Chapter 11

66 6 0
                                    

Aaron POV

Selama tiga tahun berteman dengan mereka, aku seolah memiliki keluarga baru. Keluarga yang bisa mendengar keluh kesah ku walau sering terjadi perdebatan di antara kami. Dan hari ini, Jack sudah mengecewakan ku. Aku tidak habis pikir dengan dirinya. Aku tidak pernah melarang mereka untuk bergaul bebas. Bergaul di club atau bahkan bermain wanita. Aku tahu mereka adalah remaja menjelang dewasa yang haus akan kenikmatan duniawi. Tapi, Jack dengan sangat mudah mengonsumsi obat terlarang itu dan bahkan mengedarkannya.

Pikiran ku kalut melihat Jack. Pria itu tidak berpikir jernih sebelum melakukan sesuatu hal. Alhasil dirinya mendekam di jeruji besi. Padahal aku selalu memperingatkan mereka untuk tidak menyentuh barang itu. Arghh! Pikiran ku pusing! Aku harus mencari cara agar hukuman Jack berkurang.

Ponsel ku bergetar dan ku lihat pesan dari mom. Mereka telah kembali ke York dan aku pasti tahu apa yang mom inginkan. Tentunya menemani gadis keras kepala dan merepotkan itu. Semenjak kedatangannya, hidup ku semakin rumit. Ia selalu menentang ucapanku dan dengan mudahnya memancing amarah ku. Dia berhubungan dengan Edzard dan juga musuh bebuyutan kami, Matthew. Dia sangat keras kepala namun bisa membuatku merasa khawatir di suatu waktu.

Aku mengambil kunci motor di atas meja dan berniat pulang. Aku tak ingin mom merasa kecewa padaku karena tidak menemani gadis itu. Aku melihat Edzard, Roney dan yang lain duduk tenang sembari menghisap sebatang rokok ditangan mereka masing-masing. Sepertinya mereka tidak pulang dan menetap disini.

"Kau ingin pulang, Aaron?" tanya Sam dan menatapku sembari menghisap rokoknya.

"Hmmm."

"Kau akhir-akhir ini selalu pulang. Padahal biasanya kau menginap disini." Sam benar. Aku biasanya sangat jarang pulang dan sekarang karena gadis itu, aku harus lebih banyak berdiam diri dirumah.

"Mom memintaku melakukan sesuatu."

"Aunty Merylin sangat peduli dan menyayangi mu." ucap Sam dan aku hanya melangkah keluar dari rumah ini tanpa membalas ucapanya. Rumah Sam yang sudah menjadi rumah kedua bagi kami.

Aku menghentikan motor ku dan memasukkannya ke dalam garasi. Rumah terlihat sepi atau mungkin gadis itu sudah tidur. Ku langkahkan kaki menuju pintu dan pintu terbuka menampilkan gadis keras kepala itu. Aku melangkah saja tanpa menyapa. Pikiran ku sangat kalut. Jack bukan hanya sekedar teman tapi lebih dari itu.

"Aunty dan Uncle sudah kembali ke York." ucapnya dan aku tidak peduli. Aku tetap melangkah masuk ke kamarku.

Tubuhku rasanya sangat lelah hari ini dan aku mungkin akan mandi atau berendam air panas. Aku akan memulai acara mandi ku tapi ku dengar ketukan pintu. Aku tahu siapa itu. Selalu mengganggu dan merepotkan.

Ku buka pintu dan muncullah sosoknya yang menggunakan piyama berwarna biru. Ku lihat wajahnya terkejut dan pipinya memerah menatap tubuh bagian atas ku yang memang memiliki proporsional bagus. Aku selalu menjaganya.

"Bisakah kau tidak mengganggu ku malam ini?"

Dia terdiam sejenak dan menunduk lalu kembali menatapku. "Lampu kamar ku padam," dia menarik nafasnya sejenak dan aku tahu dia sedang gugup.

"aku tidak bisa tidur dalam keadaan gelap." lanjutnya.

"Lalu?"

"Bisakah aku tidur di kamar mu?" ucapnya dan lagi-lagi wajahnya memerah. Kemana dirinya yang banyak bicara itu. Dia tiba-tiba malu berbicara padaku malam ini.

"Kau yakin akan tidur dikamar ku?" tanyaku dan dia mengangguk.

Dasar gadis yang polos. Tidakkah dia berpikir jika dalam satu kamar ada pria dan wanita apa yang akan terjadi? Aku memang mengatakan kalau aku tidak tertarik padanya tapi, aku adalah pria normal. Apa pun bisa terjadi diluar kendali ku.

"Kau tidak takut aku melakukan sesuatu padamu?"

"Kau pernah mengatakan kalau aku tidak menarik dan wanita simpanan Edzard jauh lebih menarik dariku. Jadi, kau mungkin tidak akan berbuat apa-apa padaku." aku ingin tertawa mendengar ucapannya tapi ku redam saja. Aku tidak mau dia menyentuh wajah ku lagi seperti tadi siang.

"Aku adalah pria normal, Lea."

"Aaron jangan mempersulit. Aku tidak akan bisa tidur malam ini dalam keadaan gelap." dia kembali mengeluarkan suara menyebalkannya itu. Dasar gadis keras kepala!

"Masuklah. Tapi, jangan salahkan aku jika aku akan melakukan sesuatu padamu."

Dia tidak menggubris dan langsung masuk ke kamarku dengan boneka berwarna birunya. Kelakuannya seperti anak-anak padahal bisa ku tafsir umurnya mungkin 17 tahun.

"Aaron, bisakah kau menutup perut mu itu?" ucapnya dan dia menutup matanya sekarang dengan bonekanya. Dasar gadis aneh. Untuk apa dia menutup mata sekarang sedangkan sedari tadi dia sudah melihat perutku ini.

"Ini kamarku dan kau tidak punya hak mengaturku."

Aku langsung saja memasuki kamar mandi. Rasanya melihat gadis itu sungguh menguji kemarahan ku. Dirinya benar-benar keras kepala, lamban, dan sangat merepotkan.

Aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang hanya menutupi setengah tubuhku. Ku lihat wajahnya kembali memerah melihat diriku dalam keadaan seperti ini dan aku tidak peduli. Aku tetap berjalan santai lalu meraih bajuku dan mengenakannya. Saat aku ingin membuka handuk ku, ia berteriak dan berlari keluar kamar.

"Aaron!!! Dasar pria gila!" teriaknya.

Aku hanya menatapnya sekilas lalu melanjutkan kegiatanku. Siapa suruh memasuki kawasanku? Hanya dia gadis yang seberani ini padaku dan hanya dia juga yang berani berbicara banyak padaku. Walau ku akui di awal pertemuan kami dia sangat takut padaku.

Sudah 15 menit aku terduduk dengan membaca buku berjudul The Fault in Our Stars. Buku karangan John Green yang ku dapat dari seseorang yang dulunya sangat berarti bagiku. Namun, semuanya telah hilang di telan bumi. Aku menatap pintu, memastikan apakah gadis merepotkan itu akan kembali datang ke kamarku.

Tok... Tok...

Baru saja aku memikirkannya dan dia sudah kembali mengusikku. Kapan aku akan terbebas dari belenggunya itu? Aku melangkah dan membuka pintu.

"Kau sudah selesai berpakaian?" tanyanya.

"Kau sudah melihat ku berpakaian. Apa perlu ku jawab." balasku dan dia menampilkan sedikit senyumnya. Apa dia sudah tidak menakutiku lagi?

"Aku hanya bertanya. Kau tidak perlu seserius itu, Aaron."

"Apakah aku boleh masuk?" tanyanya lagi dan hanya kubalas dengan anggukan. Jika pun aku mengatakan tidak, ku pastikan dia akan tetap memaksa masuk. Dia 'kan gadis keras kepala.

Ku tutup pintu lalu berjalan ke arah sofa single dan Lea duduk di atas ranjangku. Dia menyentuh buku yang ku baca tadi dan matanya tampak berbinar-binar. "Kau juga menyukai buku ini?" tanyanya.

"Aku lebih suka orang yang memberikan buku itu." dia menatapku dan kembali meletakkan buku itu. "Siapa yang memberikannya? Kekasihmu?"

"Jangan banyak tanya,"

"Kau terlalu serius dalam menanggapi segala hal, Aaron." dia bangkit dari atas tempat tidur ku lalu menyusuri setiap sudut kamar ini. Lalu, menyentuh busur yang tergantung yang selalu ku pakai memanah.

"Kau bisa memanah?" kapan gadis ini akan berhenti bertanya dan tidak membuatku pusing.

"Jika kau bertanya sekali lagi, aku akan membungkam bibirmu itu dengan bibirku."

Lea langsung terdiam dan aku tersenyum tipis tanpa sepengetahuannya. Mungkin aku harus lebih banyak mengancamnya agar gadis itu diam.

***

Aku buat 1000+ word per bab. Terimakasih sudah mampir🤗

If you like this story, don't forget to Comment and Vote:)
Tunggu bab selanjutnya❤️

Byeeee

Follow AldaJM






OTHERWISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang