Jangan lupa vote dan coment. Siap membaca?
6. Memalukan
"Ekhem,"
Aku menatap ke belakang, Aidan. Kenapa cowok itu berdiri dibelakangku? Aku melihat dia menatapku dengan datar. Aku tau jika dia terpaksa menemaniku ke kantin. Tapi aku tidak butuh itu! Terlanjur tidak butuh! Andai kata untuk apa berpacaran kalau terpaksa!
"Sana balik, tidur. Katanya ngantuk," ketusku sambil terus berjalan dan tanpa menatap Aidan.
Kulihat dari sudut mataku, Aidan menyamakan langkahnya denganku. Dan sekilas aku juga melihat dia sepertinya juga enggan menatapku. Terserahlah apapun itu terserah!
Aku terus berjalan ke kantin dengan Aidan yang di sampingku. Cowok itu berjalan santai menyamakan langkah kakiku yang kecil. Sesekali Aidan bersenandung dan menyapa teman-temannya yang berpapasan. Aku tidak tau Aidan dapat kelas berapa. Tapi kenapa juga aku harus menanyakan itu? Gengsi, aku kan lagi marah sama Aidan.
Aku tiba di antrian dan mengantri di bagian belakang, aku heran kenapa kantin selalu ramai. Aidan ikut mengantri, dia dibelakangku, seperti pengawalku saja. Aidan berdiri dengan dua tangannya dimasukkan ke kantong celananya. Cowok itu selalu memakai jaket berwarna abu-abunya. Dan tibalah saatnya aku yang memesan. Aku tidak tau apa saja menu di kantin ini. Dan aku tidak tau harus memesan apa.
"Nasi goreng yang pedes satu," ucap Aidan.
"Kok pedes? Gak mau!?" Ketusku.
"Itu makanan gue, bukan buat lo,"Aku mendengus kesal. Tidak bisakah dia bicara santai padaku? Oke, aku juga bisa memesan seperti itu!
"Nasi goreng yang paling pedes, cabenya banyakin, kalau perlu pakai cabe rawit. Nanti Mai bayar lebih!"
Aku tidak mau kalah dari Aidan, kalau dia mau yang pedas kenapa aku tidak mencoba juga. Mungkin saat ini, muka ku sudah memerah karena menahan emosi sedari tadi. Aku benar-benar kesal, Aidan terkesan seperti meremehkanku dengan pesananku tadi. Oh baiklah, akanku buktikan aku bisa menghabisi makanan itu!
Dua porsi nasi goreng pedas sudah terletak dihadapanku dan Aidan, ditambah 2 gelas es teh. Cowok itu sibuk bermain game dan tidak menyadari kalau makanannya sudah berada di hadapannya sendiri. Ah, tidak asik jika hanya aku yang makan. Aku merebut handphone yang berada ditangan Aidan dan meletakkan benda pipih itu didekat piring makanku. Cowok itu terlihat kesal namun ia tidak memarahiku sama sekali. Aidan mulai memakan-makanannya dengan tenang berbeda denganku. Aku kepedasan, benar-benar pedas. Aku menyesal telah memesan makanan ini, sama saja aku tidak sarapan sekali pun karena baru 2 suapan saja aku sudah menyerah terlebih lagi aku memakan cabe rawit yang sudah di potong kecil-kecil itu.
"Mau ganti pesanan yang lain? Kalau gak suka jangan dipaksa,"
"Siapa yang gak suka pedes? Suka kok, banget malahan!?" Sergahku sambil menyuapi makanan."Tapi ini super pedes, mana bisa makan kayak gini," gumamku sembari memandang nasi goreng itu.
Aidan menghela nafas, lalu cowok itu beranjak entah kemana, aku tidak peduli sama sekali. Dan ini satu kesempatan yang bagus buat menukar makananku dengan makanan Aidan. Aku sangat lapar. Aku ingin makan dengan tenang. Lalu aku mengambil dan menukar posisi. Cabe rawitnya pun aku pindahkan ke piring Aidan agar ia tidak curiga kalau makanannya sudahku tukar.
Satu suap.
Dua.
Tiga.
Empat."Ketahuankan lo!?"
Uhuk uhuk
Aku tersedak. Gila, Aidan benar-benar menyebalkan sekali! Aku meneguk habis es teh punyaku. Ini benar-benar menyebalkan!
"Nasi goreng tanpa cabe, jangan kebiasaan makan punya orang!"
Aidan meletakkan satu porsi nasi goreng di hadapanku dan mengambil alih makanan miliknya lagi dan memadukan dengan nasi goreng super pedas punyaku tadi.
Hmm omong-omong, kenapa aku jadi tidak kesal lagi dengan Aidan? Apa karena perlakuannya tadi? Tidak apalah, setidaknya aku bisa sarapan dengan tenang tanpa kepedasan.
Setelah selesai makan, aku berjalan kearah meja antrian untuk membayar.
"Berapa semua, bi?" Ucap cowok itu.
"Sembilan belas ribu,"Aidan ingin membayar semuanya? Ini tidak bisa di biarkan, aku tidak boleh kalah dari cowok itu!
"Biar aku yang bayar!?"
Dengan senyum penuh kemenangan aku meraih handphoneku dan membuka casenya. Namun, betapa memilukannnya tidak ada sedikitpun uang didalamnya. Aku panik. Aidan melihatku seakan bertanya atau mengejek aku tidak tau. Yang jelas aku panik!
Aku menunduk tidak mau melihat Aidan. Malu, tentu saja. Niat ingin membayar tapi uang tidak ada? Apa tidak malu? Sialan!
"Aidan ... tapi pinjam duit dulu ya. Gak bawa soalnya,"
Cowok itu tertawa dan mengeluarkan uang dari kantong celananya. Aku berjanji! Besok-besok aku akan menyimpan duit cadangan di dalam tas-ku!
***
Terimakasih telah membaca.
Apresiasi karyaku dengan VOTMEN ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ES CREAM
Roman pour Adolescents(ON GOING) Cinta. Bagaimana kata itu mampu mengobak-abik hati seseorang? Cinta. Kenapa dengan kata "cinta" Rasa patah dan tumbuh selalu dirasakan? Apa yang membuat "cinta" itu terasa indah? Menurut Maisa, "cinta itu takdir. Aku merasakan jatuh cint...