Anak warna-warni

72 11 7
                                    

Seorang wanita paruh baya menggelengkan kepalanya pelan melihat putri semata wayanya yang masih setia bergelung dibalik selimut padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.00.

"Pelangi, bangun sayang udah siang." Ucap Delima berusaha membangunkan Pelangi, putrinya.

Bukannya bangun, Pelangi malah semakin menarik selimut sampai menutupi wajahnya.

"Pelangi sayang astagfirullah, anak siapa sih kebo banget!" Ujar Delima kesal sambil menarik selimut yang menutupi wajah putrinya.

"Eungh..anak mami dong." Balas Pelangi serak masih dengan mata yang terpejam, yang awalnya ia terlentang kini berganti menjadi menghadap ke samping meneluk guling kesayangannya.

"Astagfirullah anak ini, bangun gak kamu?! Kalo gak mami suruh papi potong uang jajan kamu!" Ancam Delima yang langsung membuat kedua mata Pelangi terbuka lebar.

Dalam hitubgan detik, selimut sudah tertata tidak rapi di tempat tidur, guling yang tadi Pelangi peluk kini menjadi tergeletak tak berdaya dilantai dan Pelangipun sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi.

Delima yang menyaksikan itu semua live didepan matanya sudah tertawa keras sambil membereskan kamar anaknya yang bak kapal pecah.

"Pagi mami papi!!" Pekik Pelangi seraya menuruni tangga.

"Pagi Pel." Balas Delima dan Bima, papi Pelangi.

"Ish, selalu aja panggilnya itu, emang Pelangi ini pel-pel an apa?!" Kesal Pelangi yang mengundang kekehan ringan dari kedua orang tuanya.

"Lah terus mau manggil kamu apa? Kan nama kamu Pelangi, masa mau dipanggil Angi, Langi, gak elit banget." Ujar Bima sedikit meledek putrinya.

Pelangi tampak berfikir dan merenungkan apa kata papinya.

"Iya juga ya, masa mau dipanggil Angi sama Langi, tapi kalo Pel kesannya gimana gitu."

Delima dan Bima tertawa keras, putrinya ini niatnya mau bergumam namun malah terdengar jelas ditelinga mereka.

Pelangi menatap kedua orang tuanya heran,
"Mami sama papi kenapa? Latihan jadi orang gila?" Tanya Pelangi membuat tawa Delima dan Bima terhenti.

"Sembarangan kamu kalo ngomong, mami sama papi itu lagi ngetawain kamu." Balas Delima membuat Pelangi semakin bingung, ada apa dengan dirinya?

"Udah-udah forgetkan, hari ini kan kamu awal masuk disekolah baru jadi kamu gak boleh sampe telat." Ucap Bima menasehati putrinya.

***

"Belajar yang bener, jangan pacaran terus!" Pesan Bima saat Pelangi mencium punggung tangannya.

Mobil yang Bima kendarai sudah berhenti didepan gerbang Green High School (GHS).

"Ish, papi mah! Pelangi itu gak pernah pacaran ya!" Desis Pelangi membela dirinya sendiri.

"Iyain kasian."

Pelangi mendengus lalu keluar dari mobil.

"Dahhh papii." Ucapnya melambaikan tangan ke arah mobil Bima yang kini sudah mulai menjauh dari area sekolah.

Pelangi menarik nafas sejenak lalu mengeluarkannya perlahan, memantapkan hatinya untuk memasuki halaman sekolah barunya.

Ya, sekolah baru. Dulu, Pelangi ikut omanya di Bandung, dari kecil ia tinggal dan mencari ilmu disana, namun baru-baru ini, Bima dipindahkan tugas dijakarta dan berakhirlah Pelangi dan keluarga tinggal di jakarta dan Pelangipun juga harus meninggalkan sekolahnya di Bandung dan berganti menuntut ilmu di Jakarta.

"Gila, cantik banget bro ceweknya."
"Eh eh siapa tuh? Murid baru ya?"
"Udah bening, bodynya goals lagi."
"Astagfirullah senyumnya."
"Dih caper!"
"Sok cantik!"

Berbagai cibiran dan pujian langsung masuk ditelinga Pelangi saat ia baru menginjakkan kaki di koridor yang ramai diisi murid GHS.

Brak!

Entah bagaimana mulanya, tiba-tiba Pelangi jatuh terduduk dilantai saat tak sengaja menabrak punggung tegap seseorang.

"Duh gila, heh orang!" Panggil Pelangi sarkas membuat orang yang ia tabrak tadi berbalik menghadapnya.

Pelangi terperangah,
"Gila, ganteng banget astagfirullah." Gumamnya membuat cowok didepannya menaikkan sebelah alis.

Pelangi menggeleng kuat lalu kembali menampilkan wajah garangnya.

"Heh lo tuh ngapain sih berdiri di tengah koridor kayak gini! Mana punggung lo gak ada empuk-empuknya lagi, kan sakit semua ini badan gue! Heran, itu punggung apa batu?!" Cerocos Pelangi yang hanya ditatap datar oleh cowok didepannya.

"Kalo ada orang ngomong itu jawab, ini malah diem-diem bae, gak bisa ngomong lo ya?" Kesal Pelangi karena sedari tadi ia merasa dikacangi oleh cowok didepannya.

Kan dikacangi itu sakit.

Cowok didepannya itu masih setia diam dan menatap Pelangi datar tanpa ekspresi.

"Raindipta Angkasa." Ucap Pelangi membaca name tag cowok didepannya.

"Oke, Rain cowok datar kayak triplek, nyebelin tiada tara, pokoknya lo harus minta maaf sama gue, buruang sekarang!" Titah Pelangi yang hanya ditatap Rain dengan alis terangkat sebelah.

"Males."

Hanya itu yang diucapkan Rain, dan setelah itu Rain berlalu meninggalkan Pelangi yang hanya melongo tak percaya melihat sikapnya.

"Eh buset cecan kayak gue ditinggalin," gumamnya pelan.

"EH TRIPLEK NYEBELIN LIAT AJA LO KALO KETEMU GUE LAGI!" Teriak Pelangi tanpa ada rasa malu, padahal ia tergolong murid baru disekolah ini.

RAIN(BOW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang