" Baiklah, tapi jangan sampai terlalu lama raina sebelum semakin parah" ucap dokter raihan
" Baik dok, terimakasih"
" Obatnya bisa ditebus ya raina"
"Baik dok" ucap raina dan segera menuju ke tempat penebusan obat
" Raina "
**********
Raina segera menoleh ke belakang meendengar ada yang memanggil namanya
" Vino" tanya raina setengah terkejud" Lo ngapain kesini? " Tanya vino penuh selidik
" Emm gini vin, gua lagi tebus obat" jawab raina
"Siapa yang sakit?" Tanya vino
"Gue tadi kaki gue terkilir, ya terkilir " ucap raina gugup
"Oh"
" Yaudah gue duluan ya vin"
"Hm".
Raina pun segera menuju keparkiranAneh terkilir kok gak pincang . Batin vino
**********
" Bundaaa" ucap raina setengah berteriak setelah sampai dirumah" Raina, kok kamu baru pulang? Habis dari mana? " Tanya bunda raina khawatir
" Tadi raina mampir bentar bun, kerumahnya kaila" ucap raina
" Owh gitu, yaudah kamu kekamar, mandi habis itu turun buat makan ya" ucap bunda raina
"Siap bun"
Raina pun segera menuju kamarnya dan bergegas untuk mandi. Setelah mandi seperti biasa raina selalu menyempatkan diri untuk menulis dibuku kesayangannyaTeruntuk kamu
Ternyata semua yang terjadi adalah kesalahan. tentu bukan, aku masih boleh berharap ? Berharap menjadi satu satunya. Berharap penantian ini akan terbalaskan
Memang bahagia dan sakit selalu beriringan. Sakit ini semakin gencar menjelajahi setiap bagian tubuh ini. Bisakah aku bertahan sampai penantian itu terbalaskan? Atau hanya akan menjadi bayang bayang.
Jujur saja diri ini lelah, lelah harus tergantung pada kapsul yang belum tentu menjamin berapa lama lagi hidup ini kan bertahan? . Haruskah aku mengikuti semuanya? Semua yang disarankan para ahli dibidangnya . Tapi aku tak siap. Tak siap membuat orang yang kusayang menderita, kesusahan. Tak siap membuat tubuh ini perlahan melemah. Tak siap membuat diri ini menjadi berbeda.Setelah merasa lega dengan mengungkap seluruh isi hatinya, raina segera menuju keruang makan sesuai dengan apa yang diminta bunda.
"bundaaaaaa" ucap raina
" Sini ai " ucap bunda
" AYAH " teriak raina dan segera berlari dan menghampiri sang ayah yang tengah duduk dimeja makan
" Ayah kapan pulang? Kok ai gatau sih?" Tanya raina dan segera memeluk sang ayah
" Tadi pagi ai, sana gih panggil abang kamu" ucap ayah. Bagas Andhara seorang ayah sekaligus suami yang bergelut di dunia penerbangan. Yang pulang hanya beberapa minggu sekali. Namun tetap menjadi ayah panutan bagi anak anaknya.
Raina segera menuju ke kamar abangnya
"Bang dave ayo turun udah ditunggu ayah bunda " teriak raina ketika sampai dikamar bang dave
"Bentar"
"Yuk dik" ajak dave
Setelah selesai makan mereka berkumpul diruang keluarga. Dengan posisi raina yang bergelayut manja dilengan sang ayah. Sedangkan dave dan bunda hanya bisa geleng kepala melihat raina si putri kecil keluarga ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌸EDELWEIS~
Teen FictionBukan tentang kisah yang berujung kebahagaian, bukan pula kesedihan. Entah akhir apa yang tepat untuk menggambarkan kisah yang bahkan bertahun tahun tanpa ada kepastian. Menyesali bukan jawaban, tersakiti bukan perasaan. Hidup tetap harus dijalani...