Adzwa kini sedang duduk dikantin berdua dengan Ravi.
Tahu mengapa mereka hanya berdua? Kalau bukan kerjaan Sani, siapa lagi?
Umpatan kecil sudah dikeluarkan Adzwa sedari tadi, mengutuk Sani yang menjebak dirinya agar bersama Ravi, padahal Ia sama sekali tidak mau berurusan dengan Ravi, yah walaupun Ravi pacarnya.
"Dzwa, Lo nggak pa-pa?" tanya Ravi setelah lama terdiam.
Sadar dari rutukan-rutukannya, Adzwa menatap Ravi. Datar. Itulah yang Ravi simpulkan dari tatapan Adzwa.
"Gue salah ngomong yah?" Tanya Ravi pelan, takut-takut Adzwa marah.
"Gak kok" jawab Adzwa, tatapannya beralih ke minumannya, tersenyum tipis menampilkan lesung pipit kecil di pipi kanannya.
Ravi hanya ber-oh ria, setelah itu tidak ada lagi yang membuka suara, hanya bergelut dengan fikiran masing-masing hingga bel masuk berbunyi yang membuat Adzwa refleks berdiri.
"Udah bel gue duluan yah" Pamitnya lalu langsung berjalan meninggalkan Ravi dikantin sendiri.
****
"Adzwa!" Panggil Adam yang sudah mulai bosan menatap Adzwa bermain game dikamar Adzwa.
"Hm?".balas Adzwa tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Bosan anjir gue liatin lu mulu, keluar ayyook" Keluh Adam
"Yang nyuruh lu liatin gua sapa?" Tanya Adzwa masih fokus pada Komputer didepannya. "Lagian kalau lu mau keluar tinggal keluar aja, pintu keluar terbuka lebar buat lu" lanjutnya yang membuat Adam menghembuskan nafas pasrah.
Jika sudah berkutat dengan game, biar asteroid jatuh depan rumah, atau kecelakaan beruntun, atau yang lebih parah Naruto dan hinata bercerai itu tidak akan membuat Adzwa berpaling.
Adam beranjak dari tempat duduknya di samping Adzwa ke arah kasur empuk berukuran queen size, Ia berbaring menatap langit-langit kamar Adzwa.
Hening, hanya suara keyboard-keyboard yang ditekan Adzwa yang terdengar di telinga Adam, sedangkan Adzwa? Telinganya sudah ditutupi Headset yang entah itu mengeluarkan suara atau tidak, karena dia masih bisa mendengar panggilan Adam.
Brak
Adzwa membanting Headset-nya ke keyboard. "Sepertinya kalah" gumam Adam yang hanya bisa didengar dirinya
"Anjir dikit lagi!!"
"Nah kan" tambah Adam lagi. Adam mengubah posisinya menjadi duduk, menatap Adzwa yang sedang menatap komputernya tajam. Mungkin kalau komputer itu bisa bicara dia bakal bilang 'salah gua apa?, yang main sapa yang di marahin sapa'
"Dam, ayok keluar gua mau beli cemilan" Adzwa langsung berdiri dan melangkah keluar kamar.
Adam gagal konek, ia masih menetap pada posisi semula, belum mencerna kata-kata Adzwa.
"DAM!" panggil Adzwa dari luar kamar yang menyadarkan Adam. Adam segera berdiri dan berjalan keluar mengikuti Adzwa.
Berjalan kaki ke minimarket, jika dilihat sekilas mereka berdua terlihat seperti pasangan muda yang sedang menikmati sore dengan riang di sekitaran komplek, tapi jika diperhatikan lebih detail, maka akan nampak raut wajah Adzwa yang sedang menahan kesal, meredam kemarahannya dengan memainkan jari-jari Adam dan Adam yang menahan sakit karena jari-jari tangannya yang diputar-putar Adzwa kekiri kekanan ke belakang kedepan.
Drrt drrt drrt
Saku celana Adam bergetar. Adam mengambil benda pipih dari sakunya yang menampilkan nama Silangit kubur sebagai penelpon.
"Ck" dengan malas Adam menggeser tombol hijau, dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
"Apa?" Tanya Adam begitu terdengar sapaan dari sebrang telepon
"Nggak... Lagi diluar....hmmm... Sama temen... Temen..... Cewek.. Udah dulu yah udah mau sampai minimarket..hmm" sambungan terputus. Adam menghela nafas kasar.
"Sila yah?" tanya Adzwa
"Ho'oh"
"ohh"
Mereka sampai di Minimarket, Adzwa mengambil keranjang lalu berjalan menuju rak-rak cemilan, diisinya keranjang itu dengan cemilan hingga penuh, Adam hanya mengekor.
"Dam gue kebelet nih, pegangin dulu yah, bentar doang" Adzwa menyerahkan keranjangnya ke Adam, lalu berjalan keluar minimarket.
Adzwa menyeringai, di tengoknya ke belakang kearah minimarket, bisa dilihat Adam disana masih berdiri menatap keranjang-nya.
Adzwa melepas sendal nya, menentengnya, lalu berlari secepat mungkin ke rumahnya.
Sedangkan Adam didalam Minimarket hanya bisa celingak-celingukkan seperti anak ayam kehilangan induknya.
Tiga puluh menit menunggu, namun Adzwa tidak kunjung datang, Adam memutuskan untuk langsung ke kasir.
Sudah bisa Adam pastikan, dia sedang dikerjai, Adzwa ingin makanannya dibayarkan.
"Anjiir tekor gue, makanan orang" Gerutu Adam saat keluar dari Minimarket. Menenteng dua plastik besar yang berisi semua cemilan Adzwa. Mau ia bawa kerumahnya, pasti Bundanya akan memarahinya karena membeli banyak sekali.Huuh!
"Adzwa kampret! Adzwa monyet! Adzwa jelek! Adzwa pelit! Fuck for Adzwa titisan Fir'aun, Adzwa iblis!-" Dan banyak lagi Adzwa-adzwaan yang dikeluarkan Adam sepanjang jalan Shirotul mustaqim.
Voment please:)
Saya sebagai orang termanis yang manis nya tak tertandingi oleh tebu, mengucapkan terima kasih telah membaca cerita saya, walau gaje kan yaaah:v
KAMU SEDANG MEMBACA
AA (Adam & Adzwa)
Historia CortaHanya kisah sehari-hari Adam dan Adzwa. Dengan Adam yang usil, dan Adzwa korban keusilan Adam. karena mereka bertetangga yang hanya dibatasi pohon tua besar diantara balkon kamar Adzwa dan Adam, Adam selalu ke kamar Adzwa. Hingga pada suatu peristiw...