📚Cemburu?

987 36 0
                                    

"Bos, saya dapet kabar kalo Kaira sekarang tinggal di Palembang."

"Apa? Palembang?!" Adit langsung berdiri saat anak buahnya mengatakan hal tersebut. Berbulan-bulan pria gagah itu mencari Kaira di Bali, tapi apa? Malah ia berada di kota asalnya.

Ia mematikan ponsel secara sepihak. Menghubungi orang lain. "Cari penerbangan tercepat ke Palembang."

***

"Eh, Rafka? Kok nunggu di luar?" Dahlia menyapa Rafka yang sedang bermain ponsel di teras rumah Kaira.

Sebenarnya Dahlia baru ingin melihat keponakannya pagi ini, menengok Rafka. Ia sapa.

"Itu tante, Kairanya lagi mandi. Jadi, Rafka tunggu di luar aja. Nggak enak," jawab Rafka sembari tersenyum tipis.

"Oh, kalau udah ada Rafka di sini, tante pergi dulu, ya. Mau kerja."

"Eh, kok buru-buru tante?" Rafka berdiri saat melihat tantenya Kaira itu sudah menuju motor.

"Nggak papa. Jagain Kaira, ya. Tante tinggal."

Belum sempat Rafka menjawab, Dahlia sudah mengemudikan motornya dengan laju.

Sementara Kaira sudah selesai mandi. Ia melihat Rafka yang tengah memandang jalan dengan melamun.

"Raf, aku udah selesai mandi."

Rafka langsung gelabakan saat melihat wanita berambut pendek itu sudah berada di ambang pintu.

"Ah, iya, ayo."

Dari pagi ini, Rafka sudah berada di rumah Kaira untuk membantunya berjualan kue keliling lagi. Sebenarnya, di usia kehamilan yang tinggal menghitung hari lagi, Kaira tidak dianjurkan untuk bekerja. Tapi, bagaimana? Demi melangsungkan hidup, manusia pasti melakukan apa pun.

***

Semua jualan habis dalam beberapa jam saja. Menengok Rafka yang tampan, para gadis jadi menyerbu dagangannya.

Mereka pun sudah berada di jalan menuju rumah Kaira sembari sesekali bercerita tentang masa lalu, persahabatan mereka.

"Kai, kamu inget 'kan dulu kamu sering gigit kuku kalo sedang takut untuk maju ke depan?" tanya Rafka yang membuat Kaira tersipu malu.

"Apaan, sih," jawab Kaira sembari memalingkan pandangan.

Pria tampan itu menghentikan langkahnya, membuat kening Kaira bekernyit heran.

"Kenapa?" Kaira bertanya saat Rafka memandangnya terang-terangan, dari atas sampai ke bawah.

Rafka bungkam beberapa saat kemudian mengatakan, "Kamu gendut, ya, sekarang?"

"Rafka!" kesal Kaira, memukul pelan lengan temannya itu.

Sementara di seberang jalan, tanpa sepengetahuan orang lain. Sesosok pria, naik pitam saat melihat interaksi baik antara dua sejoli di seberang sana. Perlahan, tangannya menggepal kuat.

"Kurang ajar! Berani-beraninya menyentuh Kaira!" Ia berjalan menuju Kaira dan Rafka yang sedang tertawa bersama hanya karena lelucon kecil.

7 bulan terakhir, Kaira tidak pernah tersenyum, apalagi tertawa. Baru kali ini ia merasa lepas dari semua beban yang ditanggung.

Bruk!

Rafka terjatuh saat pemuda tadi meninju pipinya tiba-tiba.

"Adit?" Ya, pemuda tadi adalah Adit. Adit yang telah membuat hidup Kaira seperti di neraka. Gadis itu tercengang saat tak sengaja kilas balik momen memalukan itu memenuhi kepalanya lagi.

"Lo apa-apaan, hah, pegang-pegang Kaira?!" Adit berusaha membangunkan Rafka yang terjatuh tadi dengan memegang kera bajunya.

Saat sudah bangun, kembali Adit meninju perut Rafka yang diam tidak membalas. Lagi, ia meninju pipi Rafka sampai mengeluarkan bercak darah.

"Dasar nggak tau malu. Berani-beraninya kamu masih menunjukkan muka di depan Kaira. Setelah yang kamu lakuin sama dia?"

"Diam!" Adit tambah naik pitam saat dikatakan seperti itu.

Sebelum Adit kembali meninju Rafka, Kaira dengan langkah terseok-seok memegang tangannya.

"Cukup, jangan sakiti Rafka."

Jangan tanyakan ke mana orang lain ketika sedang ribut seperti ini. Rumah Kaira bukan rumah padat penduduk.

Adit seketika terhenti, melihat Kaira berada di hadapan Rafka untuk menghalangi tinjuannya.

Bungkam seketika ia saat melihat perut Kaira yang sangat besar itu.

'Dia calon anakku?'

"Rafka, kamu nggak papa?" Lamunan Adit seketika buyar, melihat Kaira memegang-megang luka Rafka dengan hati-hati.

"Jangan sentuh dia Kaira!" seru Adit membuat Kaira mengernyit.

"Kenapa?! Siapa kakak berani-berani ngatur aku. Terserah aku mau nyentuh siapa. Lagian kakak juga terserah mau nyentuh siapa, 'kan? Apa peduli kakak?" ucap Kaira sembari menahan tangis setengah mati.

Ia mengajak Rafka masuk ke dalam rumah.

"Kaira!" teriak Adit saat ia tidak dipedulikan oleh mantan kekasihnya itu.

"Jangan pernah temui aku lagi."

Kaira menutup pintu tepat sesudah mengatakan hal yang membuat hati Adit tersiksa.

***

Gadis itu membawa temannya duduk ke lantai. Kaira tidak mempunyai kotak obat lengkap seperti di film-film. Ia pun sempat kewalahan agar menemukan betadine. Namun, akhirnya ditemukan.

Cepat gadis itu mengoles luka disudut bibir Rafka dengan kain dan air panas, serta luka lecet di tangan, juga luka lebam di sekitar perut.

Saat Rafka meringis kesakitan, ia panik sendiri.

"Kamu kenapa nggak melawan pria tadi, Raf?" tanya Kaira saat sudah selesai mengobati temannya itu. Menyebut namanya saja Kaira enggan.

"Untuk apa melawan orang yang tidak waras. Nanti kita juga tidak waras."

Kaira tersenyum mendengar jawaban temannya itu.

Sudut bibir yang terangkat itu perlahan-lahan menghilang seketika. Gadis itu mengingat, dan ingin tahu kenapa Adit kembali ke dalam kehidupannya setelah menolak untuk bertanggung jawab 8 bulan yang lalu?

Tiba-tiba saja perut Kaira nyeri. Rasanya calon dedek bayi di dalam kandungannya menendang-nendang perut.

"Kenapa, Kai? Sakit? Ayo, ke rumah sakit."

"Enggak. Dia nendang-nendang, nakal," jawab Kaira sembari mengusap-ngusap perut buncitnya.

"Hah?! Gimana maksudnya?" tanya Rafka tidak mengerti saat teman gadisnya itu tersenyum menampilkan deretan gigi manisnya.

"Kamu mau tau rasanya dia nendang? Sini, cepet." Kaira memberi kode kepada Rafka untuk mendekat. "Duduk di berhadapan dengan aku, sini."

Rafka yang penasaran pun menuruti kata-kata Kaira. "Lalu?"

"Kamu coba tempelin kepala kamu di perut aku, nanti kamu bakal denger, deh, suara-suara gitu."

"Boleh?" Bukan kenapa. Pasalnya, Rafka agak terkejut saat Kaira meminta hal itu. Ia hanya teman Kaira, tidak lebih, 'kan? Apa boleh melakukan hal seperti itu.

Follow ig-ku, ya.

@Naylanba


Ada yang nyadar nggak kalau cover HMMS udah ganti? Coba, tengok ke yang paling atas, yee.






Hilang Mahkota, Masih SMA (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang