Bagian 2 ; Setelah itu

2 0 0
                                    


#1

Pagi setelah hujan semalaman, ibu berjalan bolak-balik karena terlambat berangkat kerja. Bukan tanpa alasan, wanita itu bangun kesiangan setelah menonton acara televisi malam kesukaannya. Quuin yang sudah duduk di sofa mengikuti setiap derit langkah ibu yang terus lewat. Dalam hati ia berharap ibu tidak terburu-buru karena mungkin saja sesuatu akan terjadi apalagi pada sesuatu yang bergerak cepat dan tiba-tiba.

Benar, beberapa menit setelah itu ibu menabrak mesin penyedot debu didekat dinding. Menimbulkan bunyi keras sekaligus sakit yang luar biasa dikaki. Cepat-cepat wanita itu menutup mulut, berusaha meredam suara rintihan agar tidak didengar Quuin.

"Ibu? Ibu?" panggilnya pelan.

Cukup lama ibu menahan sakit sampai sesekali melap air mata yang keluar disudut mata.

"Iya Quuin?"

"Ibu baik-baik saja? Apa itu?"

Mata Quuin bergerak kesana kemari, berusaha mencari Ibu namun yang ia dapati tentu saja hanya kegelapan yang sunyi.

"Bukan apa-apa sayang. Mesin penyedot debu jatuh tadi."

"Ahbegitu? Syukurlah." Quuin merelekskan punggung yang sedari tadi tegak karena kaget sekaligus khawatir.

"Aku pikir tadi ibu jatuh." Lanjutnya.

"Enggak kok. Sebentar ya, ibu ambil bukumu dulu."

Quuin langsung mengangguk. Ibu berusaha membuat bunyi langkah kaki seperti biasa walaupun sebenarnya sakit akibat kejadian tadi membuat kakinya terpincang-pincang ketika berjalan.

Beberapa menit setelah mengambil semua barang-barang dan juga buku milik putrinya, wanita itu menuntun Quuin ke teras rumah. Setelah meletakkan buku kisah romantis yang diimpikan para remaja dipangkuan, ibu mencium dahinya,

"Ibu akan pulang kalau jam dite—" belum selesai ia berkata, Quuin langsung memotong,

"Jam berdentang berarti ibu pulang. Pergilah bu, nanti semakin terlambat."

"Ah—benar. Jaga diri sayang."

Wanita itu melangkah menuju halte bus terdekat. Quuin lagi-lagi menghitung sampai 60 sejak hak sepatu ibu tidak terdengar lagi. Bukannya membuka buku seperti biasa, ia malah berdiri. Mencari beberapa pegangan dalam udara hampa dan melangkah kearah yang dia anggap benar. Masuk kembali kedalam rumah.

Setelah bersusah payah mencari semua barang yang ia butuhkan. Kacamata lensa bening, jepit rambut, beberapa lembar uang dan tongkat lipat. Ia keluar dari rumah. Bersusah payah menurunkan kaki ketangga sampai menyenggol sesuatu yang tidak ia idahkan. Rencananya gadis itu akan pergi ke apotik terdekat, mencari obat untuk luka dikaki ibu.

Ia tau ibu bohong dari suaranya ketika ditanya tadi pagi. Nada suara ibu tiba-tiba tidak sama dengan sebelumnya ketika bergumam sambil berjalan cepat. Serta bunyi langkah kaki ibu yang terasa janggal dan keseimbangan yang aneh ketika ia dituntun.

Sebenarnya Quuin sudah hapal seluruh letak barang-barang dirumah sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak disangka-sangka, Quuin bisa melakukan semuanya sendirian. Seperti sekarang. Namun permasalahannya, Quuin tidak tau dan tidak mungkin menghapal seluruh jalan dikota ataupun jalan menuju apotik terdekat. Ia harus menghentikan seseorang. Namun sama seperti ibu, semua orang sangat terburu-buru. Mereka hanya melewati Quuin yang menggapai-gapai minta bantuan arah pada udara kosong.

Ia hampir menyerah sampai sebuah tangan menyentuh kulitnya. Dari panjang kuku yang menekan kulit lengan dan ukuran tangannya yang kecil, Quuin tau kalau tangan itu milik seorang perempuan.

Dibawah Langit yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang