Pergi 1

6 0 1
                                    

×××××××××××××××××××××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

×××××××××××××××××××××

Jons terperanggah kaget tatkala bola itu seakan meluncur indah ke wajah penuh piluhnya. Ia langsung menutup matanya rapat-rapat dan menggunakan tangannya 'tuk menghalau bola itu. Tapi naas, suara layaknya pecahan kaca itu membuat hatinya cemas semakin takut.

Mata Jons memejam dengan kuat, ia tak mau bila saat ia bangun hal pertama yang ia lihat adalah tubuhnya yang bergeletak di tanah. Ya, dia takut dirinya telah tiada.

"Hei, ada apa dengan tangan dan matamu, nak?" suara itu membuat Jons menggeriyit.

Dia berpikir, beginikah suara seorang malaikat pencabut nyawa? Sungguh, suaranya berat namun terdengar berkarisma. Ternyata suara malaikat pencabut nyawa tak seperti dugaannya dahulu.

"Hei! Kenapa kau memejamkan matamu?!"

Walaupun suara malaikat pencabut nyawa yang Jons dengar tak semenakutkan bayangannya tentang malaikat pencabut nyawa, Jons tetaplah memejamkan matanya. Bagaimana tidak? Yang di hadapannya adalah sosok yang pastinya mengerikan.

"Hei! Buka matamu!"

Pikiran Jons semakin bingung, di sisi lain hati kecilnya mengatakan buka, tapi pemikirannya mengatakan jangan. Oh, ayolah, situasi konyol apa ini?

"Aku bilang buka matamu, bocah! Kau bertanya 'kan aku ini siapa? Ini aku jawab! Buka matamu!"

Kapan aku bertanya itu? Oh, Tuhan ... bantu bocah tak berdosa sepertiku.

"Kau buka matamu atau kulempar kau dengan petir di tanganku?" Orang itu mulai mengancam Jons dengan petirnya. Ya, Jons ingat. Pria yang tadi memiliki kekuatan layaknya petir.

Dengan was-was Jons membuka matanya, yang pertama ia lihat adalah sepatu putih yang tengah digunakan pria tadi. Hatinya lega saat tahu ternyata dirinya belum meninggalkan dunua.

Mata Jons beralih ke arah susunan huruf  yang dibuat dengan kekuatan pria itu. Namanya, "Arkana".

"A--arkana?" tanya Jons dengan hati-hati.

Sedang yang disebut namanya--Arkana--hanya memampang muka kesalnya. Alis yang berkerut dan bibir yang sedikit menggerucut, ditambah, otot leher dan tanggannya yang semakin terang menyala.

"Namaku Arkana, di sini aku yang akan memberi beberapa petunjuk untukmu. Dengan syarat, tinggalkan gadis lemah itu dan pergi bersamaku," ucap pria bernama Arkana itu dengan enteng.

Oh, sungguh. Bagaimana bisa Jons meninggalkan Ray yang tergeletak pingsan dengan wajah pucat kedinginan. Jons tidak akan meninggalkan Ray, dia juga punya rasa kasih untuk orang. Apa lagi, Ray. Dia selalu membantu Jons selama ini, menenangkan Jons di saat gelisah, memberi semangat Jons, dan masih banyak kebaikannya lagi.

"Hah?! Bagaimana bisa? Dia sakit," ucap Jons dengan sedikit nada amarah di suaranya.

Arkana hanya tersenyum miring dan melipat tanggannya di dada. Sungguh tiada ekspresi peduli sama sekali.

In Een DroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang