6.perang terigu.

13 6 6
                                    

"Kamu dari mana aja?!" Wajah panik itu terlihat jelas. Aku merasa bersalah karena tidak memberi tahu terlebih dahulu.

Yang aku lakuin hanya menunduk tidak dapat menjawab.

"Nak.. bagaimana Bunda gak khawatir, kamu aja ini pulangnya jam setengah 6. Mana enggak ngabarin dulu. Hampir aja Bunda telepon polisi buat nyariin kamu."

Aku masih menunduk. Tidak berani untuk mengangkat kepala. Sekedar melihat wajahnya saja aku tidak berani.

"M-maaf."

Aku bisa mendengar bahwa Bunda menghela nafas. Ia mendekapku ke pelukannya.

"Jangan kaya gini lagi yah. Bunda takut kamu hilang. Bunda juga takut sama apa yang terjadi sama kamu."

Aku mengangguk.

"Makasih Tante." Ia mengelus kepalaku, sudah biasa bahwa aku memanggilnya seperti itu. Aku belum terbiasa dan tidak akan pernah siapapun yang menggantikan ibuku.

Yang aku lakuin mungkin sedikit lebay karena sekarang aku tengah terisak Isak. Namun, entahlah. Aku tidak begitu jelas kapan terakhir kali ibu memelukku dengan kasih sayang. Dan sekarang hanya Tante bunda yang menggantikan pelukan yang aku butuhkan.

Tante Bunda pun melepaskan pelukannya, "Sudah sudah. Udah makan belum?" Aku mengangguk.

"Kamu tuh tadi dari mana? Kok sampe jam segini?" Tanyanya dengan nada lembut. Tidak seperti tadi yang benar benar panik setengah mati.

"Aku dari rumah temen. Aku juga udah makan disana." Maniknya memberi tahuku bahwa dia terlihat was was. Raut wajahnya berubah lagi.

"Beneran temen? Bukan-"

"Enggak kok. Aku gak satu sekolah sama pembully yang ada di SMP. Dan juga temen temen yang di SMA pada baik baik." Tante bunda mengangguk namun masih dengan penuh pertanyaan.

"Terus.. kalau pada baik baik. Kenapa baju kamu pada putih putih gini?" Aku melirik pada bajuku. Padahal sudah aku bersihkan. Tapi ya namanya terigu pasti bakal masih ada nodanya.

"Oh ini.." Tante bunda menunggu jawabanku. Aku menceritakan semuanya yang terjadi hari ini. Dan Tante Bunda sempat ikut tertawa ketika aku menceritakan kejadian lucunya.

"Ya udah kalau begitu mah. Kalau mau pada main lagi ajak kesini aja.

[ SEDANG DI REVISI]Aku bahagia ketika kamu tertawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang