[19] Kilas Balik

1.5K 293 18
                                    

Pada akhirnya, perempuan itu harus merasakan penyesalan terdalam atas kecelakaan yang dialami oleh kedua orang tuanya. Tidak ada yang bisa ia lakukan, selain berusaha mengikhlaskan kepergian mereka meski memerlukan waktu sekian lama.

-Selesai-

Cilla mengulum bibir, dari tulisan yang baru saja ia selesaikan membuat sebagian dirinya merasa puas. Namun, sebagian yang lain seakan menyuruhnya untuk segera menghapus tulisan tersebut.

Pikirannya berkecamuk tanpa alasan pasti, begitu pula dengan hatinya yang akhir-akhir ini menjadi gelisah.

Mencoba menenangkan diri, Cilla mengambil napas beberapa kali, berharap segala yang muncul dalam benaknya kian menghilang seiring hembusan napas yang ia keluarkan secara perlahan.

Setelah dirasa keadaannya cukup tenang, Cilla menutup laptop, lalu segera menyimpannya di meja belajar dan bergegas untuk tidur. Dalam pejaman matanya, ia merapalkan beberapa kalimat yang mengharapkan esok akan lebih baik atau setidaknya tidak akan terjadi apa-apa.

Meski Cilla sudah bisa menebak, semua yang ia harapkan tak akan pernah jadi kenyataan. Sebaliknya, apa pun yang sudah terlintas dalam pikiran justru selalu kejadian.

"Cilla ...."

Sinar matahari pagi menyorot tepat pada netra Cilla yang belum sepenuhnya terbuka. Ia bangkit seraya menggosok mata guna mengembalikan kesadaran, hingga akhirnya melihat sang kakak tengah menatapnya dengan pandangan sendu.

"Kak Jean, lo kenapa?"

Grep!

Jean yang tiba-tiba memeluknya itu membuat desiran aneh dirasakan oleh Cilla. Ia takut. Ia takut untuk sekadar mendengar jawaban atas pertanyaannya barusan.

Cilla hanya mampu terpaku saat napas Jean berubah tak beraturan. Namun, tak berapa lama, lelaki yang merupakan saudara kandungnya itu dengan cepat melepas pelukan dan melempar senyum yang bisa Cilla lihat seperti dipaksakan.

"Ayo siap-siap, terus ikut gue ..." Jean menggantung kalimatnya sejenak. "... ke rumah sakit."

"B-buat apa?" Suara Cilla mulai bergetar.

Jean menarik napas, menguatkan dirinya sendiri hanya untuk berkata,

"Papa sama mama kecelakaan."

Sejak saat dokter mengatakan bahwa kedua orang tuanya tak bisa diselamatkan, Cilla memutuskan berhenti.

Berhenti dari hobi yang menemani hari-harinya beberapa tahun terakhir ini, sekaligus berhenti dari impian yang sempat ia dambakan untuk menjadi penulis suatu hari nanti.

Cilla sudah tidak mau lagi mencelakakan dirinya sendiri maupun orang lain, dari akal pikirannya yang sengaja ia tuangkan dalam bentuk tulisan. Karena sesungguhnya, ini bukan kali pertama, tetapi dengan begitu Cilla hanya berharap kejadian mendiang papa dan mama adalah yang terakhir kalinya.

Namun, sekali lagi—semua yang ia harapkan, tidak akan pernah jadi kenyataan.

"Cilla?"

Tiga bulan semenjak kecelakaan itu, Cilla selalu mengurung diri. Ia terus saja menyiksa tubuh dengan berbagai sayatan yang ia bentuk. Tak jarang pula, Cilla sengaja meminum banyak obat hingga nyaris overdosis.

Cilla melakukan itu semua seolah akalnya tak mampu lagi untuk berpikir positif. Di setiap detik, ia selalu menyalahkan dirinya sendiri. Cilla menyesal dan Cilla kira, kematian adalah cara terbaik dalam menebus rasa penyesalan tersebut.

Kesedihan berlarut Cilla akhirnya terbayarkan ketika ia berhasil meregang nyawa di kamar. Tanpa sadar, bahwa perbuatannya itu mampu memancing trauma baru bagi sang kakak.

Jean berteriak histeris saat mencari Cilla dan menemukan gadis itu tengah tergantung dengan jeratan di lehernya. Selama satu minggu berlalu, Jean tak hentinya seolah dibuat gila, dihantui rasa bersalah seumur hidup.

Saat itu, Jean sudah tak tahan, ia stress berat dan memutuskan pergi ke sebuah bar. Meskipun masih di bawah umur, ia bisa dengan bebas memasuki tempat itu, karena memang milik keluarganya sendiri. Di sana, hampir satu botol Jean habiskan. Setelah merasa puas, ia pun pergi mengendarai mobil dalam keadaan mabuk.

Di tengah perjalanan, perut Jean terasa panas, ia ingin segera mengeluarkan cairan yang telah diminumnya tadi. Kebetulan posisi Jean berada di dekat sekolah. Jadi, ia memarkirkan mobil dengan asal dan langsung berlari memanjat gerbang.

Kepalanya pusing luar biasa, tetapi Jean masih sanggup dalam meracau. Dengan langkah sempoyongan, ia menaiki tangga satu per satu menuju lantai tiga, lantas memasuki toilet laki-laki di sana.

Cukup lama Jean berdiam diri pada wastafel, menatap pantulan wajahnya dari cermin besar di hadapan dia. Secara tiba-tiba, ia menyeringai tampak mengerikan.

Di saat bersamaan, seorang gadis masuk menyusul Jean. Dia adalah Viola. Entah bagaimana caranya Viola bisa tahu keberadaan Jean, Viola hanya ingin memastikan keadaan lelaki itu, meskipun ia tidak tahu bahwa tindakannya merupakan kesalahan yang besar.

Dalam keadaan mabuk itu, Jean tiba-tiba menarik Viola ke salah satu bilik. Ia masih mempertahankan seringainya dan mulai menyentuh Viola.

Viola jelas berontak. Namun, tenaganya kalah kuat dengan Jean. Setelah susah payah, ia berhasil melepaskan diri dan tunggang langgang berlari panik ketika tahu Jean mengejarnya di belakang.

Viola kemudian secara asal masuk ke dalam kelas, menahan pintu itu dengan tangannya yang perlahan melemah tatkala Jean terus mendobraknya dengan sekuat tenaga. Laju napas Viola begitu memburu, ia hanya pasrah memundurkan langkah demi langkah.

Sementara di depan sana, Jean memandang Viola layaknya mangsa. Bola mata Jean memerah dan dalam satu sentakan, ia melempar kursi dengan penuh amarah tepat pada tubuh Viola. Jean terus mengacak-acak ruangan secara tidak sadar. Ada sosok lain yang mengendalikan dirinya, sehingga dengan tega membuat Viola terluka parah.

Setelah beberapa saat, Jean tiba-tiba berteriak sembari memegang kepalanya. Viola memanfaatkan itu untuk menghindar dengan langkah pelan, terseok-seok keluar dari sekolah. Sedikit kesusahan ketika Viola berusaha memanjat gerbang, tetapi untungnya ia berhasil.

Pikiran Viola sangat kalut saat itu, hingga ketika menyebrangi jalanan, ia tak sadar jika sebuah mobil melaju kencang dari kejauhan. Berhasil menabrak Viola dan menyebabkan ia kehilangan nyawa.

DEATH GAME ; Mirror Myth (00 LINE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang