Beberapa hari ini Zidni jarang bertemu dengan Zidan karena laki-laki yang dipilih menjadi kapten basket Pelita Raya itu sedang sibuk-sibuknya dengan bola besar berwarna oranye dan timnya. Latihan setiap jam istitahat dan setiap pulang sekolah sampai jam enam sore membuat intensitanya bertemu sapa dengan Zidan sangat minim. Mungkin hanya sekedar sapa ketika lewat di koridor atau pesan singkat dari Zidan di malam hari. Zidni sangat bersyukur akan hal itu.
Minggu-minggu ini adalah jadwal sparing tim yang dikapteni oleh Zidan itu. Dan Pelita Raya menjadi tuan rumah karena dua minggu lagi, pertandingan antar sekolah akan dilaksanakan di Xaverius 2. Makanya Zidan tidak memiliki waktu untuk sekedar merecoki hidup Zidni, sesekali ia hanya menyakan dengan siapa gadis itu pulang lewat aplikasi chatting online.
Sebelum menjadi kapten basket, saat kelas sepuluh Zidan juga sudah pernah mengikuti pertandingan antar sekolah beberapa kali. Dan yang menjadi lawan terkuat mereka adalah sekolah Xaverius 2. Tahun lalu saat ikut DBL, Xaverius memimpin di tingkat pertama dan Pelita Raya ditingkat kedua. Maka misi mereka di DBL kali ini adalah, merebut posisi Xaverius sebelumnya.
Zidan yang menyadari kehadiran Zidni dan Mili di pinggir lapangan memelankan larinya yang sedang memegang bola dan hendak menuju ring. Dilemparnya bola itu dari jauh dan selalu tepat sasaran. Ia meninggalkan bola basket dan berlari ke pinggir lapangan, menghampiri Zidni dan Mili.
Dahi Zidni mengerut ketika melihat Zidan malah menghampirinya, niatan Zidni turun ke bawah adalah untuk melihat Zidan bermain basket dari dekat, itupun karena Mili yang mengajak.
"Hai," sapa Zidan dengan napas agak ngos-ngosan. Wajahnya dibanjiri keringat saat itu.
"Kenapa malah kesini sih?" dari belakang punggung Zidan, Zidni juga melihat Gatha yang juga berlari ke arah mereka. "Ni juga, satu." Gatha langsung duduk di samping Mili, memberi laki-laki itu satu botol air mineral. Zidni bahkan tidak menyadari kalau sahabatnya itu membawa air mineral untuk ia berikan kepada Gatha, membuat Zidni merasa bodoh.
"Minum buat gue mana, Zid?" kini Zidan sudah duduk di sebelah Zidni.
"Hah?" Zidni melihat Zidan sebentar, kemudian melihat Mili dan Gatha bergantian. Membuat Mili dan Gatha terkekeh pelan, lalu Gatha memberikan air mineral miliknya kepada Zidan.
"Zidni mah nggak perhatian." ujar Zidan setelah menengguk habis air mineral yang memang sisa setengah tadi.
"Ya mana gue ngerti kalo Mili sengaja beli minum buat Gatha." ucap Zidni acuh.
"Kelamaan jomblo ya, gitu."
Raut wajah Zidni berubah sinis. "Kok bawa-bawa jomblo sih." ucap Zidni agak kurang suka.
"Enggak, enggak, Zid, bercanda." ucap Zidan pada akhirnya, mengalah. Zidni mau turun saja sudah membuat Zidan merasa senang. Padahal mungkin bisa saja Mili yang mengajak Zidni ke bawah, karena Mili ingin menyemangati Gatha. Walaupun begitu tidak apa, setidaknya Zidni di sampingnya sekarang. "Lo nanti pulang bareng siapa?"
Zidni tidak langsung menjawab, ia teringat ucapannya Zidan beberapa hari lalu. Harus kah ia menjawab jujur, atau berbohong saja? Toh Zidan tidak punya hak atas hidupnya. "Bareng Langit."
Zidan mengamati Zidni sesaat. "Beneran?" tanyanya kurang percaya, ia harap Zidni hanya bercanda, ingin membuat Zidan kesal.
Zidni mengangguk. "Beneran. Udah dua hari ini sih, gue pulang sama dia." Tetapi Zidni tidak bercanda atau sekedar ingin membuat Zidan kesal. Zidni sungguhan.
Zidan menelan salivanya berat. Hendak protes tapi ia sadar ia bukan siapa-siapanya gadis itu. "Ohh, bagus kalo gitu."
"Bagus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Zidni
Teen FictionNamanya Zidan, cowok paling nyebelin yang pernah gue temui. -zidni Nggak usah sok anti, Zid, gue jodoh lo baru tau rasa! -zidan