1. AIDAN SAPUTRA

14 6 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya...
Siap untuk membaca?

1. Aidan Saputra

"Nya, kamu ngajak aku kemana?"
"Udah deh Mai jangan ngomong terus bisa?"
"Gimana aku gak ngomong, aku kan punya mulut,"
"Kebiasaan motong pembicaraan orang, aku ngajakin kamu nyari kelas gugus kita. Emang kamu mau dihukum OSIS karena kamu yang gak mau nyari kelas sendiri?"

      Namaku Maisanas tasya. Hari ini adalah hari pertamaku menginjak bangku Smp. Aku bersekolah di Smp Bungansa, sekolah favorit ditempat tinggalku. Dan yang saat ini bersamaku Kanya Cahya, temanku sewaktu kecil. Aku tidak menyangka mendapati  gugus yang sama dengannya.
    Gugus itu seperti nama lain dari kelompok, setiap gugus itu diberi namai oleh OSIS yang menjadi pembinanya. Dan aku mendapat gugus 6, dengan nama Moh. Yamin. Di dalam gugus itu, aku hanya mengenal kanya, dan selebihnya hanya wajah-wajah baru yang kutemui.

     Aku di ajak mengitari seluruh lingkungan sekolah. Dari kelas bagian depan, samping kiri, samping kanannya, dan terakhir bagian belakang. Setelah lama berjalan aku memutuskan mengajak Kanya untuk beristirahat sebentar di depan kelas paling ujung di belakang. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, banyak siswa-siswa lain yang juga sepertinya sedang kesusahan mencari kelasnya. Kasihan juga... hmm tapi aku harus dikasihani juga!

"Mai..."
"Hmm"
"Liat ke depan!"

     Aku menatap lurus ke depan seperti yang diinginkan Kanya. Aku mengerjapkan pandanganku, menatap tidak percaya dengan apa yang di depanku saat ini.

"Nya, ini beneran? Gak salah?"
"Iya mai. Ini kelas kita, tapi..."
"Kok horor gini ya, kelas paling ujung loh nya! Ntar kalau kita liat..."
"Jangan nakut-nakutin deh Mai!"

     Aku dan Kanya saling menatap. Mungkin apa yang ada dipikiranku saat ini juga ada dipikirannya Kanya. Aku mengambil ancang-ancang dan menghembuskan nafas dalam-dalam begitupun dengan Kanya.

"KABUR!"

-Es cream-

"Kegiatan hari ini yaitu penampilan bakat. Siapa yang mau duluan ke depan?"

     Seorang anggota OSIS memimpin kegiatan masa orientasi sekolahku yang hari pertama ini. Aku berusaha menampilkan raut muka biasa saja, jikalau aku terlihat seperti takut maka bisa saja aku duluan yang disuruh menampilkan bakat, meskipun di dalam hatiku sudah tertanam rasa takut itu sedari tadi.

"Kamu,"

     Aku semakin menunduk, aku tidak mau memperlihatkan mukaku yang sepertinya sudah memucat.

"Kamu yang sudut, di depan!"

    Apa? Aku juga di depan dan disudut. Jangan-jangan yang ditunjuk OSIS itu aku?

"Saya kak," ucap seorang cowok dan berdiri dari tempat duduknya.

  Huft
   Aku menghela nafas. Untung saja cowok itu yang menunjuk dirinya sendiri. Kalau tidak... aku bisa-bisa mati sebelum menampilkan bakatku, atau bisa saja kematianku disebut mereka sebagai bakatku? TIDAK.

"Perkenalkan nama kamu, dek"

    Aku melihat ke arah cowok itu, sang penyelamat ragaku.

"Perkenalkan nama saya Aidan Saputra. Bisa dipanggil Aidan atau Putra," Cowok itu tersenyum simpul.

  
     Namanya Aidan Saputra. Cowok dengan kulit putih, berbadan tegap dan juga tinggi untuk ukuranku yang kecil. Punya mata elang dan alis yang cukup tebal. Siapa yang tidak suka dengan cowok seperti dia?

"Ganteng ya, Nya"
"Siapa? Aidan ya?"

     Aku mengangguk dan kembali memperhatikan kakak OSIS yang berdiri di depan kelas.

"Kamu bisa nyanyi?" Aidan mengangguk.
"Bagus, silahkan"
"Ngapain?"
"Iya, nyanyi"

     Aku mengetuk-ngetuk meja pertanda bosan. Aidan belum juga mengeluarkan suara emasnya, haha. Aku kembali melakukan hal itu lagi, dan sesekali juga kembali melihat kakak OSIS yang berusaha membujuk, hmm mungkin sedikit memaksa Aidan agar ia mau menyanyi. Namun anak itu masih ngotot dengan pendirian awalnya. Aku tidak mempedulikan cowok itu lagi, aku memain-mainkan beberapa alat MOS-ku, mencoba memperbaiki rok yang terbuat dari daun kelapa dan juga sesekali menatap ke luar kelas.

"Iya iya, saya nyanyi nih"

Romantis itu sederhana
Nggak perlu keliling dunia
Duduk berdua di teras rumah
Berhayal mimpi-mimpi kita

Romantis itu sederhana
Nggak perlu diner di Restoran mewah
Makan malam dikaki lima
Melepas lelah berbagi cerita

Enggak perlu merangkai kata-kata
Atau juga jadi pujangga
Gak harus jadi sempurna, tapi saling menerima kitakan bahagia
Berikan apa adanya, tak berarti seadanya
Yang penting bahagia

-Es cream-

     Aku dan Kanya sedang duduk di Lapangan sembari memakan bekal. Karena ini salah satu program OSIS ketika melakukan masa orientasi sekolah. Gugusku dan beberapa gugus lainnya membuat lingkaran yang cukup besar. Aku, Kanya dan juga beberapa yang lainnya memakan bekal yang sudah ditentukan oleh ketua OSIS yaitu roti tawar dan air teh, di bawah teriknya matahari.

     Aku menatap ke depan dan mendapati Aidan yang sedang makan sambil tertawa bersama teman-temannya. Dia persis berada didepanku, ya ampun...

"Ganteng banget Aidan,"
"Cocokkan sama gue, calon pacar gitu lo,"
"Yaiyalah lo kan juga cantik,"

    Aku melihat cewek yang duduk di sampingku, ternyata dia menyukai Aidan. Hmm...

"Hai namaku Maisa. Kamu?"
"Aku Naura"

      Aku tersenyum kepada Naura begitu pun dia. Bekalku telah habis dan juga begitu pun dengan yang lainnya. Kakak OSIS yang membina juga pergi karena pembina OSIS mengadakan rapat, entah apa itu. Dan sekarang kami semua diberi istirahat, kegiatan bebas. Aku melihat Aidan mengambil duduk tidak jauh dariku, berjarak dua meter. Karena tadi ia sempat menjadi penyelamatku, apa salahnya aku mencoba untuk mengucapkan terimakasih bukan?

"A...Aidan"

     Aidan melihatku dengan mata elangnya, seketika lidahku terasa kelu. Bahkan aku lupa untuk apa aku memanggilnya. Ya tuhan kenapa aku begini?

"Apa?"

     Aku menghela nafas dan melihat Kanya yang juga sedang menatapku bingung. Tentu saja bingung, aku sendiri tidak menceritakan niatku pada Kanya.

"Makasih,"
"Hah?"
"Udah nyelamatin dari kak OSIS, pas penampilan bakat,"
"Gue gak ngerti omongan lo. Gue sama sekali gak nyelamatin lo atau apalah itu,"

   Aku terdiam dengan kalimat Aidan barusan. Aku pikir dia bisa menghargai seorang perempuan dengan berkata lemah lembut tapi ternyata tidak sama sekali.

"Oh gue paham, lo mikirnya OSIS tadi nunjuk lo dan gue yang nyelamatin dengan cara gue nunjuk diri gue sendiri gitu? Pahlawan banget gue dipikiran lo itu," Aidan tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

      Aku membuang pandangan ke samping, berusaha menyembunyikan wajahku yang sudah memerah. Bodoh, bodoh, bodoh, umpatku dalam hati. Jadi Aidan sama sekali tidak menyelamatkanku dan yang ditunjuk OSIS itu bukan aku? Jadi aku salah paham? Dan aku mempermalukan diriku sendiri di depan Aidan? Ya ampun... tolong aku Kanya, bawa aku pergi sejauh-jauhnya, aku malu...

***

Terimakasih telah membaca,
Apa kalian suka?

ES CREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang