"Rev ... pulang yuk, naik mobil gue" Adrian menarik tangan Reva dan membawanya ke mobil.
"Gak mau, lepasin saya" Reva memaksa melepaskan pegangan tangan Adrian, namun tangan Adrian terlalu kuat dan Reva pasrah untuk ikut dengannya.
"Gak bisa kan, udah pulang sama gue aja." Adrian melajukan cepat mobilnya ke rumah Reva.
Tak ada pembicaraan sedikit pun antara mereka, Reva masih sangat sedih atas kepergian sahabatnya.
########
"Assalamualaikum" sapa Reva ketika sampai di rumah
"Waalaikumsalam, Rev ... sini geh, Ibu di dapur nak"
"Iya bu, ada apa?" Reva menghampiri ibunya di dapur.
"Hmm ... jadi gini, tadi Santi ke sini pas Kamu udah berangkat sekolah, Dia bilang katanya minta maaf sama Kamu dan bilang Kamu jangan sedih karena Dia bakal balik lagi katanya" Rizka menjelaskan
Seketika air mata Reva jatuh lagi, kesedihan bertambah dalam. Ia merasa kesal mengapa tadi berangkat bersama Adrian. Reva tak mampu membendung air mata, ia kini menangis di pelukan ibunya.
"Udah Rev, gak papa. Jangan sedih terus ya, udah jangan nangis" Rizka membelai kepala Reva yang tertutup kerudung putihnya.
"Saya ke kamar dulu bu" Reva berjalan ke kamarnya di lantai dua dengan tangannya yang terus mengelap air mata.
Reva berbaring di kasurnya, ia memeluk erat boneka pandanya sambil memandang foto dirinya bersama sahabatnya Santi. Ia terus menangis sampai ia tertidur dengan memegang foto mereka.
########
"Reva ... solat asar dulu nak" Rizka memanggil dari balik pintu kamar Reva.
"Rev, solat dulu" ibu Reva terus memanggil dan mengetok pintu kamar Reva.
"Iya mah, ini Reva udah bangun" Reva mencoba bangkit, sekarang kepalanya pusing, ia tidak tahu apa yang terjadi padanya.
Reva berjalan pelan ke arah pintu dengan matanya yang semakin kunang-kunang. Ia membuka pintu kamarnya, namun ia tak bisa melihat apa pun di depannya.
"Astaghfirullah" Reva jatuh di pelukan ibunya, ia pingsan. Rizka mengangkat Reva kembali ke ranjangnya.
"Ya Allah Reva ... apa yang terjadi sama Kamu, Nak" Rizka menangis di samping Reva yang belum sadarkan diri.
"Assalamualaikum" suara Tomi terdengar sampai ke kamar Reva, ia baru pulang dari kantor.
"Waalaikumsalam, Pah ... Reva Pah, sini di kamarnya" Rizka memanggil Tomi dengan suara lirih tangisannya.
"Ya ampun, Reva kenapa Mah?" Tomi kaget seketika mendapati Reva tak sadarkan diri.
"Enggak tahu Pah, tadi Reva tiba-tiba pingsan"
"Ya udah kita bawa ke rumah sakit aja" Tomi membawa Reva ke rumah sakit terdekat.
########
"Gimana Dok keadaan anak Saya?" Tanya Tomi khawatir
"Dia baik-baik saja, hanya butuh banyak istirahat. Mungkin pikirannya yang sedang susah atau ada tekanan batin. Saya harap Dia tidak boleh memikirkan apa-apa dulu" dokter tersebut menjelaskan.
"Terimakasih banyak, Dok"
Tomi dan Santi menghampiri Reva, ia telah siuman.
"Mah ... Saya kenapa?" Tanya Reva
"Kamu gak papa sayang, istirahat aja, jangan pikirin macem-macem ya" balas Santi.
"Besok Kamu jangan sekolah dulu ya, istirahat di rumah" Tomi mengelus kepala Reva.
"Iya Pah"
########
"Eh, Reva mana, kok gak keliatan?" Tanya Rian kepada anak-anak di kelas
"Dia sakit, katanya kemaren pingsan tapi dah gapapa" jawab Rara.
"Heleh, ngapain si Lo nanyain Reva? Penting buat Lo?" Adrian tiba-tiba mendorong badan Rian sehingga badannya tertabrak dinding.
"Maksud Lo apa si, gue nanyain berarti gue peduli ama Dia ... toh Lo bukan siapa-sapanya, Reva gak suka kan sama Lo" balas Rian dengan nada kesal.
"Oke, kita lihat saja nanti ... Dia bakal milih Lo atau Gue" Adrian membalas dengan senyum liciknya.
Ujian tak henti datang menghampiri Reva. Gadis baik tak bersalah itu harus mengalami masa-masa pahit dalam hidupnya. Ini jalan terbaik yang Tuhan berikan, untuk menjadi cerita saat Reva bahagia.
Bersambung....