🍁Akad yang Ternodai🍁

9 0 0
                                    

"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu berkeluarga hendaklah ia menikah, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu."
-(Muttafaq 'alaih)

*****
Assalamu'alaikum...
🎉Happy Reading!!!🎉
&
Don't forget to leave vote/comment....

Ahad, 05 April 2013.
Masjid Darussalam, Jakarta Selatan.

"Saudara Salman al-Farisi bin Luqman Hakim. Saya nikahkan engkau dengan Ananda kami yang bernama Humaira Anindya Shafira binti Alm. Ahmad Muzakki, dengan mas kawin seperangkat alat sholat beserta uang tunai 25 juta rupiah dan emas seberat 200 gram dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Humaira Anindya Shafira binti Alm. Ahmad Muzakki dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!!!"

"Alhamdulillah.... "

Lantunan ucapan syukur terdengar menggema di dalam sebuah masjid bercat putih dengan interior berwarna serba biru yang terletak di sudut kota Jakarta.

Masjid cantik itu menjadi saksi bisu ikrar janji suci yang diucapkan Salman untuk istrinya, bidadari surganya, Humaira.

Wajah Salman kini tampak berseri-seri. Senyuman manis pun tampak menghiasi wajah tampannya.

Pria itu mendongakkan kepala, menatap sang penghulu yang mulai memanjatkan do'a.

Salman beserta seluruh hadirin yang berada di dalam masjid itu juga mulai menengadahkan tangan sembari mengamini do'a dari si penghulu.

Acara pembacaan do'a itu berlangsung khidmat.

Setelah usai, Ayah Salman, satu-satunya orangtua yang Salman miliki perlahan mendekat ke arahnya. Pria itu memeluk Salman erat sembari menepuk pelan punggungnya, menyalurkan kebahagiaan yang membuncah di dalam hatinya untuk Salman.

Melihat itu, hati Salman menghangat. Dia tidak pernah melihat Ayahnya sebahagia ini sebelumnya, bahkan sampai tersenyum lebar ketika menatap wajahnya.

"Abi bahagia dengan pernikahanmu ini, Man. Semoga rumahtanggamu nanti menjadi rumahtangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah dan semoga ikatan suci ini dapat membawamu meraih surga-Nya seperti yang kau inginkan." ucap Luqman, kembali menepuk punggung sang putra, sebelum akhirnya melepaskan pelukannya.

"Aminnn...... Bi, Salman juga ingin mengucapkan terima kasih atas semua do'a dan usaha yang telah Abi berikan untuk Salman selama ini. Tanpa Abi, Salman mungkin tidak bisa menjadi pria sukses seperti sekarang. Dan tanpa Abi juga, mungkin pernikahan ini tidak akan pernah berlangsung. Abi adalah segalanya untuk Salman. Salman sayang Abi."

Salman menatap Ayahnya, matanya sedikit berkaca-kaca ketika dia mengucapkan kalimat itu kepada sang Ayah.

Luqman menepuk-nepuk pundak Salman, lantas berucap. "Udah-udah, jangan mewek-mewekan kayak gini. Nanti kalau istrimu lihat, dia bisa ilfeel lagi." gurau Luqman.

Kekehan kecil keluar dari mulutnya saat melihat cairan bening yang menggenang di mata Salman.

Tak lama kemudian, ponsel pria paruh baya itu berdering. Buru-buru dia mengeluarkan benda canggih berbentuk persegi itu dari saku celananya, ingin mengetahui siapa yang menelponnya di saat-saat seperti ini.

"Dari siapa, Bi?" tanya Salman penasaran.

"Dari Pak Effendi. Sepertinya mau memberi kabar tentang kedatangan mereka. Kalau gitu Abi angkat telpon dulu, ya? Kamu siap-siap aja di sini."

Zaujah Ilal JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang