*Satu tahun kemudian.
"Aksa, gue boleh minta sesuatu, nggak?"
Aksara sedang menikmati makan siangnya di kantin tatkala Naya tiba-tiba datang dan melontarkan pertanyaan itu. "Apa?"
"Kelulusan nanti, itu bertepatan sama ulang tahun kita. Gue ada rencana buat ngerayain, lo mau, 'kan?"
"Ulang tahun?"
Naya mengangguk antusias. "Sekalian kita adain party, niatnya gue mau ngundang satu angkatan. Itu pun kalau lo setuju."
Aksara terdiam sejenak, bakso hangat yang ia kunyah seakan sulit untuk ditelan. Ia meraih minuman, lantas meneguknya segera. "Jadi, ulang tahun kita bulan depan?"
"Iya, Sa."
"Gue nggak pernah tau tanggal lahir asli gue kapan, selama ini gue selalu anggap tanggal kedatangan gue di panti itu sebagai ulang tahun gue."
Kini, giliran Naya yang terbungkam akibat pernyataan Aksara barusan.
"Kalau emang itu mau lo, gue ngikut aja, Nay."
***
Dentuman musik yang mengalun keras di salah satu hotel itu menandakan keberhasilan dalam melewati berbagai macam ujian sekolah, angkatan mereka dinyatakan lulus 100%.
Namun, di antara kesenangan itu, Alexa terus saja menyendiri, melihat bagaimana orang-orang yang ada bisa tertawa lepas membuat ia sedikit iri. Asap keluar seiring dengan helaan napasnya, Alexa hanya ingin melepas beban sesaat.
"Al."
Naya menghampiri Alexa, kemudian memberinya segelas minuman. "Kenapa nggak gabung sama yang lain?"
"Entahlah, Nay. Di tempat seramai ini, gue masih ngerasa kosong."
"Belum juga, ya, Al?"
Alexa mengendikkan bahunya acuh seraya tertawa hambar. "Padahal, kita ngerasa kehilangan di waktu yang sama, tapi gue belum bisa seikhlas lo. Gue juga bingung, Nay."
"Setiap orang punya waktunya masing-masing, Al. Mungkin, waktu kita saat kehilangan itu emang sama, tapi waktu kita buat berusaha sembuh itu beda. Ini cuma tentang waktu," jelas Naya. "Pikiran lo tuh masih terdistraksi sama hari itu, coba deh kali ini aja, lo nikmatin waktu di sini. Lepasin semua beban lo dengan bersenang-senang sama yang lain. Inget, Al. Ini bisa aja jadi hari terakhir kita buat kumpul lengkap, karena setelah ini pasti sibuk sama kehidupannya masing-masing."
"Lo bener."
"Nah, makanya! Ayo, ikut gue." Naya menarik tangan Alexa tanpa menunggu persetujuan, berjalan mengarah pada kelima temannya yang berkumpul di sana.
Dan, ya—begitulah cerita kelam dalam persahabatan mereka kemudian berakhir. Dengan kehilangan dua sosok berharga, dengan kesialan yang menimpa salah satunya. Namun, setidaknya mereka berhasil menghentikan cermin terkutuk yang menjadi mitos tersembunyi di sekolah megah tersebut. Cermin sudah pecah dan kejadian mereka adalah yang terakhir kalinya.
Setelah apa yang terjadi, banyak pelajaran yang dapat diambil bagi mereka, terutama tentang pentingnya sebuah kejujuran. Setiap orang memang mempunyai rahasianya masing-masing, tetapi jika itu akan mengakibatkan penyesalan di masa depan, sebaiknya jangan. Berusahalah untuk selalu terbuka dan buang jauh semua perasaan dendam.
***
DEATH GAME ; Mirror Myth
Status : END
Kayaknya nanti ada bonchap, tapi gak janji juga hehe..Sampai jumpa pada cerita-cerita selanjutnya 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH GAME ; Mirror Myth (00 LINE)
Hayran KurguStatus : END [040419-101020] Revisi : [050723-280723] Di satu sisi, Danu berniat memberi tahu tentang Jean yang tak sengaja membunuh Viola---sahabat mereka sekaligus orang yang dicintai Aksara---dan di sisi lain, Danu juga ingin membongkar apa yang...