Pelangi berdiri didepan kelas yang bertuliskan XI mipa 2. ia tidak sendiri, ia ditemani oleh kepala sekolah GHS, Bu Erna.
"Nah Pelangi, ini kelas kamu, kamu langsung masuk saja tidak papa, didalam sudah ada guru yang mengajar." Ucap Bu Erna ramah yang hanya dibalas anggukan dan senyuman oleh Pelangi.
"Kalo gitu ibu tinggal dulu, semoga kamu betah sekolah disini ya."
"Iya bu terimakasih."
Setelah kepergian Bu Erna, Pelangi kembali menatap kelas yang ada didepannya.
"Kok sepi banget ya? Jangan-jangan gurunya killer lagi, nanti kalo gue dimakan gimana??" Terka Pelangi asal.
Pelangi menarik nafasnya sejenak dan mengeluarkannya perlahan, memantapkan hati seperti biasanya.
"Assalamualaikum." Salam Pelangi sambil mengetuk pintu kelas yang tertutup.
Tak lama pintupun terbuka dan keluarlah seorang wanita paruh baya dengan tubuh yang gempal dan rambut yang dicepol.
Pelangi menelan ludahnya melihat guru paruh baya yang ada didepannya.
"Waalaikumsalam, kamu siapa? Ada perlu apa disini?" Tanya guru tersebut.
"Sa--saya Pelangi bu, murid pindahan da--dari Bandung." Jawab Pelangi terbata.
"Oalah, jadi kamu murid pindahan dari Bandung itu, jangan takut gitu saya gak gigit kok, nama saya Linda, kamu bisa panggil saya Bu Linda."
Pelangi hanya mengguk kaku.
"Yasudah ayo silahkan masuk."
Pelangipun mengikuti langkah guru tersebut memasuki kelas.
Seluruh murid yang ada dikelas langsung mengarahkan pandangannya pada Pelangi membuat Pelangi jadi salting.
"Anak-anak, mulai hari ini kalian akan mendapatkan teman baru, silahkan perkenalkan diri kamu nak." Ujar Bu Linda yang diangguki oleh Pelangi.
"Hai semua, nama gue Pelangi__"
"PELANGI-PELANGI ALANGKAH INDAHMU MERAH KUNING HIJAU DI LANGIT YANG BIRU, PELUKISMU AGUNG SIAPA GERANGAN, PELANGI-PELANGI CIPTAAN TUHAN."
Pelangi menatap sebal cowok yang baru saja menghentikan perkenalannya dan malah bernyanyi lagu pelangi.
Mending kalau suaranya merdu, nah ini suara kayak kemprengan panci gitu.
"Ferdo! Diam kamu! Suara kayak kemprengan panci gitu aja bangga!" Tegur Bu Linda lalu kembali menatap Pelangi.
"Lanjutkan nak."
Pelangi mengangguk lalu kembali melanjutkan perkenalannya.
"Nama gue Pelangi Colourine, gue murid pindahan dari Bandung, semoga kita bisa berteman baik."
"Baiklah Pelangi, kamu bisa duduk disana ya, dibangku pojok kanan paling belakang."
Pelangi mengikuti arah tunjuk Bu Linda,
"Lah? Kok kosong bu? Saya duduk sendiru dipojokan gitu bu?""Tidak Pelangi, itu ada anaknya kok tapi anaknya itu bandel suka bolos, mungkin sekarang dia lagi bolos." Balas Bu Linda membuat Pelangi mangut-mangut paham.
Pelangi pun berjalan menuju bangkunya lalu duduk dikursinya.
Dua cewek yang duduk didepannya tiba-tiba saja menoleh ke belakang membuat Pelangi terkejut.
"Hai Pelangi, kenalin gue Raisya, dan ini yang disebelah gue Nata."
Pelangi tersenyum,
"Hai, salken.""Nanti kita ke Kantin yuk." Ajak Nata yang mendapat anggukan setuju dari Raisya.
"Boleh boleh, gue juga mau liat-liat sekolah ini." Balas Pelangi.
"Asiap, nanti kita temenin." Ujar Raisya.
***
"Iya parah, mau ngakak aja gue." Kata Nata terkekeh sambil memasuki kelas bersama Pelangi dan Raisya.
"Apalagi gue, tu anak emang udah gila." Balas Raisya.
Pelangi yang akan ikut membalas dan tertawa lantas terhenti saat melihat seorang cowok duduk di bangkunya, ia tak asing dengan wajah cowok itu.
Pelangi berjalan cepat menuju bangkunya, dimana cowok itu tengah memainkan ponselnya dengan telinga yang tersumpal earphone.
"Heh lo lagi! Ngapain lo disini?!" Tanya Pelangi sarkas.
Cowok itu diam, karena ia memang tidak mendengarnya.
"Wah budek ya lo, lupa gue kalo kuping lo disumpel earphone." Ujar Pelangi lalu menarik paksa earphone yang menyumpal ditelinga cowok itu.
Cowok itu tampak menatap Pelangi tajam yang juga ditatap balik tajam oleh Pelangi.
"Apa lo apa?! Ngapain lo disini?! Oh jangan-jangan lo itu anak bandel yang dibilang bu Linda suka bolos itu ya, dasar!" Cibir Pelangi.
Cowok itu mencengkeram erat lengan Pelangi membuat Pelangi sedikit meringis.
"Le--lepas, sa--sakit."
Ringisan Pelangi sama sekali tidak diindahkan oleh cowok itu, cowok itu malah semakin mencengkeram erat lengan Pelangi.
"Gak usah sok tau soal hidup gue!" Ucap cowok itu tajam lalu pergi dari hadapan Pelangi.
Pelangi bisa bernapas lega karena cengkraman tangan cowok itu di lengannya berhasil terlepas.
Ia melihat tangannya yang sedikit memerah.
"Pelangi, lo gak papa?" Tanya Raisya menghampiri Pelangi diikuti Nata.
"Gak kok gue gak papa, itu anak kenapa sensian banget sih, heran." Dumel Pelangi membuat Nata terkekeh pelan.
"Rain emang gitu, dia gak bakal lepasin orang yang udah ngusik hidupnya atau hidup orang yang dia sayang." Balas Nata.
"Dulu, Rain itu anaknya baik, ramah, friendly, gak emosian, dia juga punya banyak temen, terus dia punya pacar namanya Awan, terus Ayahnya terbukti melakukan korupsi di Kantornya, dan dari situ hidupnya berubah, semua orang yang dia sayang niggalin dia pas dia lagi susah, jadi ya..dia sekarang sifatnya jadi dingin dan tempramental gini." Timpal Raisya.
"Gue gak nyangka kalo itu cowok hidupnya serumit dan semiris itu." Batin Pelangi.
"Dan kita harap lo bisa ngerubah Rain kayak dulu lagi." Ucap Raisya.
Pelangi yang awalnya tertunduk kini langsung mendongak menatap Nata dan Raisya yang hanya tersenyum kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN(BOW)
Teen FictionEditing cover by @tilaaa_16 Masa lalu Rain begitu kelam, membuatnya menjadi lelaki yang dingin dan tidak tersentuh. Hingga akhirnya datanglah Pelangi, gadis cantik yang mampu merubah dan memberi warna dikehidupannya. Akankah Pelangi bisa meluluhkan...