Hello, Bali!

785 89 28
                                    

Sore ini Chika kembali menginjakkan kakinya di pulau dewata. Entah kenapa, hatinya selalu merasa nyaman setiap kali datang ke Bali. Bali masih sama. Enam tahun sudah berlalu, tidak banyak yang berubah. masih padat orang asing. Khususnya daerah Kuta. Jujur Chika, rindu  Bali. Memori di otaknya seakan terbuka saat sepanjang jalanan Kuta yang ia lewati. Satu hal yang terbesit di benak Chika sekarang, adalah, Badrun. Dimana laki-laki itu berada? Bagaimana kabarnya? Hatinya tidak bisa berbohong.

Pandangan Chika yang tadi menatap jalanan dari jendela mobil, kini ia alihkan pada gadis kecil yang tengah terlelap dipangkuannya. Saat ini sudah pukul 15:00 waktu Bali. Wajar Ashel kelelahan, di dalam pesawat anak itu tidak tidur. Chika segera menggendong Ashel dan turun dari mobil. Kini mereka memang sudah tiba di Villa  milik keluarga Gracio.

"Biar saya aja mba, yang bawakan kopernya" ujar sang Driver pada Chika.

"Makasih ya pak" Chika segera masuk ke dalam Villa dengan Ashel yang terlelap di gendongannya.

Setelah mengurus check in, barulah Chika diantar ke unit Villanya. Begitu ia membuka pintu, darahnya langsung berdesir. Kamar ini adalah kamar yang selalu Chika gunakan dari dulu setiap datang ke Bali. Suasananya tidak berubah. Begitupun interiornya. Dibayangan Chika, masih ada aroma tubuh badrun yang bisa ia hirup di ruangan ini. Chika ingat, dulu ia pernah menghabiskan waktu semalaman di sofa coklat itu bersama Badrun. Waktu itu, hujan. Ia dan Badrun berbincang hingga larut malam sambil menunggu hujan reda. Kadang juga ketika ia lelah setelah berpergian, dengan senang hati Badrun mengantarnya hingga kamar ini. Rasanya semakin sesak saja dadanya jika mengingat semua kebiasaan-kebiasannya dulu bersama Badrun.

Dengan perlahan, Chika merebahkan tubuh Ashel di ranjang. Dengan telatennya ia melepaskan sepatu kulit yang masih terpasang di kaki anaknya itu. Chika menghembuskan napasnya pelan. Ternyata Ashel sudah tidak ringan lagi ketika ia gendong. Sudah enam tahun dia hidup. Tapi masih ada kebohongan yang  Chika simpan. Entah sampai kapan, ia sendiri tidak tau.

Tangannya tergerak merapikan anak rambut yang menghalangi wajah cantik putri kecilnya. Ashel sangat manis. Wajah manisnya persis seperti Badrun. Ada beberapa hal dalam diri Ashel yang mirip dengan laki-laki itu. Walau sebenarnya anak itu cendrung lebih banyak mirip dengannya. Ah.. pertahanan Chika rapuh, ia tidak kuat. Air mata itu sudah lolos di pipinya. Sesak rasanya jika mengingat semua yang berhubungan dengan Badrun. Ia beralih menatap sekeliling kamar ini. Banyak kenangan disini. Lebih baik ia memutuskan untuk segera mandi. Chika ingin menikmati sunset sore. Rasanya ia sudah sangat rindu pantai Double six.

Setelah lima belas menit, akhirnya Chika  keluar dari kamar mandi. Ia langsung tersenyum mendapati anaknya yang sudah terbangun. Gadis kecil itu melirik ibunya sekilas lalu kembali fokus pada serial cartoon yang sedang tayang saat itu.

"Nonton apa?" tanya Chika yang melewati Ashel. Kini tangannya sibuk mengambil baju dari koper.

"Toy story" jawabnya.

"Katanya mau main di pantai liat sunset, mandi gih" titah Chika.

"Nanggung, Mommy" jawabnya yang masih asik menonton.

"Kalau di terusin itu selesainya lama. Sunset di pantai keburu hilang. Mau kepantai jam berapa?" kini Chika sudah berkacak pinggang di depan Ashel sekaligus tubuh Chika menghalangi Tv.

"Berisik Tamara.." ujar Ashel sambil menatap ibunya kesal. Entah belajar dari mana ia bisa memanggil nama ibunya.

"Eh ngomong apa tadi? Coba ulang lagi sekali, cantik?" Chika sudah menjewer telinga Ashel hingga membuat bocah itu meringis.

"Eh.. eh ampun, Mom. Aku cuma bercanda"

Tak tega berlama-lama menjewer telinga anaknya, Chika langsung melepaskan tangannya dari telinga Ashel.

Meet You In BaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang