12

24 4 0
                                    

Nama : Shelly Kurnia
Nama Wp : ShellyNurrahmadanti
Judul Cerpen : Takdir
Genre : Romance

Di sebuah kantor yang berada di kota Jakarta terdapat perusahaan yang cukup ternama, walaupun tak terlalu besar tetapi perusahaan itu termasuk perusahaan yang cukup sukses. Dengan tenang seorang lelaki yang sudah berkepala dua berdiri melihat jalanan yang mulai ramai.

Sambil menyesap secangkir kopi yang ada di tangannya lelaki itu berpikir sejenak, pikirannya sedang kacau karena perusahaannya beberapa hari terakhir mengalami penurunan. Bagas Dirgantara itulah dia, seorang direktur di perusahaan miliknya.

TOK TOK TOK

Sebuah suara ketukan menginterupsi membuat Bagas menoleh ke arah pintu. Sekretarisnya Rani masuk sambil menunduk.

“Ada apa Ran?” tanya Bagas kepada Rani namun wanita itu menunduk sambil melihat flat shoes yang ia pakai.

“Ma-maaf Pak sebelumnya. Eumm saya sepertinya mau mengundurkan diri,” ujar Rani sambil meremas rok nya yang menandakan bahwa ia sangat gugup saat ini.

“Kenapa? Kamu gak suka kerja sama saya?” Bagas menatap Rani yang kini gelisah tak tau mau menjawab apa. Rani di tempatnya malah takut-takut untuk berbicara, satu bulir keringat turun dari pelipisnya.

“Yasudah kamu saya pecat!” ucap Bagas dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.

“Ta-tapi pak. Sa-saya mau ...”
“Keluar kamu dari kantor saya!!” teriak Bagas yang kini emosi. Dirinya menunjuk ke arah pintu membuat Rani pun berbalik ke belakang dan keluar dari sana.

“ARGGGH!!!” bentak Bagas kesal. Setelah perusahaannya bermasalah kini sekretarisnya mengundurkan diri.
Ia pun menatap jendela kantornya dengan tajam, mau bagaimanapun juga ia akan menyelamatkan perusahannya. Sekarang yang harus ia lakukan adalah mencari sekretaris, orang yang akan membantu pekerjaannya.

***

Pagi ini sangat cerah seperti hari sebelumnya, sinar mentari menerobos masuk dari jendela kamar seorang cewek. Dengan malas cewek itu membuka dan mengucek matanya.
“HOAAAM.” Cewek itu menguap sambil meregangkan kedua tangannya.
Hidup sendirian dan jauh dari orang tua membuat Dina Pradita harus bisa mandiri. Ia tak mau orang tuanya khawatir. Tujuan ia datang ke Jakarta adalah untuk mencari pekerjaan.
Dengan malas ia duduk di tempat tidurnya dan menatap sekelilingnya, kamarnya sangat berantakan karena teman-temannya tadi malam main ke kosannya.

Setelah mengumpulkan nyawa yang tadi sempat hilang Dina pun menyambar handuk dan segera menuju ke kamar mandi. Sepuluh menit kurang Dina keluar dari kamar mandi dan bersiap-siap untuk melamar kerja.

Sudah hampir tujuh perusahaan yang menolak dirinya, entahlah mungkin karena dirinya tak punya pengalaman kerja seperti kebanyakan orang. Dengan tersenyum Dina menatapi dirinya di depan cermin.

Cewek itu memakai sedikit bedak karena memang kulitnya sudah cerah, tak lupa polesan lip gloss menghiasi bibirnya. Dengan cekatan Dina menggulung rambutnya dan mengikat ke belakang.
Seragam hitam putih kini terbalut di tubuhnya tak lupa ia mengambil tas yang ada di atas meja dan kemudian pergi ke luar kamarnya.

“Pagi Buk!” teriak Dina yang kini tersenyum dan melambaikan tangan ke arah Ibu kosnya yang sedang menyiram tanaman.

“Eh pagi juga Din, jangan lupa pulang nanti bawa kabar baik ya.” Ibu kos nya menoleh dan tersenyum balik ke arah Dina.

“Siyyap komandan!!” ucap Dina tegas sambil hormat ke Ibu kos nya.
“Pak! Somay yang kemarin besok ya bayarnya hehehe,” kata Dina yang cengengesan ketika tukang somay yang biasa jualan lewat di depan kosannya.
“Iya neng Dina tapi jangan lupa atuh,” ujar tukang siomay itu sambil menatap Dina yang sudah berpakaian rapi.
“Iya Pak. Entar kalau misalnya Dina keterima kerja, pasti Dina bayar deh Lunas!”ucap Dina sedikit teriak karena sekarang ia sedang terburu-buru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Work book (karya-karya member)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang