Chapter 15

1.1K 59 4
                                    

Luke pov:

Arghh.. sakit, perutku sakit. Kenapa badanku terasa berat? Apakah aku sudah mati? Bagaimana nasib Jeonghan? Aku.. aku harus menyelamatkannya.

Luke... sadarlah Luke!

Siapa? Aahh., badanku lelah. Cape rasanya, ingin tidur..

Luke! A-andwae, Luke bert-..lah! Sada-..ah! Kit- ..arus menyelamat- Jeo-..han. Luke!

Suara itu, terdengar familiar. Siapa ya kira-kira?

Luke!!

Ah! Minki? Ya, itu mirip suara Minki. Aku harus bangun...

.

.

.

.

.

.

Minki pov:

"Luke!!" Aku berteriak berusaha menyadarkannya.

"Argh, kenapa lampunya terang sekali" keluhnya

"Luke! Akhirnya kau bangun juga. Yang lain sudah bangun daritadi. Sekarang karena kau sudah bangun kita bisa merencanakan penyelamatan untuk Jeonghan." Ucapku panjang lebar

"Minki-ya, bisa tolong matikan lampunya. Sangat silau, ahh... perutku" ucapnya dengan suara lemah sambil memegang perutnya.

Aku berjalan kearah tombol lampu dan mematikannya lalu duduk di kursi sebelah ranjang rumah sakit.

Aku melihat bahwa kondisinya masih lemah. "Luke, apa ada yang sakit? Perlukah kupanggil dokter?" tanyaku khawatir karena dia tidak berhenti mengerang.

"Aku tidak apa-apa Ren, argh, hanya saja perutku masih sakit." ucapnya lemah

"Kalau begitu, aku panggil dokter saja ya? Agar kau cepat diperiksa"

Luke menggeleng menjawab pertanyaanku itu.

Suasana kembali hening, tidak ada diantara kita yang berbicara.

"Erm, apakah kalian sudah membuat rencana penyelamatan Jeonghan?" tanya Luke

Aku menggeleng, "Kami menunggu mu agar bisa di diskusikan bersama."

Luke menyengit, "Berapa lama aku pingsan?"

"Emm, tidak lama kok, 2 hari mungkin?"

"Yak! Harusnya kau membuat rencana dulu. Haish, Choi Minki, aku tak habis pikir"

"Tapi diantara kita semua, rencanamu lah yang biasanya berhasil."

"Tapi kalau begini ya kita buang-buang waktu. Dua hari loh, dua hari! Dan kalian belum melakukan apa-apa?"

"Ck, kata siapa kami tidak melakukan apapun. Kami sudah mulai menyelidiki kemana mereka membawa Jeonghan dan sudah tau kemana dia dibawa pergi." ucapku sebal

"Benarkah? Kemana?" pertanyaan tanpa dosa itu keluar dari mulutnya yang sebelumnya mengomel kepadaku

"Korea" ucapku jutek, bodo amat kalo dibilang jutek. Aku sudah kesal dengan raut tanpa dosa itu.

"Aish, ngambek mulu, yaudah ayo kita kembali ke Korea." Luke berkata dengan santainya

Aku menepuk jidatku sambil berpikir dimana otak Luke yang jenius itu pergi.

"Dasar pabbo, apakah tidur selama dua hari membuat otak jeniusmu itu menjadi tumpul? Apakah kau lupa siapa yang selama ini menargetkan Jeonghan? Bagaimana bisa kita seenak jidatnya pergi ke Korea sementara hampir seluruh Korea dia kuasai."

Luke terdiam dan bengong. Lalu dengan spontan dia menepok jidatnya dengan sangat keras hingga ia berteriak "AAW" karena kesakitan oleh pukulannya sendiri.

"Benar juga, yang kita hadapi ini adalah CEO terbesar nomor 2 sekorea." ucap Luke

"Ya, si konglomerat sialan itu, K-

Tok.., tok., tok..

Clek

Munculah seseorang dibalik pintu itu, ya itu Drake, Jonghyun dan Jase.

"Hey, kau sudah bangun dude. Senang melihatmu tidak tidur terbaring di kasur ini." ucap Jase mendekati kasur pesakitan Luke.

"Aku juga senang melihatmu Jase, argh,.." balas Luke

"Wow dude, slow down.. easy man. Kau belum boleh banyak bergerak. Luka tusukmu cukup dalam." jelas Drake

"Baik karena semua sudah disini, mari kita rencanakan penyelamatan Jeonghan.." ucap Jonghyun

.

.

.

.

.

Meanwhile:

Deerrtt.. deerrtt...

Suara handphone bergetar

"Halo? Oh iya pak polisi ada apa?" Ya itu adalah handphone milik manager seventeen.

"Apa? Anda sudah menemukan Jeonghan? Dimana?.."

"Korea? Bagaimana ia bisa sampai ke situ jika paspornya masih bersama kami?.."

"Oh, baik pak, terima kasih banyak sudah membantu kami."

Ucap sang manager sambil menutup telpon.

"Ada apa hyung? Jeonghan hyung sudah ditemukan?" Tanya wonwoo yang daritadi berada disampingnya.

"Iya, katanya sih dia ada di Korea." jawab sang manager

"Kanapa hyung bisa ada di sana? Semua barang-barang nya kan masih ada di hotel." seru Hoshi heran

"Saya juga tidak tau tapi pokoknya sekarang kalian cepat bereskan barang kalian. Saya akan memesan tiket pesawat tercepat ke Korea." kata manager sambil bergegas memesan tiket

Semua member langsung bubar dan segera membereskan barang-barang mereka masing-masing.

"Apakah Jeonghan hyung baik-baik saja hyung?" tanya Dino.
Raut cemas jelas terlihat pada wajahnya

"Saya juga tidak tau, Dino-ya. Semoga ia baik-baik saja. Bereskanlah barang-barang mu agar kita dapat cepat menemui nya." sang manager hanya bisa menjawab seadanya. Pasalnya para polisi pun tak tau bagaimana keadaan Jeonghan. Mereka hanya berhasil melacaknya.

Sekarang semua member telah membereskan barang-barang mereka dan berkumpul di lobby.

"Apakah semua sudah hadir? Tidak ada yang ketinggalan?" Tanya manager memastikan tidak ada member atau barang yang tertinggal

"Nde hyung, semua lengkap" ucap mereka kompak

"Baiklah kalau begitu, kita ke bandara sekarang"

"Kajja!"

.

.

.

.

.

.

Halo para readers! Maaf author baru bisa update lagi. Semoga kalian suka sama chapter ini. Mohon dukungannya. Annyeongg~

-silverblue1004

Missing ▪SEVENTEEN FANFIC ▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang