"Hei, Ren sampai kapan kamu berdiri disitu sambil cemberut seperti gadis kecil!" Ayah Ren berteriak memanggil, "kemari kita berbicara secara jantan!"
Ren melangkah pelan sambil menundukan pandangan, menuju ayahnya.
"Hey hey, kamu ini sudah memasuki umur 15 Ren, bersikaplah seperti lelaki dewasa dari keluarga Gerhana." Ucap ayah Ren sambil mengacak-ngacak rambut Ren.
Ren tak mengacuhkan ucapan ayahnya ia masih memalingkan wajah.
"Ren, ayah ada misi rahasia untukmu." ayah Ren membungkuk, berbisik.
"Aku bukan anak kecil lagi yah." Ucap Ren, datar. Menganggap ayahnya sedang bergurau.
"Ini serius Ren," bisik ayah Ren, kemudian ia kembali berdiri tegap, "sebentar ya semua, ayah ada urusan dengan anak lelaki ini." kata ayah Ren kepada istri dan kedua putrinya. Lalu memegang bahu Ren mengajaknya menjauh.
"Ren, mungkin ini misi yang sulit bagimu," Ayah Ren memulai pembicaraan, menatap serius kepada Ren, putra satu-satunya, "kamu tahu pedang gerhana milik ayah kan?"
Ren mengangguk.
"Sekarang itu milikmu, kau harus menlindungi keluargamu saat ayah pergi."
"Eh?" Ren tak paham. Ia tau ayahnya akan pergi cukup lama, ada misi yang harus dikerjakan ayahnya sebagai seorang anggota pasukan khusus, tapi ia tak paham kenapa ayahnya harus menyerahkan pedang itu kepadanya. Pedang yang selalu dibawa ayahnya dalam misi-misi. melindungi? Sebenarnya ada apa?
"Sebenarnya ayah tak tahu kapan bisa kembali," lanjut Ayah Ren, "jadi kamu harus melaksanakan misi rahasia ini Ren." Lanjut ayah Ren, disertai senyuman kecil.
"Eh?" Pertanyaan-pertanyaan bermunculan di dalam pikirannya, tak tahu kapan bisa kembali? apa maksudnya?
"Kamu mengatakan eh dua kali Ren, kamu sudah menguasai seni pedang Gerhana bukan?" Tanya ayah Ren.
Ren mengangguk, tak membalasnya dengan ucapan. Otaknya masih mencoba mencerna perkataan-perkataan ayahnya. "Apa sesuatu akan terjadi?"
"Telah terjadi Ren, ayah tak ada waktu untuk menjawab pertanyaanmu. Apapun yang terjadi kamu harus tetap Tegar, ayah akan terus melindungi kalian dari luar atmosfer kota ini."
Angin sejuk berhembus sejenak, cahaya sore menerpa wajah muram Ren.
"Hey Ren wajahmu muram begitu, mana Ren si Pria tangguh yang ayah kenal?" Ayah Ren tersenyum.
Ren tertawa kecil. "Baiklah yah, Mission Accepted."
"Baiklah, ayah harus bergegas. Ayah juga memiliki misi rahasia yang harus dikerjakan." Ayah Ren beranjak sambil tersenyum, mengatakan satu-dua hal kepada istrinya, kemudian memasuki kendaraan putih itu.
Suara mesin mulai berdesis lembut, cahaya biru memancar dari bawah kendaraan putih itu. Perlahan kendaraan putih itu mulai naik semakin tinggi. Ayah Ren melambaikan tangan sambil tersenyum dari balik kaca. Kendaraan itu melaju, menuju pusat kota di arah barat.
Dari rumah Ren pemandangan pusat kota terlihat, gedung-gedung modern pencakar langit menggambarkan kemajuan teknologi di kota itu, menara pilar berwarna putih seakan tertancap kokoh di tengah kota, menjulang tinggi terhubung dengan atmosfer kota, pemandangan itu terlihat dari seluruh penjuru Flyingtown Bataviaーsebuah daratan yang berlabuh diatas awan, kota terbang pertama dan terbesar di dunia, ke enam jangkarnya menancap kokoh di permukaan.
Otak Ren berputar, menebak-nebak "sesuatu yang telah terjadi" itu. Ia tenang, tak ada alasan baginya untuk tegang ia adalah anak seorang prajurit, juga anggota keluarga Gerhana. Ada misi yang harus ia pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPRISONED
Fiksi IlmiahBumi, 20xx Ketika manusia menciptakan teknologi untuk menembus batasan ketidakmungkinan, munculah ketidakmungkinan yang lain. Adalah sifat tak pernah puas yang memunculkannya. Hari itu, ketika teknologi hampir tak dapat dibedakan dengan sihir. Manu...