Sahabat part 3 (END)

101 0 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana aku lahir. Hari Rabu. Ini adalah hari yang sangat bagus untuk memulai rencana yang sudah aku rencanakan dengan sempurna. Aku sekolah seperti biasanya, aku datang paling awal menunggu kedatangan Novi. Aku sangat bahagia hari ini, sangat, sangat, sangat bahagia. Senyuman menghiasi wajahku dari aku bangun tidur hingga aku sampai di sekolah sekarang. Saat waktu berlalu begitu cepat, akhirnya Novi pun datang. Aku menyambutnya dengan penuh kegembiraan.

"Selamat pagi, Nov!" Sambutku.

"Selamat pagi juga." Jawabnya

"Nanti pulang sekolah kita main bareng yaa! Aku ada surprise buat kamu hehe!" Ajak ku sambil terus tersenyum.

Novi sama sekali tidak curiga dengan sikapku yang berbeda hari ini. Dia mungkin tidak peka, atau memang tidak menyadarinya? Tapi, ah, sudahlah, yang terpenting dia tidak akan tahu apa yang terjadi setelah pulang sekolah nanti.

"Ehhm, baiklah. Tapi kan hari ini tidak ada yang ulang tahun, kenapa ada acara surprise segala?" Tanya Novi.

"Surprise kan sama kayak hadiah, jadi yaa gapapa lah walau di kasih bukan di hari ulang tahun hehe."

"Waah, oke deh, kalau gitu haha."

Novi menerima ajakanku. Dia benar-benar tidak menyadari apa yang sudah terjadi. Setelah pulang sekolah nanti, aku akan mendapatkan kebebasan.

Selama di sekolah aku terus-terusan tersenyum. Selama belajar, di kantin, istirahat, bercanda dengan teman yang lainnya, padahal setiap hari aku tidak bisa seperti itu. Karena aku memang jarang sekali tersenyum atau bergabung dengan teman yang lainnya di sekolah, hanya Novi yang menggangguku.

Setelah bel berbunyi pertanda pulang sekolah, aku pun mulai menjalankan rencanaku.

"Novi! Ayo, kita pergi!" Kataku.

"Iya, iya, baiklah. Kamu tunggu aja di depan gerbang sekolah, aku akan menyusul." Jawab Novi.

"Oke, jangan lama-lama."

Setelah aku berjalan keluar kelas dan bergegas ke depan gerbang pintu sekolah, ada yang menghalangiku.

"Hei, aku boleh gak ikut main sama kalian?" Sambil tersenyum melihatku.

Oh, tidak. Kenapa harus ada yang tahu kalau kami ingin main setelah pulang sekolah. Menyebalkan. Ternyata dia teman sekelas ku, Andri. Aku tahu dia menyukaiku, tapi tidak seharusnya dia tidak mengikutiku kemana pun aku pergi. Kenapa aku tahu dia menyukaiku? Karena dia pernah menembak ku, tapi aku tolak. Bukannya membenci, dia malah semakin suka padaku. Merepotkan. Aah, iya juga ya. Kalau di pikir-pikir kenapa tidak sekalian saja aku membawanya. Kan bisa, dua pengganggu hilang dalam sekali tembak.

"Ehm, boleh. Tapi ada satu syarat. Kamu gak boleh kasih tahu siapa-siapa, kalau kamu main sama aku." Jawabku.

"Baiklah. Tapi, kayaknya aku gak bakalan pulang dulu, soalnya aku mau main langsung aja. Jadi, mana mungkin ada yang tahu kalau aku bakalan main sama kamu. Hehe." Kata Andri.

"Oh, oke."

Setelah itu kami berdua menunggu Novi keluar dari kelas. Tidak lama kemudian, Novi pun keluar.

"Hei, ayo kita pergi."

"Oke, kita jalan." Jawabku.

"Kita bakal kesana naik apa? Jalan kaki? Kan jauh." Tanya andri.

"Iya, kita jalan kaki. Apa kamu masalah dengan itu anak manja?" Kataku.

"Ah, tidak-tidak. Demi tuan putri yg manis ini aku rela jalan kaki sejauh mana pun." Gombal Andri.

CeRpeN HoRRoRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang