💍8

21.3K 2.7K 534
                                    

Jungkook tersenyum kecut. Ia benar-benar tak percaya kalau Jaehyun bisa mengatakan hal demikian disaat semua orang mengerti apa maksud dari kalimatnya tersebut. Pria itu lantas membalas tanpa ragu, "Kalau begitu, bersiaplah melajang seumur hidup. Sebab tak ada yang bisa membuat wanita itu kembali padamu, termasuk dirimu sendiri sekalipun."

Jaehyun mengangkat satu alisnya dan mulai memandang Jungkook yang sedang menyeruput jus jeruk, pemberian dari Lisa sekitar sepuluh menit yang lalu sebelum atmosfir disana berubah drastis. "Apa kau yakin kalau seseorang bisa hidup tanpa cinta? Apa artinya menghabiskan waktu dengan seseorang yang tidak kau cintai dan tidak mencintai dirimu?"

Jaehyun mulai bicara secara jelas dan gamblang. Tak ada sindir-menyindir lagi. Semuanya mendadak beku, bahkan ketika suasana semakin memanas sekalipun.

"Mengapa kau begitu yakin dengan ucapanmu itu?" Jungkook balas menatap Jaehyun. Tak ada tatapan penuh amarah disana, selain dari pandangan angkuh dan pongah. "Apa kami tidak terlihat saling mencintai? Kalau begitu, lantas mengapa seorang anak bisa hadir diantara kami? Mengapa kami masih bertahan dan terus bersama sampai detik ini?"

Jungkook seolah tidak sadar akan kalimatnya sendiri. Ia hanya berbicara sesuai dengan isi hatinya saat ini.

Sampai detik ini, tak ada satupun dari para pria itu yang mencoba menengahi atau mencairkan atmosfir yang mengerikan tersebut. Mereka hanya diam dan seolah memposisikan diri ditengah-tengah tanpa memihak siapapun.

Jaehyun terlihat tersenyum miring--menantang Jungkook. "Bukankah kalian bertahan karena itu? Karena anak yang tidak diinginkan itu sudah terlanjur lahir ke dunia dan kalian terpaksa harus merawatnya?"

Oh, itu terlalu kasar, sungguh. Jungkook berusaha kuat untuk menahan emosinya yang sudah berada diujung kepala, dan bahkan bisa saja meledak sewaktu-waktu. Namun pria itu masih menyamarkannya dengan bersikap tenang disana. "Apa yang membuatmu berpikir begitu? Kalau anak kami memang terlahir karena sebuah kesalahan, mengapa istriku tetap menyayanginya sepenuh hati sampai detik ini? Mengapa ia memilih untuk mempertahankannya disaat ia bahkan memiliki kesempatan besar untuk menggugurkannya saat itu?"

Jaehyun terlihat mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Ia tahu fakta itu. Ia paham kalau Lisa benar-benar sudah berjalan sangat jauh bersama dengan Jungkook dan meninggalkan presensinya seorang diri dibelakang sini. Namun ia hanya berusaha untuk menyangkalnya. Ia masih menginginkan Lisa. Ia masih menginginkan wanita itu untuk kembali dan merajut kasih bersamanya.

Pria Jung tersebut lantas memasang senyum kecut yang sarat akan luka didalamnya. "Apa yang membuatmu begitu yakin kalau Lisa benar-benar mencintaimu? Kami pernah sama-sama saling mencintai. Kau bisa bertanya tentang seberapa indah hidupnya saat berada disisiku. Dia benar-benar hidup bahagia saat bersamaku. Hanya aku yang bisa membuatnya sebahagia itu."

Jaehyun menjelma menjadi sesosok pria paling egois. Sesak dan rasa sakit yang menghujam dadanya membuatnya seakan melupakan fakta bahwa semuanya telah berubah.

Untuk sesaat, Jungkook merasa tertohok akan kalimat Jaehyun. Ia menjadi banyak berpikir : Apa Lisa mencintainya juga? Apa sang istri pernah merasa bahagia selama hidup bersamanya? Apa wanita itu bertahan hanya karena sebuah keharusan, sebab Aera adalah poin penting dari segala tindakannya?

Kepala Jungkook mendadak pening. Segala jenis rasa dan sesak lantas mencekik lehernya kuat-kuat.

Lisa sendiri menyaksikan hal itu dari tempatnya berpijak. Sejak perdebatan itu berlangsung, barisan para wanita memang segera memberikan atensi penuh meskipun dalam jarak delapan meter jauhnya.

Bola mata Lisa mendadak melembab. Ia tidak tahu apa yang menyebabkan rasa sesak itu datang dan menyerbunya begitu saja. Apa karena tertegun mendengar pernyataan bahwa Jaehyun masih menginginkannya sampai detik ini? Atau justru terharu karena Jungkook berusaha untuk mempertahankannya?

absurd family | lizkook version✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang