Setelah kejadian semalam, Chenle merasa menjadi semakin dekat dengan lelaki yang ditaksirnya. Tidak ingin terlalu percaya diri sih, tetapi pesan yang masuk pada ponsel pintarnya seolah mengatakannya demikian.
Saat ini pukul 10.30 pagi, waktu dimana Chenle sebagai seorang pasien pengidap XP harusnya beristirahat dan menghindari matahari. Namun, kali ini ia merelakan waktu istirahatnya hanya untuk membalas pesan yang dikirimkan oleh Jisung layaknya remaja normal yang sedang beraktifitas di siang hari.
Chenle mencoba mengatur napasnya sesaat sebelum membuka pesan tersebut.
Jisung :
Leleeeeee
Sedang apa?Chenle :
Sedang membaca buku
Ada apa?Jisung :
Aku bosaaan
Seharusnya sekarang sedang jam pelajaran olahraga
Tapi guruku tidak masuk
Aku ingin pergi ke kelas teman-temanku yang lain
Tapi mereka senior, sudah kelas 3
Pasti mereka sedang belajar dengan serius, huh
Aku sebetulnya ingin ketempatmu
Tapi kamu juga tidak bisa bolos :")Chenle :
Kita bisa bertemu lagi nanti malam, Jisung-ah
Daripada bosan bagaimana kalau kamu tidur saja?
Kita pulang saat dini hari semalam
Waktu tidurmu pasti berkurang kan?Jisung :
Ah iya benar!
Kalau begitu aku akan tidur siang saja
Sambil memimpikan Lele, hehe
Sampai jumpa nanti malam yaa
Aku tidur duluu
Chenle berusaha membendung jeritan senangnya dengan membenamkan wajahnya dalam bantal tidurnya. Jantungnya berdegup kencang saat melihat bagaimana lelaki yang ditaksirnya itu mengiriminya pesan yang berisi gombalan dan sebuah swafoto dengan tiba-tiba.Kedua kakinya menendang-nendang kasurnya yang empuk untuk menyalurkan rasa girangnya. Setelah ia merasa sudah cukup baik-baik saja, Chenle kembali meraih ponselnya untuk mengetikkan balasan pesannya pada Jisung yang berisi kalimat : sampai jumpa nanti.
Bibir Chenle tak dapat berhenti menyunggingkan senyumnya yang lebar hingga saat ia kembali merapatkan tubuhnya dalam balutan selimutnya. Ia memandang langit-langit kamarnya sejenak sambil membayangkan seolah sedang berbicara dengan lelaki yang disukainya sebelum memejamkan matanya dan kembali tidur.
"Selamat tidur juga, Jisung-ah"
Kun tengah menonton acara berita malam pada televisi di ruang keluarganya ketika putranya turun dari tangga lantai dua dan menatapnya seolah ingin mengatakan sesuatu padanya."Oh, Chenle. Ada apa? Ingin makan malam?", tanya Kun lembut pada anaknya.
"Ah.., iya boleh Bà. Tapi itu.., eum.. Aku boleh tidak kerumah Renjun-ge setelah makan malam? Dia mengajakku untuk menonton film bersama malam ini dirumahnya", tanya Chenle dengan gugup.
Kun menaikkan sebelah alisnya dengan bingung namun pada akhirnya mengiyakannya juga.
"Boleh, silahkan saja. Yuk, kita makan malam dulu sebelum kamu pergi"
Chenle mengangguk pelan namun pada akhirnya ia tak dapat membendung isi hatinya dan malah mengungkapkan semuanya.
"Bàba maaf, Lele barusan bohong.."
Kun terhenyak sesaat. Tak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa hari dimana anaknya akan nekad berbohong padanya datang juga.
"Sudah Bàba duga nak. Kalau kamu mau main dengan Renjun biasanya dia pasti menjemputmu kemari untuk minta jatah hotpot dulu. Selain itu kamu berbicara dengan gugup. Pikirmu Bàba akan tertipu dengan mudah?"
Chenle mengerucutkan bibirnya kemudian mendudukkan dirinya pada area kosong di sofa yang sedang diduduki ayahnya. Ia menatap ayahnya dalam-dalam sambil masih mengerucutkan bibirnya seolah sedang meminta belas kasihan sebelum mencurahkan segalanya.
"Bàba.. Aku sebenarnya akan pergi jalan-jalan dengan orang yang kusukai malam ini, namanya Park Jisung.."
"Dan kenapa selama ini Bàba tidak tahu?"
"Aku malu mengatakannya pada Bàba.. Tapi Jisung benar-benar anak yang baik kok. Dia bersekolah di sekolah yang sama dengan Renjun-ge, selain itu Renjun-ge pun juga kenal dengannya.."
"Chenle..", Kun mengusap pelipisnya sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya, "Bukan siapa dia yang membuat Bàba bereaksi begini, nak. Bàba hanya kecewa kamu sampai berniat membohongi Bàba hanya karena kamu ingin pergi berkencan"
"Maafkan Lele, Bàba.. Lele takut kalau Bàba tidak akan mengijinkan Lele untuk pergi dengan orang asing yang tidak Bàba setujui.. Lele menyesal atas sikap Lele, Bà.."
Kun menghela napas panjang sambil memandangi putranya yang menunduk disebelahnya. Mana mungkin dia tidak memaafkan anaknya sendiri apalagi ketika anaknya meminta maaf dengan nada menggemaskan seperti barusan. Dengan lembut dirangkulnya putra semata wayangnya dan dielusnya pucuk kepalanya dengan lembut.
"Iya, Chenle.. Bàba maafkan. Tapi berjanjilah untuk pulang tepat waktu sebelum fajar, oke? Kamu tidak mau membuat Bàba-mu terkena serangan jantung kalau kamu sampai kenapa-kenapa, kan?"
Chenle membenamkan wajahnya di ceruk leher ayahnya sambil tersenyum manis.
"Oke Bàba, Lele berjanji kok.. Terima kasih Bàba. Lele sayang Bàba"
"Sama-sama Chenle. Bàba juga sayang sekali padamu"
Kedua ayah anak ini kemudian berpelukan erat. Masalah diantara mereka sudah selesai. Sejak saat itu pula Jisung selalu mampir kerumah Chenle untuk berpamitan kepada Kun sebelum membawa putranya pergi berjalan-jalan. Hubungan diantara Jisung dan Chenle serasa direstui oleh Kun meskipun belum ada status yang jelas diantara keduanya. Kun pun tidak mempermasalahkannya asalkan putranya senang menjalaninya.
Namun satu hal yang tidak Kun ketahui adalah Chenle yang belum memberitahukan kepada Jisung perihal penyakit XP yang dideritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taiyou no Uta
FanfictionZhong Chenle adalah seorang remaja yang memiliki penyakit langka : Xeroderma pigmentosum, yang menyebabkannya tidak dapat terkena paparan sinar matahari. Dari jendela kamarnya setiap hari ia mengamati lelaki yang diam-diam ditaksirnya selama ini, Pa...