"Aera-ya... Mama akan memasak sebentar. Kau bermain disini saja bersama cooky, yaa?" Lisa meletakkan si mungil Aera diatas karpet beludru, tepatnya diruang televisi bersama sebuah boneka kelinci berwarna merah muda dan juga beberapa mainan lainnya.
Gadis kecil berusia dua tahunan itu hanya mengangguk lucu. Ia sebenarnya sudah bisa sedikit memahami kalimat apa saja yang dilontarkan oleh orang-orang sekitarnya. Hanya saja, kosa kata yang ia miliki masih terbatas.
Kemudian, Lisa tak membuang banyak waktu untuk segera bertarung dengan segala jenis sayur-mayur, daging dan juga bumbu-bumbu. Sudah banyak pengalaman yang ia dapatkan selama menjadi ibu rumah tangga.
Lisa ingat ketika pertama kali ia membuatkan menu sarapan untuk Jungkook. Kala itu, menunya adalah nasi goreng kornet dengan rasa seasin air dilautan.
Jungkook memang tidak memberikan caci-maki ataupun sumpah-serapah saat lidahnya menyentuh makanan tersebut. Pria itu hanya terdiam dengan raut wajah masam sembari menahan mual. Ia tetap memaksakan sepiring nasi goreng itu untuk mendarat mulus didalam perutnya, sebab ia tak ingin membuat Lisa kecewa jika makanannya berakhir ditempat sampah. Yah, biar bagaimanapun juga, Jungkook tetap memiliki hati nurani, 'kan?
Sesekali Lisa tertawa kecil mendengar racauan Aera. Gadis mungil itu memang pandai berjalan lebih dulu daripada lancar berbicara. Lisa senang bisa mendampingi dan mengikuti setiap perkembangan putrinya. Maka dari itu ia memilih untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya dibandingkan harus menjadi wanita karir. Aera adalah segalanya.
Namun karena terlalu fokus pada kegiatan memasaknya, setengah jam kemudian Lisa baru menyadari kalau suara Aera sudah tak terdengar lagi. Apa gadis kecil itu tertidur?
Lisa segera melepaskan apronnya dan melangkah menghampiri Aera. "Baby..." ucapnya, begitu keibuan sekali.
Tapi betapa terkejutnya ia ketika bola matanya sama sekali tak menemukan sosok Aera ditempat dimana ia membiarkan gadis kecilnya bermain. Jantung Lisa seketika berpacu dengan cepat. "Aera-ya..."
Lisa mulai terserang panik. Kekhawatiran lantas menyerbunya tanpa permisi. Ia melangkah cepat menyusuri setiap sudut rumahnya sembari memanggil putrinya berulang-kali. "Aera-ya.. Kau dimana, sayang?"
"Aera..."
"Aera-ya..."
Lisa bisa merasakan kalau kini lututnya mulai melemas. Ia melanjutkan langkah keluar halaman dan nyaris saja menjatuhkan diri saat tahu kalau pintu gerbang rumahnya belum tertutup. Ya, benar. Lisa lupa menutupnya dan kemungkinan Aera berjalan sampai keluar gerbang.
Wanita itu lantas berlari. Bola matanya mulai terasa panas. Ia benar-benar dirundung kecemasan saat ini. "P-permisi, Nyonya Lee.. Apa anda melihat putriku?" tanyanya penuh harap kepada seorang wanita paruh baya yang tinggal disebelah rumahnya.
"Oh? Aku tidak melihatnya, nak."
"A-ah, kalau begitu terima kasih.." Lisa kembali berlari kecil menyusuri trotoar. Pikirannya kalut. Beberapa bulir air mata bahkan sukses mengaliri pipi mulusnya.
'Astaga.. Kau kemana, sayang...' Lisa terus berdoa dan berharap bisa segera menemukan Aera. Gadis itu seperti bagian penting didalam tubuhnya. Ia bisa sekarat kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya tersebut.
Tubuh Lisa kini bergetar dan lemas kendati langkahnya terus berpacu cepat. Sungguh, isi kepalanya sudah sangat berantakan sekarang. Ia lalu mengeluarkan ponselnya dan membuat panggilan.
Dalam nada dering ketiga, seseorang menjawab dari seberang sana.
"Yeoboseyo..."
"J-Jungkook-ah..." suara Lisa bergetar, menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
absurd family | lizkook version✔
Fiksi Penggemar[M] Jeon Jungkook dan Lalisa Kim mengaku tidak pernah saling mencintai sama sekali kendati pernikahan mereka sudah terbina selama tiga tahun lamanya. Tapi, bagaimana bisa itu terjadi jika Jeon Aera--balita mungil berusia dua tahunan tersebut sudah t...