"AL-LEXI" _ Bab 1

34 7 40
                                    

Hari senin mungkin saja adalah hari yang paling di hindari oleh kebanyakan murid di berbagai sekolah.
Bukan hanya karena hari dimana harus kembali menjejali otak dengan pelajaran pelajaran yang kadang kala membosankan.
Hari senin juga banyak di hindari karena adanya upacara yang selalu di laksanakan sebelum proses pembelajaran di mulai.

Berbagai cara di lakukan beberapa murid agar sekiranya tidak perlu mengikuti upacara, Seperti pura pura sakit, Berbohong bahwa dirinya salah satu anggota kesehatan sekolah yang bertugas menjaga di belakang, Atau parahnya kabur dari barisan dan bersembunyi di dalam toilet ataupun di atas rooftop.
Beruntung jika ada yang bisa lolos, Namun jika apa yang di rencanakan gagal, Terpanggang di bawah terik matahari adalah pilihannya.
Dan juga beruntung jika yang menyampaikan pidato adalah seorang guru yang sangat mengerti perasaan akan muridnya dan hanya akan memberikan beberapa kata saja.
Namun jika sudah menjumpai guru yang menyebalkan dengan banyak pidato,
Berakhirlah sudah.

Seperti saat ini, Di SMA Desclana.
Di hari senin ini saat pemimpin upacara mempersilahkan pembina upacara memasuki tempatnya terdengar helaan nafas yang jelas dari berbagai kelas, Tidak hanya untuk kelas tiga melainkan kelas satu juga merasa akan lebih lama berdiri karena semua penghuni sekolah sudah sangat hafal jika kepala sekolah yang menjadi pembina, Pidato pun bisa membuat semua murid pingsan saking lamanya.

"Kalian pasti sudah tahu apa alasan saya berdiri di sini kan?" Suara itu menggema di berbagai penjuru sekolah, Setelah beberapa kata di sampaikan inilah yang di nantikan semua murid.

Ya?
Pastinya mereka tahu apa alasan kepala sekolah berdiri di hadapan mereka semua ini.
Masalah yang menimpa salah satu murid kelas tiga dan salah satu anak pemilik yayasan yang bersekolah disinilah yang membuat Pak Harry berdiri sekarang ini.

"Lexi, silahkan maju ke depan" Dan semua pandangan mata tertuju pada seorang cowok dengan seragam yang tidak beraturan arahnya.
Dua kancing teratas terlepas, kemeja putihnya tidak sepenuhnya di masukan walaupun tetap memakai rompi akan tetapi masih terlihat bagaimana penampilan tidak rapi dari seorang Alexi Adelard Agler ini.

Lexi, sama sekali tidak terkejut kala namanya di panggil. Dan tanpa menunggu beberapa saat Lexi berjalan santai ke arah depan barisan dan berhenti tepat di samping Pak Harry.
Berdiri menghadap ratusan murid lainnya bukanlah hal baru bagi Lexi, Malah ini adalah hal yang biasa ia jalani selama hampir tiga tahun bersekolah di sekolah yang di dirikan Ayahnya ini.

"Kalian juga pastinya sudah tahu apa alasan Lexi berdiri di sini, videonya sudah tersebar ke seluruh sekolah ini juga sudah di terima kepala yayasan dimana beliau adalah Ayah dari Lexi sendiri" Terang Pak Harry. "Saya mewakili beliau disini untuk memberitahukan kepada kalian semua terutama Lexi, atas adanya masalah ini Pak Adam meminta Lexi untuk membubarkan Vabroos"

Semua terkejut, terutama Lexi sendiri.
Kecuali guru guru yang berada di sana yang mana sudah mengetahui terlebih dahulu apa yang akan di sampaikan Pak Harry pagi ini.
Dan dengan terang terangan Lexi membelakkan matanya ke arah Pak Harry karena hampir tidak percaya dengan apa yang di katakan nya.

"Pak Adam bahkan sangat kecewa dengan apa yang di lakukan oleh Lexi saat ini, Dari semua yang di lakukan Lexi ini adalah yang terparah, Dan di keluarkan dari sekolahpun akan membuat nama sekolah kita tercemar karena Lexi adalah anak dari pemilik yayasan"

"Tapi tidak dengan membubarkan Vabroos dong pak, Bapak keterlaluan kalau ini"

"Ini sudah keputusan dari Ayah-"

"Apa bapak akan percaya kalau saya bilang bukan saya yang ngelakuin itu"

"Bukti dan videonya sudah tersebar Lexi, kamu ga bisa ngelak lagi"

"Bapak hanya lihat videonya tanpa tau yang sebenarnya, saya tidak merasa memiliki kamera itu"

"Tapi kamera itu ada di dalam tas kamu"

AL LEXITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang