2. Who him?

132 19 3
                                    


"Sendirian aja, Mau gue anter pulang?" Seorang pria tak dikenal menghampiri ara.

"Haa" ara terkejut

"Lo siapa? jangan macem-macem yaa kalau enggak gue bakal teriak" ucap ara penuh penekanan kepada pria yang mengenakan helm fullface itu.

"Santai aja kali, yakali orang seganteng gue jahat sama bocil kayak lo" kata pria itu sembari melepas helm nya hingga membuat ara terkejut. ternyata pria itu adalah vokalis band yang tadi.

Oh My God bisa-bisa ara pingsan melihat kegantengannya secara langsung. Ternyata benar apa yang dikatakan sahabat nya tadi. Selain pintar bernyanyi pria ini juga ganteng beda tipis lah dengan Jefri Nichol.

"Buk..kan..nyaa lo vokalis yang tadi ya?" Ucap ara terbata-bata sembari memastikan apa benar pria yang dihadapannya ini merupakan vokalis boyband yang suaranya merdu tadi.

"Kok lo tau? Ciee merhatiin"

"Apaan si gajelas banget " Ara heran bisa-bisa nya ada orang se-PD dia.

"Yaudah pergi sono, ntar kalau kakak gue lihat bisa kena sidang gue dirumah"

"Dih udah tau bocil, sosoan main malem-malem "

"Brisik lo" seraya menggerakan bola matanya jengah.

"Oya kenalin nama gue irham" bukannya pergi ia malah memperkenalkan dirinya.

"dih perasaan gue engga nanya deh"

"gak asik!"

"Bodoo"

"Jadi mau gak nih pulang bareng gue?" Kata pria yang menurut ara seusia dengan kakak menyebalkannya itu.

"Males banget ntar lo macem2"

Di tengah perbincangannya dengan pria aneh itu, ara terlihat seperti sedang mengetik pesan untuk orang yang belum juga menjemputnya. Padahal kakaknya itu sudah berjanji 10 menit yang lalu di  WhatsApp sebelum sahabat-sahabatnya itu pergi.

"Ck. Sial ceklis satu "decak ara sebal karena yang ditunggu handphone nya malah tidak aktif.

"Tuh kan udah gue bilang, mending lo pulang aja yuk bareng gue! Kakak lo gak bakal jemput, buktinya hp nya gak aktif" katanya membuat ara panik.

Gadis itu akhirnya mengiyakan penawaran pria itu untuk ikut pulang bersama. Mau tidak mau ia harus mau. karena, ini mungkin jadi jalan terakhir agar ia cepat sampai rumah.
daripada disini sendirian. Pikirnya.

Malam itu terasa malam yang sangat membingungkan bagi ara. Bagaimana tidak? seorang pria tak dikenal tiba-tiba datang lalu menawarkannya pulang bersama. Suatu keajaiban saat kakaknya tidak mau menjemputnya. Awas saja jika ara sudah sampai rumah. bisa bisa ia jitak kepala kakak nya yang nyebelin itu.

"Diem-diem aja, ngomong ngapa" pria itu berhasil membuyarkan lamunan ara yang sudah mempersiapkan ide untuk memarahi kakak terlaknat nya itu.

"Btw lu kelas berapa" lanjutnya bertanya.

"9"

"Pantes kayak bocil"

"Dih apaan. Emg lo kelas berapa sosoan ngatain bocil segala" jelas ara tak terima.

"Kelas 11. Harusnya lo manggil gue Abang! gak sopan banget dasar bocil jaman now.

"Cih. Males banget emang lo kakak gue apa!"

Pembicaraan kembali terhenti, menyisakan suara kendaraan yang kini lebih mendominasi. mereka sama-sama menikmati semilir angin malam itu, meskipun dengan sedikit polusi. Terlihat banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang meskipun sudah malam. Klakson berbunyi dari berbagai arah, menandakan para pengendara itu jenuh akan kemacetan. untung saja  pria itu mengendarai motor. kalau tidak, bisa-bisa ia terjebak macet saat itu juga. Hufft bukan Jakarta kalau tidak macet.

I Want You Forever [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang