Tanpa Ikatan Cinta

765 77 11
                                    

Sebuah speed boat baru saja meninggalkan kawasan Pantai Sanur, yang akan menuju penyebrangan ke pulau Nusa Penida. Cuaca siang ini sangat bersahabat bagi Badrun. Sinar matahari sedikit redup memancarkan sinarnya, tidak terlalu panas. Badrun memilih keluar dari kapal untuk mencari udara segar. Ia berdiri menatap lautan biru, membiarkan angin laut menerpa wajahnya.

Hari ini Chika meminta untuk berlibur ke Nusa penida. Sebenarnya dua bulan lalu, mereka, lebih tepatnya Chika, Gracio dan Badrun, sempat ke Lembongan. Tapi berhubung waktu itu hanya satu hari saja di Lembongan, jadi mereka tidak sempat mampir ke Nusa Penida.

Lama Badrun menikmati angin laut, tiba-tiba ada sebuah tangan melingkar di perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama Badrun menikmati angin laut, tiba-tiba ada sebuah tangan melingkar di perutnya. Badrun sudah tau siapa pemilik tangan itu. Lalu ia memejamkan matanya,  membiarkan tangan putih nan mulus itu mengikat perut ratanya. wanita itu juga meletakan dagunya di pundak Badrun. Kini jantungnya tidak lagi berdebar tidak karuan saat bersama Chika, justru sekarang jantungnya berdetak secara normal, nyaman. Ya, itu yang Badrun rasakan Sekarang, nyaman. Rasanya sangat hangat, pelukan Chika begitu nyaman ia rasakan.

"Ngapain disini?" tanya Chika dengan lembutnya.

"Lagi cari angin segar aja" Chika masih betah memeluk Badrun. Ia bisa mendengar deruan napas berat Badrun.

"Kamu kenapa keluar, Chika?"

"Waktu gue bangun gak ada lo, ternyata lo disini, yaudah gue samperin" suasana kembali hening, Chika masih mengeratkan tangannya di perut Badrun. Mendekap dan menghirup aroma tubuh Badrun sekarang adalah candu bagi Chika.

"Masih lama ya nyampainya?" tanya Chika.

"Bentar lagi kok," jawab Badrun.

"Lo udah urus hotelnya kan?"

"udah, nanti kalau udah sampai hotel, kamu bisa langsung tidur. Masalah check in biar saya nanti yang urus."

Chika melepaskan dekapannya dari Badrun, kemudian ia membalikan tubuh Badrun agar menghadap ke arahnya, Chika ingin melihat wajah manis milik Badrun.

"Masuk yuk, mataharinya udah mulai panas. Nanti lo hitam drun" ujar chika.

"Memang kenapa kalau saya hitam?"

"Nanti kalau lo hitam, gak ada yang suka sama lo Badrun.. "

"Masak sih? gak papa hitam yang penting saya manis."

"Emang lo manis?"

"Iya"

"Siapa yang bilang?"

"Ada orang. Dia pernah bilang katanya saya manis, apalagi kalau saya pakai topi katanya. Tapi sayang sekarang saya gak lagi pakai topi di depan dia. Gak tau deh apa dia masih bilang saya manis apa enggak sekarang" ujar Badrun sambil menahan senyumnya melihat ekspersi kebingungan Chika.

"Maksud lo gue?" tunjuk Chika pada dirinya sendiri.

"Gak tau deh, kayaknya saya juga lupa orangnya"

Meet You In BaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang