Hari ini adalah akhir pekan. Namun sama sekali tak ada hal spesial bagi keluarga kecil Jungkook dan Lisa. Mereka terbilang jarang pergi berlibur bersama kendati setiap bulan saldo tabungan yang mereka miliki kian bertambah jumlahnya.
Jadi bagi Lisa, semua hari nyaris terasa sama saja. Hampir semua aktifitasnya selalu berputar pada hal-hal yang serupa. Bedanya, di akhir pekan ini ia masih bisa menemukan presensi Jungkook yang masih jatuh ke alam mimpi walaupun waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang.
Perempuan berusia dua puluh enam tahunan itu mendengus pelan. Di dalam dekapannya terdapat tubuh kecil Aera yang terus menggeliat dan rewel, sementara ia harus mengerjakan tugas-tugas rumah tangganya.
Maklum saja, mereka hanya mempekerjakan dua orang pembantu di rumah ini. Itupun hanya bekerja dari pagi hingga sore hari, kemudian mendapatkan jatah libur di hari minggu. Lisa hanya merasa kalau ia masih sangat mampu mengerjakan beberapa pekerjaan rumahnya. Ia adalah sosok wanita yang kuat dan mandiri. Jadi ia tidak masalah akan hal itu.
"Jeon Jungkook.." Lisa melangkah mendekat ke arah ranjang. Ia tidak ingin berteriak, sebab takut kalau Aera akan menangis jika mendengar suaranya yang menggelegar.
Yah, sekedar informasi. Lisa dan Jungkook memang kerap kali saling berseru atau berdebat tentang hal kecil sekalipun. Namun mereka tak pernah mau bertengkar dihadapan Aera, apalagi ketika gadis kecil itu berada dalam keadaan membuka mata seperti ini.
"Jung.." Lisa menggoyangkan tubuh sang suami menggunakan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih mendekap Aera--mencoba untuk menenangkan gadis kecil tersebut.
"Jung.."
"Jungkook.."
"Jungkooookk.."
"Awh, awh, awh~" Jungkook terbangun dari tidurnya ketika Lisa menarik daun telinganya tanpa perasaan. Untung saja tidak sampai terlepas dari tempatnya. Pria itu mengusap-usap daun telinganya yang terasa panas dan berujar setengah kesal, "Apa, sih?"
"Tolong jaga Aera. Ia menangis terus dan susah ditenangkan. Aku harus memasak."
Mendengar hal itu, membuat senyuman Jungkook terkembang cerah--menggantikan raut wajah kuyunya. Apapun akan ia lakukan untuk putri kesayangannya. Pria itu lantas terduduk dan mengambil alih Aera. Ia menyapanya dengan bahagia. "Kenapa Aera menangis, hm?
Seperti obat yang sangat mujarab, dekapan Jungkook membuat tangis Aera mereda. Mungkin gadis kecil itu sangat merindukan Papanya. Sebab sudah seminggu belakangan ini Jungkook selalu bekerja lembur dan pulang terlambat. Perusahaan yang dikelolanya memang masih tergolong perusahaan berkembang. Jadi ia harus bekerja lebih keras lagi untuk melebarkan sayapnya didunia bisnis tersebut.
Lisa sudah meninggalkan ruang kamar itu lebih dulu dan berlalu menuju dapur. Ia harus membuatkan menu makan siang untuk hari ini.
Aera terkekeh-kekeh ketika Jungkook membawanya ke toilet. Seperti hot daddy pada umunya, pria itu menggendong sang putri dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain ia pergunakan untuk membasuh wajahnya.
Aera tertawa melihat wajah basah Jungkook. Ia menepuk-nepuk pipi sang Papa dengan tangan kecilnya.
"Papa tampan, 'kan?" tanya Jungkook. "Nanti kalau Aera sudah besar, Aera harus mencari pacar yang tampan dan keren seperti Papa, ya. Tapi yang terpenting, dia harus mencintai Aera sepenuh hati. Mengerti?"
Seolah paham akan perkataan Jungkook, disana Aera mengangguk-angguk lucu dan terkekeh riang.
Selanjutnya, Jungkook membawa Aera menuju ruang televisi yang berada di lantai satu. Ruangan tersebut tidak memiliki sekat dinding untuk membatasi dapur yang berada tepat disebelahnya. Jadi Lisa masih bisa memantau suami dan putrinya melalui counter.
KAMU SEDANG MEMBACA
absurd family | lizkook version✔
Fanfiction[M] Jeon Jungkook dan Lalisa Kim mengaku tidak pernah saling mencintai sama sekali kendati pernikahan mereka sudah terbina selama tiga tahun lamanya. Tapi, bagaimana bisa itu terjadi jika Jeon Aera--balita mungil berusia dua tahunan tersebut sudah t...