaan om aldi." Ujarnya.

Angga mencerna ucapan leo, ia berpikir bagaimana bisa seorang leo bisa tetap terlihat tegar dihadapannya, sedangakan dalam hidupnya leo kurang perhatian dari kedua orang tuanya.

"Thanks Le, gue anggap lo semua udah kaya keluarga gue sendiri."

"Gue salut sama lo, lo bisa menyembunyikan beban hidup lo, seakan akan lo nggak mempunyai beban hidup Le." Kata Ganda.

"Gue emang anak orang Kaya, tapi gue nggak pernah menginginkan untuk terlahir menjadi anak orang kaya, kalau akhirnya gue gak pernah hidup tanpa perhatian dari kedua orang tua gue, gue lebih suka menjadi anak yang sederhana, Cuman bibi yang selalu ada buat gue, dia yang mengasuh gue dari kecil sampai sekarang, dia selalu ada disaat gue membutuhkan rasa kasih sayang dari orang tua gue, berbeda dengan mereka yang sibuk dengan pekerjaannya, tak pernah meluangkan waktu sedikit pun untuk gue. Mereka ngga pernah sama sekali menanyakan kabar gue." Ucap leo.

"Masih ada kita semua disini le yang selalu ada buat lo, lo jangan sungkan sungkan minta bantuan kita semua ya le." Ucap Ardi.

"Bener kata Ardi le, disini kita semua udah kaya saudara sendiri le." Kata Riyan menepuk pundak Leo.

Leo menatap teman temannya, tatapan nya menjadi sendu,namun ia berusaha untuk tidak terlihat lemah diantara mereka, Leo beruntung memiliki teman seperti mereka.

"Thanks." Ucapnya dengan senyuman.

Angga merasa beruntung mempunyai keluarga lengkap yang sayang dengan dirinya.

Semenjak kelas 11 ayahnya Aldi telah memberikan usaha restorannya untuk dikelola oleh Angga, Aldi percaya bahwa anak nya ini dapat dipercaya. Walaupun ia tahu jika Angga sering bersntem,namun ia yakin bahwa Angga dapat meneruskan usahanya, ia hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, tujuannya agar Angga bisa hidup mandiri tidak selalu bergantung dengan orang tuanya karena umur yang semakin meroposi tubuhnya, dan ia ingin memberikan pelajaran kepada anaknya betapa sulitnya bekerja banting tulang untuk mendapatkan sepeser uang.

ANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang