23 | Hampa Asa

2.5K 236 102
                                    

"Selama dua tahun pacaran sama kamu, saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selama dua tahun pacaran sama kamu, saya ... bahagia. Tapi—" Krist tarik napas membuangnya pelan. "—saya capek. Saya bukan capek bahagia sama kamu, tapi saya capek sama kita. Saya capek sama diri saya sendiri. Saya capek sama kamu. Saya benar-benar capek sama hubungan kita."

"Dari awal, saya ragu buat nerima kamu jadi pacar saya. Kamu terlalu tinggi, terlalu jauh untuk saya jangkau. Rasanya seperti kamu berjalan di depan saya sangat jauh, saya berusaha ikutin kamu tapi tak sampai juga. Di samping kamu ada teman-teman kamu, termasuk Jan. Mereka bisa mengimbangi kamu, tapi saya tidak. Saya justru tertinggal di belakang kamu. Sendirian. Saya hanya berusaha yakin dengan perasaan saya sendiri. Saya terima kamu karena saya percaya sama kamu."

"Saya kira, tugas saya tak seberat itu. Ternyata saya salah, saya harus mematahkan semua omongan buruk orang-orang terhadap saya dan hubungan kita. Mereka mengolok saya, mengatakan bahwa saya tidak pantas buat kamu. Mereka bilang, saya harus sadar diri. Mereka benar. Kamu tidak punya banyak kekurangan seperti saya. Kamu tampan, pintar, kaya, ramah. Bahkan kamu berprestasi, memenangkan sebuah kompetisi adalah hal yang biasa. Mantan ketua BEM yang dielu-elukan, sedangkan saya—"

Krist menggelengkan kepalanya lemah bersama air mata yang turun.

"—tidak ada apa-apanya dibanding kamu.  Tidak ada yang bisa saya kasih ke kamu selain perasaan tulus saya."

"Tapi sepertinya, kamu tidak melihat hal itu. Apa kamu tau, bagaimana perasaan saya waktu kamu lebih peduli sama Jan dibanding saya? Itu sakit, Singto. Tapi saya bertahan, karena saya masih percaya. Saya banyak mengalah dari kamu. Kamu abaikan saya, saya diam. Kamu salahin saya, saya terima. Bahkan ketika dimana saya harusnya marah sama kamu, justru saya yang meminta maaf."

Singto masih diam. Krist lanjut bicara.

"Kamu seolah tidak peduli sama perasaan saya. Itu buat saya berpikir, sebenarnya hubungan seperti apa yang sedang kita jalani? Kamu menganggap saya sebagai apa? Kamu pacar saya tapi rasanya saya tak mengenal kamu. Begitu pula sebaliknya, 'kan?"

"Saya cuma tau, kamu punya orang tua yang sibuk, punya satu adik laki-laki, dan kamu punya banyak teman. Itu saja." Jeda sejenak dengan Singto yang masih menegak bungkam. "Saya buta tentang kamu yang lainnya, sampai saya ragu sama perasaan kamu pada saya."

"Mungkin memang saya orang baru di kehidupan kamu, tapi saya peduli sama kamu. Saya ingin punya peran penting dikehidupan kamu. Tapi sepertinya, saya terlalu berharap."

"Maka dari itu Singto ... saya tidak mau berharap lagi. Saya melindungi saya sendiri. Lebih baik kita akhiri sekarang saja daripada nanti ... masing-masing dari kita jadi orang berbeda hanya untuk menyakiti satu sama lain. Saya tidak mau lagi tertekan karena kamu dan—" Krist mendongak, menahan air matanya turun lebih deras lagi. "—jangan paksa saya untuk tinggal. Saya sudah tidak sanggup. Maaf, Singto."

Mengingat semua ucapan Krist beberapa saat lalu, Singto menemukan dirinya lemas. Tak bisa berpikir jernih. Pikirannya memutar kembali percakapannya dengan Krist. Terus menerus seperti kaset rusak.

Summer Rain [Singto X Krist - Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang