Yes. HMMS update, nih. Ada yang kangen nggak? Coret-coret di kokom, yukk.
Happy reading. Mau tau kenapa Adit tiba-tiba datang ke kehidupan Kaira lagi? Baca teliti, ya. Semuanya akan terjawab di BAB ini.
Rafka menempelkan kepalanya di perut Kaira dengan hati-hati. Ia tergugu saat mendengar-dengar bunyi aneh di dalam sana, sesekali tersenyum lucu.
Setelah beberapa saat, baru pria gagah itu kembali ke tempat semula. "Gini, ya? Rasanya aku aja yang jadi ayah calon bayinya."
"Apa maksud kamu?" tanya Kaira.
"Nggak, bukan apa-apa." Pria itu termakan omongannya sendiri.
Rafka melihat wajah teduh Kaira yang sedang mengusap-ngusap perut besarnya. Timbul, pertanyaan yang dari dulu ia ingin tanya, akan tetapi menunggu waktu yang tepat, dan inilah waktunya.
"Kai," sapa Rafka menatap wajah Kaira.
"Hm?"
"Em, apa kamu nggak mau buka hati untuk orang lain? Bentar lagi 'kan anakmu mau lahir, dia juga butuh sosok ayah, 'kan?" tanya Rafka dengan hati-hati supaya tidak menyakiti hati sahabatnya itu.
Sementara reaksi Kaira adalah bungkam beberapa saat sembari tertunduk.
"Aku nggak ada rencana untuk buka hati, Raf. Kamu tau 'kan aku udah pernah dikhianati. Aku nggak mau kecewa lagi. Udah cukup, aku bisa kok jaga bayi ini sendirian. Pasti bisa," jawab Kaira tetap pada pendiriannya.
Ia tidak sadar jika pertanyaan Rafka adalah maksud lain.
'Aku akan tunggu sampai kamu siap, Kaira.'
***
Bayangkan jika kalian yang menjadi orangtua dari Kaira Advirani. Tentu kalian pasti sangat malu dengan perbuatannya, disengaja atau tidak. Namun, asal kalian tahu kemarahan orangtua berarti mereka sayang.
Dahlia berjalan mencari suaminya yang dari tadi menghilang entah ke mana. Rumah yang lumayan luas itu butuh beberapa menit untuk dijamah.
Tepat saat dilantai 2, suaminya tengah berdiri menatap bingkai besar Kaira dan Fajar yang sedang bergandeng tangan. Indah tersentuh. Ia yakin, suaminya juka tidak kalah khawatir dengan dirinya.
"Pa," panggil Indah. Akan tetapi, tidak ada sahutan dari sang suami.
"Papa." Barulah untuk yang kedua kali papanya Kaira itu menoleh dengan gugup.
Indah, Mamanya Kaira berjalan ke samping suami. Ikut menatap kedua foto buah hatinya. Foto yang membuat mereka semangat untuk menjalani hidup.
"Lihat, mereka sangat akrab, 'kan. Hanya karena satu kesalahan salah satu anak, kita memisahkan mereka, Pa." Suami Indah diam mendengarkan istrinya berbicara.
"Papa tau, Kaira itu anak yang baik dan pintar. Ia hanya terlalu polos, karena itu bisa ditipu orang. Sebagai orangtua kita seharusnya menasehatinya. Papa memang udah hukum dia. Cukup, Pa. Dia tidak sepenuhnya salah di sini. Papa udah misahin anak dan ibu."
"Papa kepala keluarga. Mama tau, papa bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Lihat, Fajar tidak mau keluar kamar selama 2 hari. Ia tidak makan. Apa papa mau kehilangan Fajar, juga Kaira?" Indah mengusap air mata. "Tolong maafin Kaira, Pa. Keluarga lebih penting daripada kehormatan." Ia pun pergi dari situ.
Meninggalkan sang suami sendiri dalam kebisuan. Penjelasan dari Indah membuat papanya Kaira bungkam seribu bahasa.
Itulah pentingnya sex education untuk anak remaja. Agar ia tahu, bahwa perempuan adalah berlian, bermahkota. Jika berlian tanpa mahkota, akan jadi aneh, 'kan?
Semoga bisa memberi pelajaran kepada anak muda dan para orangtua.
***
Pemuda itu membanting pintu. Segala yang berada di atas nakas ia buang ke sembarang arah sembali sesekali berteriak frustasi.
Adit membiarkan ponselnya yang sedari tadi berdering tak karuan. Yang dipikirannya hanya Kaira, siapa pemuda itu, kenapa mereka begitu dekat? Dan banyak lagi.
"Kenapa kamu lakuin ini sama aku, Kai. Kenapa?!" Ia menatap langit-langit kamar dengan mata yang hampir keluar. "Gue bela-bela dateng dari Jakarta ke Palembang hanya untuk lo! Tapi, lo .... "
Adit memijat hidungnya pelan, lalu membuka laptopnya agar bisa mengurangi penderitaan.
Disaat seperti ini, masih saja kenangan akan 3 bulan lalu memutar.
***
"Sayang, pasti anaknya cewek."
"Nggaklah, cowok."
"Cewek!"
"Cowok."
"Is, apa saja jenis kelamin anak kita, yang penting orangtuanya itu kamu dan aku," ucap seorang gadis yang mengandeng tangan suaminya di koridor rumah sakit.
Adit tepat duduk di hadapan mereka sembari sesekali berdehem. Ia ke sini untuk mengambil pesanan obatnya. Kedua sejoli yang tidak dikenalnya membuat ia teringat akan Kaira.
Gadis yang membuat hati batunya luluh begitu saja sewaktu 4 bulan yang lalu. Adit memutuskan untuk pergi ke Jakarta karena tidak mau melihat Kaira lagi.
Ia malu sendiri melihat dirinya yang tidak bertanggung jawab. Ia tidak sanggup untuk bertanggung jawab di usia 20 tahun seperti sekarang. Ini terlalu cepat baginya.
"Iya, dong. Kalo bukan kamu ibunya, aku nggak bakal mau mondar-mandir cari buah yang kamu inginkan itu."
Lamunan Adit buyar saat mendengar kata-kata itu. Ia curi-curi pandang terhadap kedua orang tersebut.
"Aku bahagia banget bisa jadi orangtua. Rasanya gini, ya, pegang perut hamil wanita yang kita cintai," lanjut pria itu yang membuat Adit semakin bungkam.
'Seharusnya aku nggak ninggalin kamu kayak gitu, Kai. Aku bodoh, pria breng*ek.'
Semenjak itu Adit berusaha mencari Kaira di Bali. Karena seingatnya Kaira pernah mengatakan, 'Aku bakal ke Bali tahun ini, Kak.'
Namun ternyata Kaira masih berada di kota asal mereka. Yaitu, Palembang.
Inshaallah next minggu depan, ya.
Thanks for reading>< jan lupa vote, komennya. Nggak bayar kok><

KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang Mahkota, Masih SMA (Terbit)
RomancePLAGIAT DILARANG MENDEKAT! SEMUA CERITA BERLAKU PASAL UNDANG-UNDANG. Buku ini menceritakan tentang Kaira yang ditinggal kekasihnya hamil di luar nikah. 7 bulan dia mengandung sendirian, sampai Rafka, sahabatnya datang untuk melamar. Namun, semuany...