Chapter 4

2.1K 231 52
                                    

Di ruangan yang remang-remang. Hanya diterangi lampu tidur, terdengar suara cabul yang membuat siapa saja memiliki pikiran kotor.

" Ahh... terlalu cepat~ "

Ranjang berderit dan suara daging basah ditambah desahan membuat suasana menjadi panas. Kedua orang yang saling terjerat bersemangat mencari surga dunia.

Makoto memegang pinggang ramping pria dibawahnya. Sesekali dengan kuat mengenai titik nikmat dan membuat Haruka mengeluarkan erangan cabul.

Setelah mengeluarkan bibitnya, Makoto kehilangan energi untuk mengeluarkan adik kecil, masih tertanam erat dilubang cinta.

Seperti lem dan perangko, mereka melekat erat mengabaikan tubuh yang basah kuyub oleh keringat dan jus mani. Haruka masih tidak mengerti bagaimana hal cabul ini bisa terjadi.

Seperti biasa Haruka akan menyambut Makoto pulang kerja. Tapi, pria besar itu langsung melemparnya ketempat tidur. Tanpa aba-aba membuat mereka merebut kesenangan. Memikirkan hal itu saja Haruka memerah.

Sejujurnya, selama berpacaran dengan Rin, mereka hanya melakukannya sebanyak 2x karena tuntutan kerja Rin yang begitu ketat. Dan dengan terpaksa membuat Haruka melalui tahun-tahun meyedihkan untuk membeli batang daging, mengobati rasa sepi^_^

" Hmmm.. "

" Siapa yang kau fikirkan?! "

Makoto dengan pelan mendorong adik kecilnya. Sial, apakah kurang cukup untuk membuat Haru hanya memikirkannya! Batin Makoto kesal.

Diselimuti emosi, mereka mengulangi hal cabul begitu lama. Kali ini Makoto bermain kasar hinggal Haruka pingsan.
Dan bukannya panik, Makoto dengan lembut membersihkan kekacauan yang dibuatnya.

Setidaknya Haru tidak akan memikirkan orang lain , Pikir Makoto.

..

Bangun karena panggilan alam. Rasa sakit yang menusuk membuat Haruka tidak berani bergerak. Tubuhnya masih telanjang tapi seprai dan cairan memalukan telah dibersihkan.

Pagi yang selalu membuat ia bersemangat menjadi pagi yang menyedihkan.

Menoleh kesamping, pelaku ini semua masih nyenyak tidur tanpa rasa bersalah sedikitpun. Tanpa banyak kata, Haruka menguatkan tekat menendang Makoto.

" Sayang! "

" Sayang, Jidatmu!! "

Mengusap pantatnya, Makoto dengan senyum lebar memeluk Haruka. Bertindak imut dengan harapan pria itu memaafkannya.

" Sayang, ayo menikah! " bisik Makoto tepat ditelinga Haruka.

Dalam sekejap wajah Haruka memerah. Melihatnya semakin membuat Makoto bahagia.

" ... "

Banyak pertanyaan menyangkut ditenggorokannya. Haruka sebenarnya orang yang jarang mengungkapkan perasaan dan beginilah yang terjadi sekarang. Kepalanya begitu blank untuk merangkai kata-kata.

" Kau tidak bisa menolakku. Aku bisa saja berubah menjadi iblis yang menahanmu disisiku selamanya, mengurung dan mengikat tubuh indahmu diranjang kecil kita. Bercinta denganmu setiap jam hingga kau melahirkan anak kecil yang- "

Haruka menutup mulut cabul dihadapannya. Kupingnya hampir meledak mendengar kata-kata tidak tahu malu pria besar itu.

Tidak aku sangka, Makoto adalah cabul psiko!! Batin Haruka meraung.

Meski begitu jantung Haruka berdetak kencang. Perasaannya begitu campur aduk. Antara senang, sedih, dan terkejut. Apakah aku harus membuka hatinya untuk Makoto?

Memegang tangan yang menutup mulutnya, Makoto menatap mata pria itu dengan penuh cinta. " Aku serius Haru. Menikahlah denganku! Aku mencintaimu sejak dulu bahkan setelah bertahun-tahun hatiku tetap sama. " dengan lembut mencium tangan Haruka.

" Ya..." bisik Haruka.

Makoto memeluk Haruka erat. Seakan jika ia melepaskan maka Haruka akan menghilang. Inilah yang ia impikan selama ini, memiliki pria dipelukannya. Tidak hanya fisik tetapi juga hati.

....

"Akhirnya putri duyung memilih menemukan cinta sejatinya dan melepaskan pangeran untuk selama-lamanya."

Menutup buku cerita Haruka menoleh dan menemukan bocah itu tertidur. Membenarkan letak selimut dan mencium jidat bayi kecilnya.

Iya, setelah pernikahan. Sementara suami bodohnya berkerja, Haruka melamar perkerjaan diluar dan tentu saja membuat Makoto cemburu. Sehingga Makoto dengan keras kepala membujuknya untuk melakukan program bayi. Alasan dibalik itu semua adalah untuk membuatnya terus dirumah. Dan pada musim dingin anak itu lahir melengkapi kebahagiaan mereka.

Ichiro Tachibana, itulah nama bayi besarnya. Banyak perdebatan untuk bayi itu, ia menginginkan nama Hiro yang artinya kaya, sementara Makoto memilih Ichiro yang artinya putra pertama dan memiliki harapan untuk memiliki putra kedua dan seterusnya.

Mengingat itu semua membuat hati Haruka masam. Di umur putranya yang ke enam tahun, dia semakin mirip dengan Makoto alih-alih Haruka. Tapi tetap saja itu adalah bayi kecilnya yang imut dimatanya.

Sementara ia asik melamun tangan asing memeluk pinggangnya dari belakang.

" Sayang, tidakkah kau ingat masih memiliki suami. " bisik Makoto berpura-pura sedih.

Haruka memutar mata malas. Makoto tetap saja Makoto, pria ini bahkan cemburu dengan anaknya sendiri!!

Tangan nakal itu dengan berani masuk kedalam kaos longgar yang dikenakan Haruka.

" Pria tua cabul! Pergi ke kamar mandi. Kau bahkan berani menyentuhku di kamar anakmu sendiri! Tidak tahu malu! " setelah menjauhkan tangan yang nakal, ia keluar dari kamar anaknya. Meninggalkan Makoto dengan menyedihkan sebelum mengejar istrinya.

Tanpa mereka sadari sikecil tersenyum dan kembali tidur.






The end🌹

Huaa.. semoga hasilnya ga mengecewakan ya 😅
Thx yang udah baca n vote + comen selama ini 😭

Sampai jumpa dikarya selanjutnya 👋

Come alone with me and don't be scared [ MakoHaru ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang