Langit Sore

6 1 0
                                    

Bel istirahat yang berbunyi dua menit lalu membuat Zidni yang bertugas sebagai sekretaris kelas terpaksa harus membawa tumpukan buku tugas dari guru Bahasa Indonesia yang berhalangan hadir. Sekitar satu jam yang lalu guru piket memberi mereka tugas dari buku paket yang diambil dari perpustakaan dan meminta untuk sekretaris mengumpulkan di meja guru Bahasa Indonesia mereka ketika istirahat.

"Ini udah semua kan?" tanya Zidni sekali lagi, kali ini suaranya agak keras karena kondisi kelas yang mulai agak riuh.

"Udah semua kok, Zid." jawab Amri yang bertanggung jawab sebagai ketua kelas, baru saja meletakkan beberapa buku paket yang ia ambil dari meja teman-temannya.

"Oke. Lo yang balikin buku paketnya ya. Gue anter buku ke kantor." Zidni sudah membawa buku teman-teman di tangannya. Lalu ia, Mili dan Amri serta beberapa teman Amri yang membantu membawa buku paket berjalan keluar kelas.

Belum sampai keluar, Langit memanggil Zidni. "Biar gue aja yang bawa. Sini Mil." Lalu laki-laki itu mengambil alih buku yang tadi telah dibagi dua oleh Zidni dan Mili.

"Yaelah Lang, gue udah biasa kok." Zidni berusaha untuk mengambil buku-buku itu.

"Yaudah sekarang jangan dibiasain." ujar Langit, membuat Mili yang ikut berjalan di sampingnya terkikik geli.

"Pepet terus, Lang." sahut Mili.

Langit tertawa. "Tipis, tipislah, Mil." Langit dan Mili tertawa sementara Zidni hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Tak berapa lama mereka sampai di kantor yang letaknya di ujung koridor. Kemudian Zidni masuk bersama Langit, saat Mili memilih untuk menunggu di luar

"Itu tuh, mejanya." Zidni menunjuk meja yang berada nomor dua dari sudut belakang. "Bu, ini buku tugas 11 IPA II ya, tadi bu Khodijah suruh ngerjain tugas bahasa karna bu April nggak masuk." jelas Zidni kepada ibu siapapun itu namanya yang kebetulan mejanya tidak jauh dari meja Bu April.

Ibu guru yang sedang fokus dengan gadget-nya itu hanya menoleh sekilas, lalu berkata, "Iya, taruh aja di situ nanti ibu sampaikan."

Setelah Langit meletakkan bukunya, kedua murid itu menundukkan badannya sedikit walaupun mereka tahu guru perempuan itu tidak perduli dengan kehadiran mereka. "Makasih bu, permisi." Lalu mereka keluar dari kantor yang cukup luas itu.

"Pada mau ke kantin nggak nih?" tanya Langit saat mereka bertiga berjalan beriringan.

"Gue kantin deh, soalnya agak lapar. Lo kantin Mil?"

"Kantin, tapi beli minum sama roti doang, gue mau nyamper Gatha. Hehe." Mili menyengir lebar.

"Gatha cowok lo, Mil?" tanya Langit.

"Belum. Baru gebetan doang, doain lancar ya." jawab Mili percaya diri.

Langit tersenyum sambil mengangguk. "Ohh, masih pdkt?"

"Ya semacam itulah."

Mereka telah sampai di kantin, masing-masing meneliti meja mana yang kosong.

"Sana!" Mereka bertiga bersamaan menunjuk tiga meja yang berbeda. Yang satu agak di sudut dekat meja para perokok, yang satu dekat gerobak makanan dan yang satu di tengah-tengah. Ketiga orang itu melihat satu sama lain.

"Jadi di mana nih?" tanya Zidni.

"Di tengah aja deh biar adil." putus Langit yang langsung disetujui oleh Zidni dan Mili.

"Eh, ngapain gue ikut ke sini ya? Kan gue cuma mau beli minum sama roti doang." Mili menggarut samping kepalanya.

"Eh, lo jaga meja bentar Mil, biar gue sama Langit cari makan dulu." tahan Zidni ketika menyadari Mili hendak pergi.

Cerita ZidniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang