"Berapa lama tidak bercukur Tuan Choi?" Jemari lentik itu menjelajah di sepanjang rahang Seungcheol, meraba bulu-bulu kasar yang tumbuh disana.
"Nanti kucukurkan." Ujar Jeonghan sebelum menyematkan kecupan di sepanjang rahang sempurna itu.
"Jangan dicukur. Bukankah terasa geli jika ku cium? Itu sensasinya tau!"
"Mulutmu Choi!"
Tapi nyatanya memang itu sensasinya, karena kini Jeonghan di buat mendesah kegelian karena lehernya di cumbu dengan tergesa oleh Seungcheol.
"Ahh Cheol."
Seungcheol menarik wajahnya dari leher Jeonghan yang beraroma lavender, memberi pandangan terkejut, mencoba menggoda si cantik yang dengan berani mendesah sebegitu menggodanya.
"Jangan melihatku begitu! Aku malu..."Si cantik itu merengek, wajah cantiknya semakin memerah menahan malu.
"Terima kasih untuk lamarannya, omong-omong." Seungcheol meringis setelah mengatakannya, karena Jeonghan dengan sengaja memberikan jepitan panas di pinggang prianya. Lantas Seungcheol tergelak karena wajah malu-malu Jeonghan yang dirasanya baru saja ia lihat sepanjang hidupnya.
"Kurasa aku kehilangan akal hingga melamarmu duluan." Kecupan sayang itu Seungcheol sematkan di puncak kepala Jeonghan yang beraroma lavender. Menumpukan kepalanya sembari memberikan kecupan-kecupan ringan.
"Cium aku." Perintah Seungcheol yang tanpa menunggu lama langsung mendapatkan pagutan dari wanitanya. Jeonghan menciumnya dengan handal, memainkan lidahnya di mulut Seungcheol sebelum turun ke rahang sempurna yang jadi favorit Jeonghan selama ini.
"Kau cantik sekali." Seungcheol meraih tengkukk Jeonghan dan membawanya dalam ciuman memabukan yang penuh cinta. Suasana lapangan parkir Daelim grup itu sudah sepi, hanya beberapa mobil yang masih terpakir disana. mungkin ada beberapa karyawan yang masih lembur.
"Aku memang yang tercantik."
"Baiklah kuakui." Jeonghan dibuat mengulum satu senyum tipis karenanya, ia terbiasa dipuji cantik namun jikayang memuji Seungcheol, kenapa itu terdengar seperti rayuan gombal yang membuat Jeonghan bergidik.
Pria itu menguburkan wajahnya di ceruk leher Jeongahn kembali, menyesapi kulit halus itu hingga menciptakan bekas yang mungkin tidak akan hilang dalam beberapa hari kedepan. Tolong ingatkan Jeonghan untuk memakai turtle neck beberapa hari kedepan .
"Emmh Seungcheol."
"Kenapa hmm?"
"Lagi, rasanya enak..." Jeonghan merengek meminta lebih. Mungkin jika besok Jeonghan terbangun dari tidurnya dan mengingat jika ia pernah meminta untuk dicumbu, ia akan menjambak rambutnya hingga rontok. Sungguh itu memalukan, tapi kini itu malah terdengar sangat menggairahkan, membuat Seungcheol lupa diri dan ingin segera menenggelamkan dirinya di dalam Jeonghan.
"Seungcheol, kita tidak akan melakukannya disini kan?" Si cantik itu mengharapkan jika mereka mendapat tempat yang lebih layak dari sekedar kursi belakang mobil Seungcheol yang sempit. Tapi Jeonghan juga tidak bisa menyalahkan libido kekasihnya dalam hal ini, terlalu jauh untuk sampai di apartement keduanya dan mereka juga terlalu malas untuk mencari hotel terdekat yang mungkin saja penuh.
"Kau keberatan kita melakukannya disini?" Seungcheol terkekeh kecil saat Jeonghan memberikan gelengan atas pertanyaanya.
"Hanya saja bagaimana jika ada yang melihat?"
"Tidak akan." Ciuman itu kembali terjalin, tangan Jeonghan bekerja mengurai kancing-kancing kemeja Seungcheol begitu juga jemari prianya yang sedang menarik turun cardigan serta gaun tidur satu tali milik Jeonghan.
