Langit Malam

24 4 0
                                    


Aku pulang kerumah untuk mengambil beberapa pakaianku dan aku disambut oleh sarah yang membukakan pintu untukku.

"Loh kak, tumben telat" ujar Sarah

Ya memang ini sudah pukul 7 malam, sebelumnya aku sudah izin pada bibi bahwa aku akan menginap dan bibi mengizinkan.

"Iya nih ada beberapa kendala haha" jawabku

"Tapi semua baik baik aja kan?" Tanya sarah khawatir sambil mempersilahkanku masuk

"Iya semua baik baik aja kok tenang"

"Ayo kak makan dulu"

"Ah kayaknya nggak deh, malam ini aku mau menginap karena aku khawatir dengan pasienku"

"APA!!!" teriak Brian gaya ala ala pemain sinetron

"Jadi aku pulang untuk mengambil beberapa pakaian ku" jelasku

"Oh oke..." ucap sarah

"WAHAHAHAH DADAH KAK.... KIKIKIKI" Goda Brian

"Ishhh... awas lo ketawa gitu didatangin sama kuntilanak beneran" kataku berusaha menakut nakutinya

"Hayu kamu..." timpal Sarah

Kata kataku dan Sarah sukses membuatnya membulatkan matanya sempurna sebagai tanda takut.

Setelah selesai mengemas pakaianku aku pergi kerumah Rai

"Daaah... aku pergi dulu ya..." pamitku

"Ya kak hati hati" balas Sarah

☆ Sesampainya di kediaman Rai

Bibi membukakan pintu untukku dan mempersilahkanku masuk, kemudian mengantarku ke sebuah kamar yang akan kutempati malam ini.

"Terimakasih bibi"

"Sama sama..."

"Kali ini aku saja ya yang memasak makan malam, bolehkan?"

"Wah... boleh kok silahkan" katanya

Aku menaruh barang bawaanku setelah itu aku mengikuti bibi ke dapur kemudian mulai memasak. Sesekali kami berbincang dan bersenda gurau berdua.

Akhirnya masakanku sudah siap disajikan.

"Enak??" Tanyaku harap harap cemas

"Hmm... enak kok bibi suka"

"Baguslah, aku mau mengantarkan ini dulu ya..." kataku sambil memegang nampan berisi masakan yang kubuat

"Oke..."

"Permisi... aku masuk" ucapku

"Bagaimana keadaanmu?" Tanyaku

"Sudah lebih baik". Jawabnya singkat

"Tidak biasanya malam malam kesini" katanya

"Iya aku akan menginap untuk malam ini, makanlah aku memasak ini untukmu" kataku sambil menyodorkan nampan yang kubawa

"Kamu bisa masak?"  Tanyanya

"Haha bisalah... aku diajari adikku"

"Apa ini enak?" tanyanya dengan ekpresi macam juri masterkoki *cuma plesetan 😅

"Coba dimakan dulu..."

Ia pun mulai menyuapnya, entah kenapa aku jadi deg degan. Serasa jadi kontestan lomba masak dan Rai jurinya, kalo dipikir pikir dia cocok sih jadi juri atau mentor dengan modal tampang dinginnya.

"Bagaimana?" Tanyaku

"Apanya yang bagaimana?" Katanya sambil dengan ekspresinya yang blank

Yuna... sabar, yuna... sabar, yuna... sabar

PsychologyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang