[KC] I Love Being Yours (Yudha dan Hana)

9.7K 212 25
                                    

Jeongcheol | 21+ |Local

Jeongcheol | 21+ |Local

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hana P.O.V

Capek.

Menikah itu ternyata bikin capek, karena jadinya aku ngga cuma mikirin diri sendiri saja. Dulu sewaktu belum menikah, yang seorang Hana Thalia pikirkan ya tentang Hana aja, ngga pernah tuh merembet kemana-mana. Tapi setelah menikah, diri sendiri rasanya udah aku taruh di nomor kesekian.

Itu terjadi secara begitu alami, alami dengan berbagai paksaan disana sini. Aku harus beradaptasi dengan banyak hal, terutama dengan dunia Mas Yudha yang begitu asing bagiku.

"Dek Yudha, tolong nanti tinggal sebentar ya." Panggil Mbak Irhas dengan senyum khasnya. Aku sudah membatin dalam hati sebelum hal yang paling aku hindari ini benar-benar terjadi. Jadi Hana... lain kali jangan berprasangka buruk dulu, karena Tuhan bisa saja berkehendak sesuai dengan prasangka umatnya. Aku hampir mencak-mencak saking sebelnya sama diriku sendiri.

"Baik mbak." Aku mengangguk kecil padanya.

Hari ini ada kegiatan rutin olahraga tiap jumat sore, aku yang pada dasarnya sangat malas berolahraga mau ngga mau harus ikutan dan jadi libero atas usul Mbak Irhas, astaga tanganku sampek memerah dan nyut-nyutan gara-gara menerima smash dari ibu-ibu yang tenaganya bukan main. Mbak Irhas itu salah satu seniorku yang bisa dibilang baik, semuanya baik sih, tapi dia itu sedikit menjengkelkan.

"Dek Yudha kok saya lihat-lihat kurang ya dalam partisipasi di kegiatan kita, padahal kan Dek Yudha juga bukan wanita karier yang begitu sibuk." Tuh kan aku bilang juga apa, dia baik sih tapi entah kenapa terasa sedikit menjengkelkan buatku. Mbak Diana udah ngga lagi resek, eh malah Bu Danton ini yang membuatku darah tinggi melulu... hiih gemes!

Dan tolong jangan salah paham, aku bukannya ngga berpartisipasi kok, aku bukannya ngga membantu. Hanya saja memang akhir-akhir ini aku sibuk dengan resto.

"Kan ndak enak to kalau ibu-ibu yang lain membicarakan Dek Yudha karena hal ini, jadi lebih baik saya kasih tau secara langsung." Tuturnya.

"Apalagi Lettu Yudha kan salah satu senior yang menjadi panutan, sudah selayaknya Dek Yudha juga berperilaku seperti suami, Dek Yudha seharusnya bisa menjaga nama baik suami. Nanti dikiranya Lettu Yudha tidak mengajari bagaimana berperilaku yang baik." Lanjutnya. Sebelku jadi dua kali lipat saat dia menyebutkan secara tersirat jika aku tidak bisa menjaga nama baik suamiku. Aku meremas celana trainingku erat-erat dari dalam saku. Menahan tanganku buat ngga menepuk bibirnya Mbak Irhas yang ngeselin ini atau berakhir dengan Mas Yudha dan aku yang dipanggil oleh Danton dan diberi wejangan panjang kali lebar.

"Nanti senin dateng ya..." Aku mengangguk.

"Terima kasih wejangannya mbak, izin untuk minta bimbingannya." Ujarku sebelum izin mendahului.

.

.

.

Aku melangkah gontai menuju rumah dinas Mas Yudha, matahari sudah hampir tenggelam. Menimbulkan hawa-hawa menakutkan yang membuatku ingin segera sampai rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang