Dibawah Langit yang Sama

Prolog

#1

Quuin duduk sendiri di depan teras rumah. Matanya menatap lurus ke depan, nampak kontras dengan gerakan meraba yang dia lakukan pada buku kisah romantis yang diimpikan para remaja di pangkuan. Sesekali gadis itu tersenyum sendiri, seperti ada yang mengelitik tapi tidak ada siapa pun di sana. Kecuali, anak laki-laki berambut coklat kemerahan yang memandangi nya dari balik pohon pinus di seberang jalan. Sesekali anak itu tersenyum bersamanya, seakan ikut membaca kisah di buku yang sama.

#2

Tery memperbaiki letak name tag ketika melewati penjaga gedung. Langkahnya terkesan terburu-buru sampai ia berhenti di depan pintu lift yang terbuka. Di hadapannya, seorang pria berdiri. Lengkap dengan setelan jas warna navi dan dasi biru polkadot yang disiapkan Tery tadi pagi. Ia sedikit tersenyum lalu masuk menyusul pria nya. Mereka berdiri bersisi an sampai pintu tertutup. Hanya mereka berdua. Menuju tempat yang lebih tinggi lagi.

#3

Fiska merapikan lipatan rok dibawah meja ketika seseorang berjalan ke arahnya. Wajahnya memerah ketika cowok itu mengambil tempat di sebelah. Sesekali ia bahkan melirik orang itu. Seperti yang dia duga, ia sedang jatuh cinta. Di akhir masa sekolah menengah atas. Pada seseorang yang baru saja hadir di hidupnya. Pada dia yang duduk tepat di sebelah nya. Fiska menggapai tangannya ketika mereka berkenalan. Seperti ia ingin cepat pulang ke rumah dan memotret tangannya. Tangan bekas bertautan dengan orang itu.

#4

Dwira berlari kecil di bawah hujan bersama payung merah marun kesayangannya. Langkahnya dibuat selebar mungkin. Berusaha menggapai jarak antara dirinya dengan seseorang. Ketika mata mereka bertemu, Dwira tersenyum dan memberikan sedikit tempat di sisinya untuk diisi. Untuk pertama kalinya, ia akan mengantarkan orang itu menuju tujuannya. Lalu ia akan kembali berdiri memandangi siluet nya ketika pergi. Dia akan kembali berada bawah hujan. Bersama payung miliknya. Sendirian.