Halusinasi

25 3 1
                                    


"Isi kantung itu untukku bukan?" Tanyanya masih pada posisi sebelumnya sambil tersenyum

Hah?
Dan seketika aku sadar

"Ah iya, ini untukmu" sambil menyodorkan bawaan yang kupegang. Tapi ia hanya menjulurkan tangannya, tidak ada inisiatif untuk mengambilnya membuatku harus mendatanginya.

"Terimakasih..." ucapnya sambil tersenyum

"Iya sama sama" jawabku

"Oh ya..."

"Hm?"

"Pilihkan baju untuk kupakai" seperti kebiasaannya yang suka memerintah

"Kenapa tidak pilih sendiri?" Kataku heran

"Kalau begitu aku pilih piyama yang sudah kupakai ini, bagaimana?"

Aku sempat melirik kembali piyama bergaris putih dan biru laut yang ia pakai, membuatku berfikir 2 kali

"Baiklah akan kupilihkan"
Aku membuka lemarinya kemudian membolak balik pakaiannya yang tergantung.

"Banyak sekali" gumamku

Sama seperti anak bocah itu... ia selalu semangat ketika aku mengajaknya berbelanja pakaian . Alih alih beli satu atau dua pasang, ia malah borong pakaian seperti ibu ibu yang membelikan baju untuk 10 anak bahkan kacamata dan topi yang ada juga disikat habis

Aku mengambil selembar kaos abu abu dan jaket senada beserta jelana hitam.

"Nih pake" sambil menyodorkan pakaiannya yang masih tergantung di gantungan pakaian

"Sini lah" katanya sambil menjulurkan tangannya dalam posisi masih berbaring seperti tadi.

"Sabar... sabar.... yuna sabarrr...."
Gumamku sambil berjalan kearahnya untuk memberikan pakaian tadi.

Untung pasien kalo brian aja sudah habis kusikat
Jujur sebenarnya aku khawatir
jika dia membaik malah mentalku yang jadi terganggu

"Terimakasih..." katanya sambil tersenyum semanis gula

Kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya dan pergi keruang ganti. Beberapa menit kemudian ia keluar dengan memakai pakaian yang sudah kupilihkan.

"Oh ya, aku belum makan dari tadi pagi. Kalo makan siang sebentar boleh kan? Kamu juga ikut makan ya..." pintaku

"Iya, tapi kamu yang bayar ya"

"Ya iya aku yang bayar"

Kami pun pergi menuju restoran terdekat, aku bisa melihat Rai sedikit risih dengan lingkungan luar meski terbilang tidak terlalu ramai dan ia juga menghindari kontak mata dengan orang lain. Mungkin jika aku bersikukuh untuk tetap ke restoran akan memperburuk kondisinya jadi aku memutuskan untuk singgah di toko roti terdekat.

Tanpa berkata sepetah kata pun Rai terus mengikutiku kemanapun aku berjalan sesekali ia mencubit sedikit kemeja bagian belakangku. Itulah yang membuat bajuku serasa tertarik sedikit.

Ia berjalan disamping kananku namun agak sedikit dibelakangku, padahal aku sudah menyuruhnya disebelahku tapi ia menolak.

Setelah sampai ditoko Roti....

"Aku makan siang dengan roti saja"

"Kenapa?" Tanyanya

"Lagi pengen roti, kamu pilih juga ya?" Jelasku

"Kamu yang bayar?"

"Iya..."

Setelah selesai memilih aku pun membayarnya dikasir dan  kemudian kami keluar. Dan sambil berjalan kami menghabiskan roti roti yang sudah dibeli.

PsychologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang