Hai. Di akhir nanti jangan bubar dulu, yak. Ada sesuatu.
Kaira menatap foto sembari sesekali terisak. Foto keluarga kecilnya yang lengkap. Kini, keluarganya hancur karena kesalahan terbesar Kaira. Keluarganya juga lah yang harus menanggung semua dosa Kaira.
Kenapa takdir sungguh kejam kepadanya?
Apakah salah ia merindukan keluarga harmonisnya dulu? Kenapa ia harus mengenal Adit, kenapa?!
Kalau begini jadinya, Kaira tidak ingin dewasa.
Pandangan gadis malang itu beralih ke ponsel baru yang dibeli Fajar kemarin.
"Kalo ada apa-apa, atau butuh apa-apa. Hubungi kakak pake nomor ini, ya."
Begitulah kira-kira Fajar berpesan. Kaira tersenyum sendiri saat setelah 3 tahun adik-kakak itu berpisah, dan kembali seperti sekarang.
Tiba-tiba sebuah buku tebal berjudul 'sejarah' berada di sebelah ponsel barunya. Gadis itu terkesiap heran, lalu mendongak.
Desiran darah dan jantungnya seakan terhenti saat melihat seseorang yang berdiri tegap menjulang di hadapannya.
Seseorang yang dari dahulu ia rindukan sekaligus takutkan. Papanya sendiri.
Tanpa aba-aba papa memeluk Kaira erat sehingga Kaira termundur dari kursi. Ia bingung, akan tetapi juga membalas pelukan hangat yang gadis malang itu tiap malam rindukan.
"Papa ... ngapain ke sini?" tanyanya dalam pelukan tersebut.
"Maafin papa, Nak. Seharusnya papa denger penjelasan kamu dulu. Malah papa ngusir kamu tanpa tau apa pun."
"Papa?" Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Kaira. Sulit rasanya ia mempercayai yang terjadi begitu cepat ini.
"Kalau bisa, maafin papa, Kai. Terus, kembalilah ke rumah." Papanya melepas pelukan.
Penuh harap terhadap putri bungsunya itu. Ia menenggelamkan wajahnya di paha Kaira. Bisa dilihat bahunya naik-turun.
"Papa nggak perlu minta maaf. Seharusnya aku lah yang minta maaf," balas Kaira sembari menyuruh Papanya itu bangkit.
Perlahan-lahan tangan papa Kaira itu mengusap-ngusap perut besar anaknya.
"Bentar lagi papa mau jadi kakek, ya."
Kaira tersenyum lalu memeluk papanya erat.
"Ayuk pulang, Sayang."
Sungguh ia sangat bahagia mendengar ini semua.
Terima kasih Allah, karena telah menjawab do'a serta taubat hambanya.
Ingatlah. Allah selalu akan menjawab taubat dari hambanya yang memang berasal dari hati. Walau, dosanya itu sangat besar.
***
"Adit kamu ke mana? Papa cari kamu di restoran, kamu nggak ada. Ke mana kamu?"
Adit membuang napas. "Aku di Palembang, Pa." Setelah mengatakan itu, pria gagah itu membuang ponselnya sembarang arah.
Sungguh, kepalanya beberapa hari ini terasa berat saat memikirkan betapa Kaira tega melakukan ini padanya.
Siapa itu Rafka? Kenapa mereka begitu dekat? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang memenuhi kepala pria itu.
Adit tidak tahu harus menemukan jawaban atas pertanyaannya di mana. Yang hanya bisa ia lakukan sekarang hanya terdiam sembari tenggelam dalam pikiran.
Saat ke sini, restoran di Jakarta, ia titipkan kepada salah saru pegawai kepercayaanya, dan tanpa memberitahukan kedua orangtuanya.
Adit melempar badannya ke kasur, lalu menutup mukanya dengan tangan. Rasanya ia mau menghabisi Rafka sekarang juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang Mahkota, Masih SMA (Terbit)
RomancePLAGIAT DILARANG MENDEKAT! SEMUA CERITA BERLAKU PASAL UNDANG-UNDANG. Buku ini menceritakan tentang Kaira yang ditinggal kekasihnya hamil di luar nikah. 7 bulan dia mengandung sendirian, sampai Rafka, sahabatnya datang untuk melamar. Namun, semuany...