snowflake 2

588 54 0
                                    

Saint melihat pantulan dirinya di cermin, mukanya masih sedikit pucat walaupun tidak sepucat kemarin. Setelah meminum air dingin yang selalu tersedia di samping kasurnya, dia mengambil tas kemudian turun untuk sarapan bersama dengan ibunya.

"Cuaca hari ini sepertinya masih panas seperti kemarin, es nya dibawa saja ya? untuk jaga-jaga kalau Saint kepanasan saat di kampus nanti" Wanita itu meletakkan beberapa es batu berwarna biru tua di sebuah kotak berukuran kecil. Kotak itu memiliki aliran listrik di dalamnya yang dapat menjaga suhu tetap dingin, sehingga es nya tidak meleleh. 

"Krub bu" Saint menganggukkan kepalanya dan tersenyum imut.

"Vitamin dan air dingin yang sudah disiapkan bibi jangan lupa dibawa na" Wanita itu mengelus kepala putranya dengan sayang.

"Krub, terimakasih Bu." Saint menghabiskan sarapannya dan tidak lupa pamit pada ibunya.

***

"Tom krub, hari ini mau belajar bersama jam berapa ?" Saint bertanya sambil memasukkan buku ke tasnya.

"Habis makan siang saja ya, aku kelaparan" Tommy merogoh sakunya untuk mengambil ponsel dan membaca sebuah pesan singkat.

(Ai'Tom kau dimana? Kita ada latihan mendadak sekarang hanya sebentar kok, cepatlah kemari)

"Sialan" Tommy sedikit teriak membuat Saint menoleh ke arahnya.

"Ada apa Tom?" 

"Aku ada latihan mendadak siang ini, jadi belajar bersamanya diundur ya" Tommy mengacak rambutnya. Dia tidak suka sesuatu yang tiba-tiba seperti ini.

"Tenanglah Tom, memangnya Tommy selesai latihan jam berapa?"

"Hanya sebentar sih, tapi aku tidak mau membuatmu menunggu" Tommy memang tidak suka membuat sahabatnya yang imut itu menunggu, terlebih lagi karena Tommy tau kondisi Saint yang tidak bisa terlalu lama berada di luar ruangan karena Saint tidak bisa terkena panas. Tidak, Saint tidak boleh kepanasan.

"Kalau hanya sebentar saja, aku bisa menunggu Tommy" Saint tersenyum

"Tidak boleh tuan muda, kau lupa aku latihan di lapangan? kau bisa mati"

"Hanya sebentar kan? aku baik-baik saja kok, boleh na? aku tidak pernah melihat Tommy latihan, aku ingin melihatnya" Saint memegang tangan Tommy, sedikit meremasnya.

"Tidak boleh. Kemarin saja kau sudah cukup membuatku khawatir. Apalagi ibumu sudah menitipkanmu padaku, jadi aku harus menjagamu"

Saint melepas genggamannya, dia cemberut. Oh tidak, Tommy benci saat Saint cemberut seperti ini. Lihatlah dia sangat imut sekali membuat pertahanan Tommy goyah.

"Baiklah baiklah. Ck, kau menyebalkan sekali Saint" Tommy membuka tas Saint untuk memeriksa apakah anak ini membawa semua perlengkapannya mulai dari vitamin, obat, es, dan air dingin. Dia sangat takut kehilangan sahabatnya ini.

"Aku membawa semuanya Tom, jadi Tommy tenang saja" Saint tersenyum sangat manis, dia menang. Saint sangat tau kelemahan Tommy yang satu ini.

Sesampainya di lapangan, Tommy menghampiri salah satu temannya diikuti oleh Saint. Saint terlihat bingung, dia belum pernah ke lapangan sepak bola sebelumnya dan benar saja udara di lapangan cukup panas. 

"Mana couch? kau bilang kita latihan sekarang" Tommy bertanya pada salah satu temannya

"Belum datang, tunggu saja sebentar lagi dia datang"

"Ai' sialan, kenapa kau baru mengatakannya sekarang? kan aku bisa makan siang dulu" Tommy memukul kepala temannya dan yang dipukul hanya senyum-senyum tanpa dosa. Tommy kemudian melirik Saint yang diam kebingungan di sampingnya.

"Saint kau tidak apa-apa? kau kepanasan?" Tommy mulai khawatir

"Aku tidak apa-apa Tommy" 

"Baiklah" Tommy menarik tangan Saint dan mencari tempat duduk yang teduh untuknya.

"Kau duduklah disini, latihannya tidak lama kok" Setelah Tommy mengatakan itu, dia melihat couchnya datang.

"aku latihan dulu ya tuan muda dan kau jangan kemana-mana, kalau kau kepanasan langsung beritahu aku"

"Krub Tom" Saint tersenyum manis. Tommy mengacak rambut Saint dengan gemas kemudian meninggalkannya untuk latihan.

Sambil menunggu Tommy, Saint mengeluarkan bukunya kemudian mulai mencatat materi yang akan dia ajarkan pada Tommy nanti. Saat sedang fokus mencatat, Saint melihat tetesan darah jatuh di bukunya. Butuh beberapa detik bagi Saint untuk menyadari bahwa darah itu keluar dari hidungnya dan disaat yang bersamaan dia merasa pusing.

***

"Break" Coach berteriak menghentikan aktivitas yang sedang dilakukan anak didiknya. Zee mengambil air yang ditawarkan Jimmy, kemudian menengguknya hingga habis. 

"Ohoo pelan-pelan kawan, kau bisa mati tersedak" Jimmy menepuk-nepuk pundak zee.

"Aku haus sekali, siang ini sangat panas" Zee mengambil handuk kecil untuk mengelap keringatnya yang bercucuran. 

"Oh ya, habis latihan kau kemana? aku dan anak-anak mau ke Bluesky, kau ikut?

"Baiklah aku ikut, aku habis latihan tidak kemana-mana"

"Oke, aku mau beli minuman dingin dulu. Minuman ku yang tadi sudah kau habiskan sialan" 

Zee hanya tertawa melihat Jimmy dan beberapa anak lainnya pergi. Sedetik kemudian pandangannya terfokus pada seseorang. Orang sinting macam apa yang bisa-bisanya tertidur di lapangan dengan suhu panas begini? Zee mulai menghampirinya pelan-pelan. Laki-laki itu memeluk kedua lututnya dan menyenderkan kepalanya disana. Zee menepuk pelan pundaknya dan saat anak itu menoleh, Zee terkejut. Hidung anak itu mengeluarkan darah.

"hey, kau kenapa? apa yang kau lakukan disini?" Zee kelihatan panik, dia melepaskan handuk yang melingkar di lehernya kemudian meletakkannya di hidung laki-laki kurus itu. 

"es.. tolong es di tas kotak" dia menunjuk ke arah tasnya yang jatuh sambil memegang handuk yang diberikan Zee. Zee membuka tasnya dan mengambil kotak kecil di dalam sana kemudian mengambil es berwarna biru. Zee memberikan es aneh itu padanya. Anak itu langsung memasukkan es ke dalam mulutnya dan beberapa menit kemudian mimisannya berhenti. 

"Trimakasih krub karena sudah membantuku" laki-laki itu tersenyum. Zee terdiam, dia baru benar-benar memperhatikan wajah anak itu sekarang. Wajahnya cantik sekali. Pernahkah kalian melihat salju? Ya, salju. Laki-laki yang tersenyum di depan Zee saat ini, kulitnya seputih salju. Walaupun belum menyentuhnya, tapi Zee berani taruhan kalau kulit putih anak itu sangat halus. Bibirnya pink kemerahan walaupun sedikit pucat, tanpa sadar Zee menelan salivanya melihat bibir yang menggoda itu. Laki-laki manis itu terlihat kelelahan, dia berkeringat banyak sekali.

"Kenapa kau berkeringat banyak sekali? dan apa itu yang kau makan?" Zee menunjuk mulut si imut yang sibuk mengisap es.

"ini? es" Saint menjawab dengan polos. Kalian lihat, anak ini benar-benar menggemaskan

"Iya aku tau, tapi kenapa es nya aneh sekali? kau baik-baik saja?"

"aku baik-baik saja, trimakasih sekali lagi karena sudah menolongku" 

"Siapa namamu? Aku Zee"

"Aku Saint" Saint tersenyum manis. Zee melirik bibir menggoda itu. Kalau dia tidak berhenti tersenyum seperti sekarang, Zee bersumpah akan menciumnya saat ini juga, melumat bibir manis itu sampai pemiliknya mati kehabisan napas. Pikiran liarnya terhenti saat seseorang berteriak di belakangnya.

"KAU APAKAN SAHABATKU, BRENGSEK?!"

-to be continued-

The snowflake to my summer (ZeeSaint)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang