" Jangan jadi reader silence ya
Biasakan vote terlebih dahulu sebelum membaca."
Pagi ini Ara bangun lebih awal dari biasanya. Pasalnya, hari ini ia ingin membagikan buku-buku pelajaran nya kepada anak-anak jalanan. Sejak kemarin ia prihatin karena melihat banyak anak yang tidak sekolah di karenakan minimnya ekonomi.
Mereka tetap excited belajar baca tulis meskipun dengan buku yang sudah robek-robek, bahkan hampir seperti bungkus gorengan. Melihat itu, Ara jadi tidak tega dan bersyukur karena ia tak bernasib sama seperti mereka. ia berinisiatif ingin membagikan buku-buku Zaman SD nya kepada mereka. Untung saja masih ada di gudang.
Segera ia turun ke lantai bawah menuju gudang.
Azani menatap heran kearah anak gadisnya yang sedang menuruni anak tangga.
"Ma, ko liatin Ara gitu banget" tanya Ara karena sedari tadi mamanya terus menatapnya.
"Gpp kok sayang, tumben udah rapih?"ucap Azani heran karena Ara tak biasanya bangun lebih awal.
"Bagus dong ma, berarti mama nggak perlu repot-repot bangunin Ara" ucap Ara lalu mamanya tersenyum ramah.
"Ara minta kunci gudang dong ma"
"Buat apa sayang?"
"Mau ngambil buku-buku SD Ara mah"mama nya mengernyitkan dahi.
Melihat ekspresi mamanya, Ara langsung menceritakan perihal ia yang ingin membagikan buku-buku sekolah dasarnya.
"Baik banget sih anak mama satu ini" Azani mengusap kepala anaknya bangga. Ibu mana coba yang tidak senang ketika melihat anaknya berbuat kebaikan. Apalagi sama orang yang nasibnya kurang baik.
"Pinter ya anak ayah sekarang"
"Kan ayah sama mama yang ajarin" Azani tersenyum tulus seraya memberikan kunci gudang kepada putri bungsunya.
Setelah semua beres dan semua buku telah di masukkan kedalam kardus berukuran mini, Ara segera melajukan motor keluar dari pekarangan rumahnya. Tak lupa untuk berpamitan kepada ayah dan mama nya sebelum pergi.
"Huhh akhirnya nyampe juga"
"Assalamualaikum, Halo adik-adik" Sapa Ara ramah.
" Waalaikumsalam, Halo juga kakak"sahut anak kecil berambut ikal dengan wajah oval.
Di jam segini mereka sudah stay di dekat lampu merah. Ara bahkan tak tau apakah anak-anak itu memiliki rumah atau tidak.
"Kakak Ara bawa kejutan loh, merem ya semuanya" seraya menuruni kardus berukuran mini.
"Tatak ala emang bawa apa? Lani di tasih juga tan?"
"Kakak Ara emang bawa apa? Rani di kasih juga kan?" Ucap anak kecil bernama Rani yang Ara ketahui berumur 3 tahun."Iya dong sayang pasti" sahut Ara jongkok mensejajarkan tubuh gadis kecil itu seraya mengusap kepala-nya.
Untung saja ia membawa boneka
panda yang baru di belikan oleh ayahnya. Ia sengaja membawa hadiah itu untuk gadis kecil bernama Rani yang kini tersenyum ke arahnya."Pokoknya merem dulu, nggak boleh ngintip"seraya menampakan lesung pipi yang menjadi ciri khas Ara.
"Ote tak"
"Oke kak""Taraa"mereka mulai memelekan mata"
"Ini buat Nahla, Zainab, Irma sama Lala"seraya mengambil buku-buku dari dalam kardus.
"Dan ini buat Rani nya kakak"Boneka itu langsung di rebut oleh Rani. Maklum namanya masih anak-anak.
"Ya Allah kak makasih banyak yaa" sahut Irma yang notabennya lebih tua dari mereka ber-empat.
"Belajar yang rajin biar cita-cita nya kecapai"
"Oke kak"
"Matasi tak, lani ceneng"
"Makasih kak, Rani seneng""Boneta na lutuk"
"Boneka nya lucu"lanjutnya seraya memeluk Boneka panda nya."Sama-sama sayang"
"Ck. Aduh Udah jam segini lagi, kakak berangkat sekolah dulu yaa"
"Iyaa kak hati-hati"
Tanpa sadar, seorang pria mengamati dari seberang Jalan. Ia takjub melihat sosok kepribadian Ara.
****
Irham POV
Akhir-akhir ini hidup gue nggak ada yang berubah semuanya terasa membosankan, monoton. Apalagi semenjak gue mengiyakan ajakan dari seorang gadis bernama gina.
Sorry gue ralat, hidup gue sedikit berwarna Karena seorang gadis yang sudah gue ketahui namanya. Dia Ara, gadis kecil yang baru-baru ini singgah di hidup gue.
"Daripada gue ngelamunin Ara mulu mending gue mandi" lirih gue dalam hati. Baru ingat kalau ada Pr, alhasil gue harus berangkat lebih pagi.
Di tengah perjalanan, gue melihat gadis yang akhir-akhir ini berkeliaran di pikiran gue. Dia tersenyum hangat kepada anak-anak jalanan, juga sebaliknya.
Beberapa detik kemudian, anak-anak itu terlihat memejamkan mata. Mungkin gadis itu yang menyuruh.
Tiba-tiba dia menurunkan kardus berukuran mini yang gue belum tahu isinya apa.
Sepersekian detik dia membagikan buku-buku kepada mereka juga satu boneka panda.gue melihat sosok dermawan, baik hati juga keibuan. Ramah, penyayang, pokoknya semua hal baik melekat di dirinya.
Sepersekian menit gue mengalihkan pandangan, dia sudah pergi dari tempat itu.
"Woyy ngapain lo"tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu gue kasar.
"Ngeliatin bidadari"
"Ha? apa?"
"nggak ada pengulangan"farel berdecak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You Forever [On Going]
Teen Fiction"Pertemuan itu menjadi akhir dari kerinduan yang selama ini gue rasain. Thanks, udah mau jadi princess kecilnya gue." -Irham Ardilova "gue fikir, pertemuan itu hanya kebetulan. ternyata gue salah, Allah lebih dulu...