Sore itu tak seperti biasa, awan mendung lebih mendominasi keadan langit kala itu. Sepoi angin tak henti berhembus, menyisakan rambut yang menyibak menutup penglihatan mata. Namun, senyum itu tetap hadir seperti biasa. gelak tawa membuat hari itu riuh dengan aroma cinta. Cinta dari seorang sahabat misalnya.
Sore itu Nisa dan Ara baru saja membeli novel dari penulis kesayangannya. Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan mengguyur kota nya itu tanpa permisi. Segera mereka berteduh di halte yang jaraknya tak jauh dari toko buku.
ditengah perbincangan hangat dengan Nisa, tiba-tiba deruman motor yang dibawa laki-laki berseragam putih abu mulai menghampiri, tak lupa dengan helm fullface yang menutup penuh area wajahnya. tunggu, sepertinya Ara tak asing melihat motor itu. Mereka menoleh kearahnya, Mungkin ingin berteduh juga. Pikir Ara dan Nisa.
Sepersekian detik selanjutnya laki-laki itu membuka helm. Nisa yang melihatnya cukup terkejut tapi tidak dengan Ara yang belum menyadari.
"ra, bukannya dia yang di Cafe itu"ucapnya pelan-pelan takut didengar oleh pria itu.
"Haa?"
"ra dia vokalis band itu" Ara mengerjap-ngerjapkan matanya memastikan.
Laki-laki itu lalu menghampiri mereka yang masih dengan adengan cengo.
"Hai" ucapnya kearah Ara.
"Hm"
"Disini ngapain?"tanya pria itu.
"Menurut lo" ketus Ara.
"Judes amat cil" sahutnya diiringi kekehan kecil.
"Ngapain panggil gue cil cil"jawabnya tak terima.
"Buset ra ganteng banget dari deket. Melting gue" bisik Nisa antusias. Untuk saja tidak di dengar oleh pria itu.
"Ssttt" kesal Ara melihat tingkah sahabatnya.
"Emang kecil, nggak sadar?"
"Terus gue peduli, ayok nis pergi" titah Ara kepada Nisa. Untung saja hujan sudah mulai reda, Jika tidak kepala nya itu pasti sudah pusing meladeni laki-laki itu.
Segera Ara melajukan motor scoopy-nya. tak lupa diikuti oleh Nisa yang duduk di jok bagian belakang.
"Cil tas lo" teriaknya seraya mengambil tas Ara yang masih tergeletak di kursi halte tempat duduknya tadi.
Tapi sayang, teriakan itu tak didengar oleh kedua gadis SMP itu.
Ia mulai berpikir untuk mengembalikan tas gadis yang pernah ia antar malam itu. Untung saja ia masih ingat rumah si pemilik tas pink yang kini berada di genggamannya.***
"Permisi pak" ucap irham kepada satpam rumahnya Ara.
"Ada perlu apa?"
"gue mau nganterin tas nya..." Haduu Irham bahkan tak tau nama gadis itu.
"Oh tas nya non Ara" katanya lalu dianggukan oleh Irham.
"Jadi namanya Ara"gumamnya dalam hati.
Tok..tok ...tok
Asssalamualaikum....
Sudah hampir lima menit, tapi pemilik rumah tak kunjung membukakan pintu. tiba-tiba hentakan kaki mulai mendekat seperti ada yang ingin membukakan pintu.
"Ngapain lo ar" Irham kaget mendapati arya teman satu angkatan disekolahnya berada dirumah gadis itu.
"Seharusnya gue yang nanya, ngapain lo disini? Ini rumah gue" ucap Arya menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You Forever [On Going]
Teen Fiction"Pertemuan itu menjadi akhir dari kerinduan yang selama ini gue rasain. Thanks, udah mau jadi princess kecilnya gue." -Irham Ardilova "gue fikir, pertemuan itu hanya kebetulan. ternyata gue salah, Allah lebih dulu...