Derita Dua Manusia

64 12 1
                                    


HAPPY READING :)




Vathan tersenyum dan menyapa  saat memasuki kelasnya. Setelah berpisah dengan Tejo di lantai dua karena kelasnya berada di lantai tiga itu membuatnya harus berjalan ke kelas sendirian.

 Seperti biasanya, tidak ada yang merespon. Kelasnya yang notabene menaruh dendam pada cowok satu itu membuat kehadiran Vathan seperti bohlam menyala di tengah tengah gudang tua. 

Miris.

Vathan menggeleng-gelengkan kepala, hatinya sudah ringan sekali untuk menghadapi kelasnya yang rata-rata suka banget melemparkan tatapan silet kearahnya. Kadang tak jarang ia mengeluh pengen pindah kelas ke kelas terbawah diangkatannya itu. Soalnya keluarganya disana semua. Otak gesrek.

Vathan berjalan cepat menuju bangkunya yang berada di pojokan dekat jendela. Melempar tasnya disana.

Entah kenapa ia tiba-tiba merasa merinding saat menduduki bangkunya itu. Vathan dapat melihat dengan ujung matanya sebuah pemilik rok abu-abu muda khas sekolahnya berdiri disampingnya dengan berkacak pinggang. Menatapnya datar.

"Hak lo apa duduk disini, hah?"

Cowok itu menatap sosok yang menegurnya itu, kemudian melipat kedua lengannya ke meja dan mejadikannya bantal. Vathan menghela napas. Ia males tiap hari berurusan sama amoeba satu ini. Kalau gak disamperin sehari aja tersinggung, kalo dilayanin bentar kayak cari mati.

Makanya sampai sekarang Vathan paling males berurusan dengan spesies aneh yang namanya 'perempuan'. Aneh. Ribet. Pikirannya gak mudah ditebak. 

Vathan menjawab malas, "Lo usir gue jutaan kali gue ga bakal angkat kaki, Maduk"

Cewek itu mendesis, menjitak kepala cowok itu pelan. " Siapa ya yang tadi manis banget sama gue waktu di pos satpam?"

Vathan menipiskan bibir, menggaruk kepalanya. "Ga tau, penunggu kali". Cewek yang dipanggil maduk itu membelalakkan matanya, mulai gemes.

Tiada pagi tanpa kesabarannya.

" Ck, lo ya. Pindah sono ke kelasnya Toshiro. Jamuran lo duduk sini". Cewek itu berjalan dan duduk dibelakang Vathan. Vathan menurunkan bahunya, cemberut. 

Tapi karena cewek itu, setidaknya dia satu-satunya orang yang gak dendam dengan Vathan. Maduk gak iri dengan Vathan yang gak perlu usaha keras aja udah dapet ranking satu di angkatannya. Dia cuma anak bungsu yang gak terlalu diharapkan kesuksesannya, lagian cita-citanya cuma jadi ibu rumah tangga. Sesimple itu, padahal cewek seusianya pada saat itu berlomba-lomba buat jadi yang terbaik.

Maduk kalau gak jadi IRT, ya... jadi atlet tenis.

" Selamat pagi, student " Suara cempreng itu menggema di kelas. Seorang perempuan berwajah baby face itu memasuki kelas sembari membawa map warna-warni. Wajah Vathan berbinar-binar. Ga ada hujan dan kejadian aneh semesta, kok tumben pagi-pagi udah masuk kelasnya.

Mari kita perkenalkan,

The Honorable, beloved, pretty, cute teacher, Miss Elena Carlson.

Wali kelas yang merangkap guru bahasa inggris ini selalu dipuja Vathan dihadapan guru-guru lainnya. Pembawaannya yang ramah dengan umur yang tidak jauh beda membuat dirinya merupakan salah satu guru yang sangat diandalkan oleh banyak orang di sekolahnya.

Tapi....

Pandangan semua orang terpaku kepada sosok dibelakangnya. Atmosfer disana pun mendadak tidak enak karena dia...

EXCESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang