8 | Ingkar (lagi)

2.5K 316 61
                                    

Bangun tidurnya terlihat nyaman, mengerjap mata bertatap dengan wajah damai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bangun tidurnya terlihat nyaman, mengerjap mata bertatap dengan wajah damai. Ia melirik, tangan pria itu semalaman jadi bantal; pasti pegal. Tapi Krist menikmati. Tangannya terangkat, meraba rahang pria yang tidur menghadapnya dengan sensual. Merasakan tiap jengkal pori di kulit telapaknya.

Tampan.

Satu ungkapan kata yang sedari tadi ia gumamkan dalam hati. Krist tersenyum, sedikit mengangkat kepalanya mendekatkan wajahnya pada kening pria itu. Menciumnya agak lama sampai dering ponsel menginterupsinya.

Lebih memilih beranjak dan segera meraih dering yang berasal dari ponsel Singto. Sebuah panggilan masuk, dengan nama Jan tertera jelas. Terdiam. Membiarkan deringnya ribut. Pikirannya berkelana, untuk apa pagi-pagi Jan menelpon?

Keningnya mulai berkerut, bimbang antara angkat atau tidak? Tapi ini privasi Singto, ia tak berhak namun juga penasaran.

Hingga sebuah tangan melingkar di perutnya, sebuah kepala menyandar di bahu kirinya. Itu Singto, sampai terbangun.

"Siapa yang menelpon, hmm?" suaranya serak, khas orang bangun tidur.

"Jan," jawabnya seraya menyerahkan ponsel itu ke Singto.

Krist merasakan, pria yang menempel pada punggungnya segera menegak. Punggungnya kehilangan rasa hangat. Singto menerima ponselnya, sembari beranjak ke balkon. Krist mengamati, Singto menerima telpon dengan senyuman lebar dan mata yang sesekali melirik ke arahnya.

Satu helaan napas terdengar kasar. Tak ingin berpikir aneh-aneh, Krist segera beranjak meraih handuk menuju kamar mandi.

Selesai dengan itu, ia melihat punggung Singto.  Pria itu sedang membereskan tempat tidur. Krist mendekat, memeluknya dari belakang. Tangannya mengikat erat satu sama lain di lingkaran pinggang Singto.

Singto terperanjat dengan kemanjaan Krist. Bahkan ia bisa merasakan tetes-tetes rambut Krist membasahi baju bagian punggungnya. Kemudian ia tersenyum, meletakkan bantal yang ia pegang. Beralih untuk mengusap tangan Krist yang dingin segar.

"Ada apa, Kit?"

"Tidak ada apa-apa, Phi. Biarkan seperti ini dulu."

Ia diam, lebih memilih menikmati pelukan Krist seraya mengusap lembut punggung tangan Krist. Sedang Krist menciumi punggung Singto, membaui aroma woody yang akan selalu ia ingat.

"Kamu ada kelas pagi, 'kan? Aku akan mengantarmu, tapi aku mandi dulu lalu kita beli sarapan. Lepas dulu, ya pelukannya? Nanti malam aku menginap lagi, kau bisa bebas menelukku hingga puas."

Krist menurut. Ia lepaskan tangannya. Singto berbalik, ditatapnya wajah Krist yang tampak polos membuat Singto gemas. Ia tangkup kedua pipi Krist, menatap lurus ke arah dua bola mata yg hitam kecoklatan.

Tak ada pembicaraan apapun, hanya berpandangan beberapa detik hingga Singto mengecup bibir Krist. Melumat bibir bawahnya sebentar sebelum beranjak ke kamar mandi.

Summer Rain [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang