7.

3.5K 40 0
                                    

Hari ini terasa berjalan dengan cepat, semangat yang kemarin Dea rasakan kini menguap hilang, terbang entah kemana. Mungkin masih tertinggal di ruang kepala sekolah.

Sekelebat bayangan tadi siang, bermunculan di otak Dea, seperti tanyakan film yang berputar otomatis. Bagaimana Tante Jeni menyuapkan makanan ke pada suaminya, bagaimana suaminya juga menyuapkan makan ke pada Tante Jeni. Keduanya tampak romantis dan sibuk sendiri, tanpa mempedulikan ada Dea disana. Seperti Dea adalah mahluk tak kasat mata, yang tak diketahui keberadaannya.

Susah payah Dea menelan makanan yang diberikan om Abi, tapi rasanya seakan menelan kulit durian yang begitu sakit karena tersangkut dikerongkongan.

Lagi lagi Dea memukul pelan kepalanya, lagi lagi Dea menggeleng gelengkan kepala. Dan Ia mulai menutup kepalanya dengan buku. Saat ini Dea berada di halaman belakang rumah sambil duduk di kursi panjang di dekat kolam renang.

Dea tidak sadar pergerakan2 yang Ia lakukan telah lama di perhatikan oleh Abi dari dalam ruang makan.

"Sayang, sepertinya Dea benar2 kewalahan dengan pelajaran bahasa Inggris. Kasian, bisakah kamu mengajarinya setiap malam?", Pinta Jeni.

"Kenapa harus aku?", Tanya Abi.

"Kamu kan calon ayah angkatnya, setidaknya berbuat baiklah pada anakmu sendiri, sekalian membangun chemistry antara ayah dan anak", jawab Jeni sambil mengelus tangan Abi.

"Nanti aku akan berbicara dengan Mr Jo, biar dia yang tiap malam mengajari Dea. Apagunanya punya anak buah jika tidak bisa diperintah", tolak Abi.

"Buang2 uang sayang, lebih baik kamu saja. Tenang nanti aku temenin kok", kata Jeni sambil tersenyum.

"Apakah ini paksaan?", Tanya Abi.

"Iya, dan jika kamu menolak maka aku akan mogok untuk men_servismu", kata Jeni sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Oke, oke, aku akan menurutimu", jawab Abi kesal.

"Cup, itu baru suami yang baik", kata Jeni sambil mengecup pipi Abi.

"Kalau begitu, malam ini aku yang akan memasak menu makan malam kita, anggap saja itu ucapan terima kasih dariku", kata Jeni sambil berdiri dan berjalan kearah dapur.

Abi juga ikut berdiri dan memeluk istrinya dari belakang.

"Aku tidak pernah bisa menolak apapun yang kamu minta sayang", kata Abi sambil menggigit pelan telinga Jeni.

"Aku tahu, karena itu aku selalu mengandalkan mu", kata Jeni berbalik dan mencium bibir Abi pelan.

Dea menoleh kearah dapur tanpa sengaja, Dea melihat bahwa calon kedua orang tuanya sedang berciuman. Dea memegang dadanya, meraba pergerakan jantungnya yang semakin cepat. Mungkin Dea harus melupakan perasaan sesaat yang ia miliki untuk Abi.

"Sadarlah De, seharusnya kamu bisa melupakan perasaan itu. Seharusnya kamu harus berterima kasih karena Tante Jeni telah menerimamu dengan baik, bukan malah menyukai suaminya. Dasar bodoh!", Kata Dea sambil merutuk dirinya sendiri

Simpanan untuk SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang