××××××××××××××××××
Pagi-pagi sekali Jons dan Ray memulai perjalanannya. Jons bilang, 'Kita harus berangkat sangat pagi, Ray. Agar perjalanan ini tidak sampai larut malam.'. Ray menyetujui pernyataan Jons, walau Ray tak berpikir sedemikan yang Jons pikirkan. Jelas saja, perjalanan ini tidak bisa ditempuh dalam satu malam. Butuh banyak malam untuk menemukan sebuah jawaban. Apalagi dengan Jons yang ruhnya tengah dipermainkan. Perjalanan cukup panjang dan menantang. masalah kian mendekat saat kaki melangkah. Siapkan mental untuk akhir yang bertanda tanya.
"Menurut gambar ... dari sini kita belok ke arah kanan, sampai ketemu sama lorong hitam," gumam Jons dengan memandang lekat peta di tangannya.
"Ke sana, Jons?" Tunjuk Ray ke arah barat.
Jons mengangguk membenarkan. Perlahan Ray memusnahkan bola api di tangannya dan segera Jons menggulung ulang petanya.
Mereka berjalan ke arah kanan, menyusuri jalan becek dari tempat mereka berdiri tadi.
"Hati-hati, Ray." Jons menggandeng satu jari tangan Ray. Tangan Ray begitu hangat, jikalau menggenggam tangannya kuat, tangan Jons akan merasa panas dan terbakar.
Tak butuh waktu lama, Jons dan Ray sudah menemukan sebuah lorong. Pintu lorong itu menghadap lurus ke arah mereka.
"Apakah lorong ini?" gumam Jons dengan membuka kembali petanya. Tanpa Jons minta, Ray langsung memberikan cahaya bola apinya.
Mata Jons terlihat berbinar tatkala gambar lorong di peta itu persis dengan sebuah pintu lorong hitam di depannya. Keduanya saling menatap senang dan bergegas masuk ke dalam lorong.
Suasana gelap dan suara kelelawar mulai menembus cakra Jons dan Ray, keduanya meraskan interaksi dari suasana lorong ini. Pemikiran yang menjelajah menebak-nebak serta perasaan dan firasat yang ikut masuk pada benak, membuat Jons dan Ray melangkah was-was penuh hati-hati. Anehnya, rambut merah Ray yang selalu mengeluarkan letupan-letupan api kecil kini seakan mati dan tak dapat menyinari perjalanan.
Ray dibuat bingung dengan keanehan itu, tapi dia sadar, pasti ada dalang di balik hal ini.
"Jons ... letupan api dikepalaku hilang." Terdengar suara Ray yang begitu pelan, dekat di telinga Jons.
"Kekuatanku tak berguna di dalam sini, aku tak bisa memberikan cahaya untuk peta. Mungkin sudah ada yang menyihir tempat ini atau memberi reaksi tenang pada aliran api di tubuhku."
Jons berhenti melangkah, tangannya terkepal menandakan amarahnya tersulut oleh perkataan Ray. "Sttt, jangan bercanda!" sentaknya. Seketika Ray menghadap ke arah Jons dan memegang kuat pundak Jons. Suara Jons pelan, tapi nadanya sekaan membentak dengan emosi yang sangat ketara.
Ray menatap Jons lekat-lekat, sedang yang ditatap hanya menunduk menahan emosi. "Hei, Jons, ini tak masalah. Kita pasti menemukan jalan keluarnya," ucap Ray mencoba meyakinkan Jons.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Een Droom
Fantasy( ʄąŋɬąʂı-℘ɛɬųąƖąŋɠąŋ ) ̷͈͎̔̿̍̆̋̕Dₐₗₐₘ ₜᵢdᵤᵣ, ₖₐᵤ ₘₑₘₚₑᵣₘₐᵢₙₖₐₙ ₚₑᵣₐₙ. ________ "Sebenarnya apa yang terjadi? Kemana Ayah dan Ibuku pergi?" --Jons. Sekarang adalah waktunya alam mempermaikan Jons. Jons--remaja bebal dan gegabah--yang dikagetkan deng...